Share

Bab 137

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-30 15:33:24

Setelah pulang dari rumah utama keluarga Abimanyu, suasana di dalam mobil begitu hening. Davin tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya fokus pada jalan di depannya.

Tatapan matanya tajam dan dingin, membuat Naura merasa semakin kecil di kursinya. Wanita itu ingin berbicara, ingin meminta maaf atas tindakannya yang mungkin telah menyakiti Davin, tetapi keberaniannya tidak cukup untuk memecah kebekuan.

Davin sengaja bersikap seperti itu. Ia tahu, jika langsung berbicara atau memaafkan Naura begitu saja, sang istri tidak akan belajar dari kesalahan. Apa yang terjadi tadi benar-benar menyadarkan Davin bahwa istrinya terlalu mudah dipengaruhi.

Mama Laura jelas-jelas sengaja memprovokasi Naura dengan pesan-pesan penuh racun untuk memisahkan mereka. Tapi Naura, alih-alih mendiskusikannya dengan kepala dingin, malah memilih untuk percaya begitu saja tanpa mencari kebenarannya.

Saat mereka tiba di rumah, Davin langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam tanpa menunggu Naura. Ia bahkan ti
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
nor Ain
dalam sedih, kesal masih aja memikirkan itu.. mesum sekali suamimu Naura hahahaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Kelahiran Si Kembar

    Waktu terus berlalu, dan kini Laura menjalani hari-hari yang penuh kepahitan setelah perceraian resminya dengan William. Pria yang selama ini menjadi suaminya kini telah divonis hukuman penjara 25 tahun atas kejahatan keuangan dan penipuan yang terungkap di pengadilan. Meski Laura tidak lagi terikat dengan William, kehancuran yang ia rasakan jauh lebih dalam daripada sekadar kehilangan pasangan hidup.Namun, kebenciannya terhadap Naura, menantunya, dan Bram, anak yang terlahir tanpa sosok ayah, semakin menjadi-jadi. Laura tidak pernah menerima kehadiran Naura dalam keluarga mereka, dan kebenciannya kian mendalam setelah Davin, satu-satunya anak yang diakuinya, memilih untuk membela Naura dan menjauh darinya.Berulang kali Laura mencoba menyakiti Naura. Mulai dari upaya menggiring opini negatif di lingkungan sosial Naura hingga usaha mengancamnya secara langsung. Namun, setiap rencana Laura selalu digagalkan oleh Bram, yang kini tumbuh menjadi sosok yang paling membenci Laura. Bram

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Raka dan Rania

    Davin terus berteriak memanggil dokter dan suster dengan panik, tidak tahan melihat istrinya yang terus meringis kesakitan. Dalam hitungan detik, dokter dan para suster masuk ke ruang persalinan dengan sigap.“Sudah bukaan akhir, Bu Naura! Kita mulai, ya,” ujar dokter dengan tenang sambil memeriksa kondisi Naura. Dokter mulai membimbing Naura.Naura yang sudah kehabisan tenaga hanya mampu mengangguk kecil, sementara tangannya mencengkeram lengan Davin dengan kuat."Sayang... sakit...," lirih Naura sambil menahan rasa sakit yang tak kunjung mereda.Davin berdiri di samping Naura, memegangi tangan istrinya dengan erat. “Aku di sini, Sayang. Aku nggak akan ke mana-mana. Kamu pasti bisa. Kamu kuat,” ucapnya lembut.Namun, rasa sakit yang semakin memuncak membuat Naura kehilangan kendali. Dengan penuh tenaga, ia menarik rambut Davin hingga pria itu sedikit terdorong ke depan.Davin meringis, tapi ia tidak berusaha menepis. Ia tahu ini adalah cara Naura menyalurkan rasa sakit yang luar bias

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 139

    "Pak Davin, mari kita bawa si kembar ke ruang bayi untuk dilakukan pemeriksaan," ujar Suster Rina, seorang perawat wanita yang tengah mendorong boks bayi berwarna merah muda milik Rania.Davin mengangguk, lalu mengecup lembut kening sang istri. “Aku antar anak-anak kita dulu, ya, Sayang,” ucapnya dengan nada lembut.Naura, yang masih terbaring lemah di ranjang persalinan, membalasnya dengan senyuman tipis. Wajahnya masih pucat, namun kebahagiaan yang terpancar dari matanya cukup untuk membuat Davin merasa lega. Meski tubuhnya lemah, Naura terlihat puas telah berhasil melahirkan kedua buah hati mereka ke dunia dengan selamat.Davin melangkah sambil mendorong boks bayi berwarna biru muda milik putra sulungnya, Raka Abimanyu. Di sampingnya, Suster Rina mendorong boks bayi perempuan, Rania Abimanyu. Saat melangkah keluar dari ruang persalinan, hati Davin dipenuhi rasa perih yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tidak ada kerabat atau keluarga yang menunggu mereka di luar. Tidak ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 141

    “Permisi, Pak Davin, kami mohon izin untuk membawa Ibu Naura ke ruang perawatan,” ucap salah satu perawat yang tadi membantu dokter kandungan saat Naura melahirkan. “Oh, ya, baiklah. Saya akan ke sana sekarang,” jawab Davin. Tatapannya tetap fokus pada perawat tersebut, memastikan bahwa Naura akan diperlakukan dengan baik. Perawat itu mengangguk, lalu melangkah terlebih dahulu menuju ruang persalinan untuk memindahkan Naura ke ruang perawatan di sebelahnya.Davin menghela napas sejenak. Hari ini adalah hari yang melelahkan, namun penuh kebahagiaan. Ia sengaja menyewa ruang VVIP untuk persalinan Naura. Dalam satu lantai khusus, tersedia fasilitas lengkap: ruang rawat inap, ruang persalinan, ruang ICU, dan ruang bayi. Semua fasilitas terbaik itu disiapkan agar Naura dan bayi-bayi mereka mendapatkan perawatan maksimal. Baginya, keselamatan dan kenyamanan keluarganya adalah prioritas utama.Davin menoleh ke arah Bram dan Maria yang masih berdiri di dekatnya. “Aku serahkan semuanya sama

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 142

    Suasana di Kota Sun City terasa dingin, namun suasana di dalam apartemen mewah Bram dipenuhi kehangatan dari percakapan yang sarat emosi. Bram duduk di depan jendela besar, menatap pemandangan kota yang gemerlap dengan tatapan kosong. Maria, kekasihnya, duduk di sampingnya, memberikan pelukan hangat yang seolah menjadi satu-satunya tempat Bram merasa aman."Apa ya kira-kira reaksi Pak Davin kalau dia tahu kamu dan dia terlahir dari ibu yang sama, Sayang?" tanya Maria dengan hati-hati. Ia tahu, pertanyaan itu menyentuh luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.Bram menghela napas panjang sebelum menjawab, "Entahlah. Mungkin dia akan marah besar kalau tahu aku adalah kakaknya dari ayah yang berbeda. Aku yakin, dia mungkin akan memecatku saat itu juga... atau dia akan berpikir kalau aku masuk ke kantor Abimanyu Group untuk menjalankan balas dendam."Bram tersenyum getir, namun matanya memancarkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kembali terarah keluar jendela, mencoba menyembunyikan pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 143

    Bila Bram sudah menyelesaikan kegiatan panasnya dengan Maria, berbeda dengan Davin yang belum bisa memejamkan mata.Ruang rawat inap itu terasa tenang, meski di dalamnya Davin terus saja mengeluh dengan suara pelan namun penuh emosi. Pria itu berbaring di samping Naura, istrinya, yang masih terlihat kelelahan setelah persalinan. Sementara bayi kembar mereka berada di ruang khusus bayi dengan penjagaan ketat, Davin justru tidak bisa menahan hasratnya untuk terus mengganggu Naura dengan pertanyaan yang sama."Berapa lama sebenarnya aku harus puasa, Sayang, untuk tidak menyentuhmu?" tanya Davin lagi, kali ini lebih pelan namun tetap tidak menyembunyikan frustrasinya. Tangan besar pria itu dengan bandel menyentuh dada Naura, membuat wanita itu meringis kecil."Sayaaang, jangan! Dadaku sakit," ucap Naura, mencoba melepaskan tangan suaminya. Ia merasa tidak nyaman, bukan cuma karena ASI-nya belum lancar, tapi juga karena Davin terlihat tidak peduli pada kondisinya.“Jawab pertanyaanku, sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 144

    “Sayang, aku keluar dulu ya,” bisik Davin, setelah berhasil membuat si kembar kenyang dan terlelap di box bayinya.Naura mengangguk, lalu Davin mengecup bibir sang istri sekilas.“Apa menurutmu aku harus bicara dengan Mama?” tanya Davin pada tangan kanannya. Mereka saat ini duduk di depan ruang rawat inap Naura. Baik Davin maupun Bram sangat yakin perempuan yang tertangkap itu benar-benar suruhan dari Nyonya Laura.“Saya rasa tidak akan ada gunanya bicara dengan Mama Anda, Pak Davin. Apalagi kita tidak punya bukti. Perempuan itu masih kukuh berkata bahwa dia membenci Naura dan ingin membalas dendam. Walaupun alasan itu sangat tidak masuk akal, karena selama ini Naura selalu baik kepada siapa pun. Kalau yang membenci Naura itu mantan tunangan Anda dulu, itu mungkin lebih masuk akal. Sementara yang ini, Naura bahkan tidak mengenal wajahnya,” tutur Bram, yang sebelumnya telah memperlihatkan wajah perempuan itu melalui layar ponselnya kepada Naura.“Mama benar-benar jahat banget kalau sam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 145

    Setelah dua minggu berlalu sejak kelahiran si kembar, Davin dan Bram dijadwalkan melakukan kunjungan kerja ke luar kota. Kedua pria itu telah berangkat sejak subuh, meninggalkan Naura untuk menjaga si kembar dibantu suster masing-masing di rumah. Davin berjanji akan kembali malam harinya, tetapi Naura tahu hari itu akan terasa panjang tanpa kehadiran suaminya.Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Maria untuk datang berkunjung. Wanita cantik penuh peson itu tiba di kediaman Davin dengan membawa parcel buah dan kado untuk si kembar sebagai alasan kunjungannya. Namun, setelah memastikan Naura dalam keadaan santai dan si kembar sedang terlelap, Maria mulai membuka pembicaraan yang sudah lama ingin ia sampaikan.Wajah Maria terlihat serius saat ia duduk di sofa kamar si kembar bersama Naura. Tanpa berbelit-belit, Maria mulai mengisahkan fakta yang selama ini mungkin tak pernah diketahui oleh Naura—kebenaran tentang hubungan Bram dan Davin. Maria menjelaskan bahwa Bram adalah kakak tiri Dav

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Berdebat

    Davin menatap Sang mana dengan ekspresi penuh ketegasan. Sorot matanya tajam, mencerminkan kedewasaan dan tanggung jawab besar yang ia pikul selama ini. Ia bukan lagi anak kecil yang bisa didikte begitu saja, bukan pula seorang suami yang mudah goyah hanya karena kecemburuan pasangannya.Ia adalah seorang pemimpin, seseorang yang telah membangun impiannya dari nol hingga menjadi sebuah kerajaan bisnis yang berdiri kokoh selama puluhan tahun."Mama ini bicara apa sih? Davin bukan pimpinan perusahaan yang baru berdiri kemarin sore. Davin sudah membangun perusahaan itu selama puluhan tahun, Ma!" suaranya terdengar dalam dan mantap, memenuhi seluruh ruangan.Davin tidak main-main dengan ucapannya. Selama ini, ia telah bekerja keras siang dan malam demi memastikan bahwa perusahaan yang ia dirikan tidak hanya berkembang, tetapi juga tetap menjadi tempat bergantung bagi ribuan karyawan dan keluarganya. Ia paham betul bahwa keputusan yang diambilnya tidak bisa hanya berdasarkan emosi, apalagi

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Peka

    Laura duduk dengan tenang di sofa ruang tamu. Matanya menatap Penelope yang duduk di seberangnya dengan senyum cerah. Wanita muda itu tampak begitu nyaman di rumah ini, seolah tempat ini adalah bagian dari dunianya."Tante, bagaimana kalau kita shopping sekarang? Biar Penelope yang traktir Tante hari ini," ucapnya riang setelah mereka duduk santai.Laura hanya tersenyum tipis. Sekilas, tawaran itu terdengar tulus, tetapi setelah kejadian makan siang tadi, pikirannya mulai dipenuhi dengan pertanyaan. Ini pertama kalinya dia melihat Penelope bersikap terlalu ‘perhatian’ pada keluarganya, terutama pada Davin dan anak-anaknya.Sementara itu, suara tawa samar terdengar dari ruang belajar. Laura tahu Davin sedang menemani kedua anaknya di sana, mungkin membantu mereka dengan tugas sekolah atau sekadar bercanda melepas penat.Laura mengalihkan pandangannya kembali pada Penelope. Ia harus segera mengambil sikap sebelum semuanya semakin tidak terkendali."Maaf ya, Penelope, sepertinya Tante t

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Pantas Marah

    Dua jam berikutnya, makanan pun sudah siap tersaji di atas meja. Aroma masakan yang sedari tadi menguar dari dapur kini memenuhi seluruh ruangan, menciptakan suasana hangat di tengah rumah itu. Laura menepuk tangannya pelan, memastikan semua sudah tertata rapi sebelum akhirnya melangkah ke taman belakang, tempat putranya masih berada."Davin, Sayang, makan siangnya sudah siap. Coba kamu panggil Naura, biar Mama ke atas memberitahu Raka dan Rania," ucapnya lembut.Davin yang sejak tadi duduk termenung di bangku taman hanya mengangguk pelan. Wajahnya tampak letih, pikirannya masih terbayang perdebatan dengan sang istri beberapa waktu lalu."Iya, Ma," sahutnya singkat, mencoba menyembunyikan kegelisahan dalam hatinya.Laura tidak bertanya lebih lanjut. Ia hanya menepuk bahu putranya dengan lembut sebelum berbalik menuju lantai atas. Setibanya di lantai dua, ia mengetuk pintu kamar Raka dan Rania, lalu membukanya pelan.Di dalam, kedua cucunya sedang duduk di tempat tidur masing-masing, a

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Enak

    "Apa Naura cemburu dengan Penelope? Apa mungkin Penelope seperti itu?" tanya Laura dalam hati. Ia mencoba mengingat-ingat bagaimana sikap Penelope selama ini. Setahunya, Penelope adalah anak baik, tidak mungkin berniat merusak hubungan orang lain, apalagi hubungan suami istri.Namun, ucapan Naura tadi terlihat kalau dia begitu terganggu dengan kehadiran Penelope. Jika benar ada sesuatu yang membuatnya cemburu, Laura ingin mengetahuinya sendiri. Ia ingin memastikan apakah perasaan Naura beralasan atau hanya sekadar kecurigaan tak berdasar."Aku harus membuktikannya," gumamnya dalam hati. Ia mengurungkan niatnya membawakan buah untuk Naura dan memilih kembali ke dapur bersama Penelope. Ia akan mengamati lebih dekat, mencari tahu apakah ada hal yang selama ini luput dari perhatiannya.Sementara itu, di taman belakang, Davin masih berusaha menenangkan Naura. Mereka berdiri di dekat bangku kayu panjang yang biasa digunakan untuk bersantai. Cahaya matahari yang mulai meredup tidak cukup unt

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Permintaan Tak Masuk Akal

    Laura dan Penelope melangkah masuk ke dalam supermarket yang cukup besar, hanya beberapa blok dari rumah sementara keluarga Abimanyu. Udara dingin dari pendingin ruangan langsung menyambut mereka, memberikan kesegaran setelah berjalan di bawah terik matahari."Kita beli apa saja, Tante?" tanya Penelope dengan senyum ramah. Wajahnya tampak antusias, seolah benar-benar ingin belajar memasak.Laura melirik daftar belanja yang telah ia buat sebelum berangkat. "Tante akan memasak beberapa menu spesial hari ini. Kita butuh daging sapi, ayam, beberapa jenis sayuran, dan tentu saja bumbu-bumbu dapur," jawabnya sembari mendorong troli.Penelope mengangguk sambil menyesuaikan langkahnya dengan Laura. Dalam hati, ia tersenyum penuh kemenangan. Kesempatan ini adalah jalan terbaik untuk lebih dekat dengan keluarga Davin. Jika ia bisa mengambil hati Laura, maka ia akan punya alasan untuk datang kapan saja ke rumah mereka.Mereka mulai berkeliling supermarket, memilih bahan-bahan dengan teliti. Lau

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tamu Tak Diundang

    Davin membawa keluarganya ke sebuah butik eksklusif yang menyediakan berbagai koleksi pakaian anak-anak. Sejak awal memasuki butik, Raka dan Rania terlihat sangat bersemangat, mata mereka berbinar melihat berbagai pilihan pakaian yang tersusun rapi."Wow, Daddy, lihat! Bajunya bagus-bagus banget! Ini keluaran terbaru deh, Nia belum punya!" seru Rania sambil menunjuk salah satu dress berwarna pastel dengan aksen renda yang elegan.Raka yang berdiri di sampingnya juga tak kalah antusias. "Daddy, Aka mau yang ini!" katanya sambil menarik tangan Davin ke arah sebuah jaket keren yang dipajang di etalase.Davin tersenyum, mengusap kepala keduanya dengan penuh kasih sayang. "Tentu saja, Sayang. Tapi kita harus pilih yang cocok untuk kalian berdua. Meskipun kalian berbeda jenis kelamin, Daddy tetap ingin kalian punya baju yang serasi. Bagaimana kalau kita cari couple outfit?""Keren! Raka mau baju kembaran sama Rania!" sahut Raka penuh semangat.Naura yang berdiri di samping Davin tertawa kec

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Semesta Berpihak Padaku

    "Penelope!" balas Laura, memanggil wanita yang menyapanya.Tampak Penelope melangkah mendekati Laura yang sedang duduk di salah satu meja di restoran cepat saji tersebut. Wajahnya terlihat sumringah, senyum lebarnya menghangatkan suasana. Begitu sampai di hadapan Laura, mereka langsung berpelukan erat, seolah-olah melepas rindu yang sudah lama tertahan.Sementara itu, Naura dan Davin yang duduk di sisi lain meja hanya bisa saling berpandangan. Keduanya sama sekali tak menyangka bahwa Laura mengenal Penelope. Naura terutama, masih mengingat dengan jelas bagaimana pertemuan pertamanya dengan wanita itu yang terkesan meremehkannya."Kamu apa kabar, sayang? Makin cantik aja," ucap Laura dengan nada akrab, menyapa anak dari sahabatnya tersebut."Baik, Tante. Tante sendiri gimana? Tante awet muda banget, loh!" balas Penelope dengan nada ceria, matanya berbinar menatap Laura. "Kalau nggak salah, kita bertemu sekitar sepuluh tahun yang lalu ya, Tan? Untung saja Penelope mampir ke restoran ini

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Salah Sangka

    Fernando terus menatap ke arah Bram dan Davin yang saat ini sedang berbicara dengan Bruno, pemilik tempat hiburan malam tersebut yang juga merupakan teman baik Fernando. Dari sudut ruangan, Fernando memperhatikan dengan saksama, memperkirakan apa yang sebenarnya mereka bicarakan."Aku tak menyangka mereka suka juga ke tempat yang seperti ini. Aku pikir Davin benar-benar lelaki terbaik. Ternyata semua lelaki sama saja, mana betah kami hanya dengan satu pasangan," ucapnya pada diri sendiri, mendesah pelan sambil mengamati mereka dari kejauhan.Fernando menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengaduk minuman di tangannya dengan gerakan lambat. Matanya tidak lepas dari mereka bertiga, terutama Davin. Ada sedikit perasaan tidak percaya dalam benaknya. Selama ini, Davin dikenal sebagai pria yang setia dan tidak tertarik dengan tempat hiburan. Namun, kenyataan di depan matanya menunjukkan sesuatu yang berbeda.Sementara itu, di sudut tempat hiburan tersebut, Davin dan Bram sedang berbicara serius

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bergerak Normal

    "Apa semuanya sudah sesuai dengan yang kamu rencanakan?" tanya Penelope pada Fernando, sambil meliriknya dari sofa mewah berlapis beludru merah yang sedang didudukinya.Tangannya yang ramping menggenggam gelas anggur, menggoyangkan cairan merah di dalamnya dengan gerakan anggun. Cahaya lampu kristal di ruang tamunya yang luas memantulkan kilauan di permukaan gelas, menciptakan bayangan berkilau di meja kaca di depannya.Fernando berdiri tegap di dekat rak buku yang dipenuhi koleksi bacaan mahal dan beberapa lukisan klasik yang sengaja dipajang sebagai simbol kemewahan. Mata pria itu menatap tajam pada atasannya, memastikan tidak ada keraguan dalam Suaranya saat ia menjawab."Sudah, Bu. Anda tenang saja, semuanya sudah saya atur," jawab Fernando tanpa ragu sedikit pun.Penelope menyandarkan tubuhnya, menyilangkan kakinya dengan gerakan lambat dan sensual. Senyuman tipis tersungging di bibir merahnya yang sempurna. Dia menikmati permainan ini, sebuah permainan yang dirancangnya sendiri

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status