Share

Bab 135

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-29 18:06:43

Aku belum pernah melihat benda panjang dan besar seperti punyamu. Terima kasih ya. Aku benar-benar merasa bahagia hari ini, aku puas.

Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam telinga Clara. Nyonya Laura berkali-kali mengucapkan terima kasih pada Nicole, membuat pikirannya berputar liar.

Sebesar apa milik Nicole? pikirnya.

“Apa sih yang sedang aku pikirkan? Ya ampun, kenapa rasa penasaranku begitu besar terhadap milik Nicole?” Clara menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan gejolak rasa ingin tahu yang terus tumbuh.

Tadi apa katanya? Nicole sebetulnya sudah punya calon istri dan dia sengaja menjadi budak nafsu Nyonya Laura hanya demi uang? Ya ampun, aku benar-benar ingin melihat ukuran yang sesungguhnya. Clara membatin, tapi buru-buru mengusir pikiran itu.

"Claraaaaaa!"

Teriakan Nyonya Laura dari dalam kamar membuyarkan lamunan Clara. Ia tersentak kaget, lalu melangkah cepat menuju kamar yang ditempati oleh Nyonya Laura.

Clara mengetuk pintu kamar dengan sopan.

"Masuk!" terdengar suara
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 136

    Davin menghentikan langkahnya ketika dia mendengar sang istri menyebut kata "mantan." Padahal, tadinya Davin hendak menaruh jas kerjanya di keranjang pakaian kotor.“Maksudmu apa, sayang?” tanya Davin dengan suara lembut. Wajahnya mencoba mempertahankan ekspresi tenang meski hatinya mulai menduga sesuatu. Menghadapi Naura selama masa kehamilannya memang menuntut kesabaran ekstra. Hormon ibu hamil yang tidak stabil sering membuat wanita itu mudah tersulut emosi.Naura menatapnya dengan sorot mata tajam. “Jangan pura-pura nggak tahu. Jawab saja pertanyaanku. Bagaimana rasanya bertemu dengan mantan terindah? Senang? Puas? Bahagia sampai tertawa lepas di tempat umum?” Nada suara Naura naik satu oktaf, dan matanya mulai memerah.Davin menghela napas berat, mencoba mengatur emosinya agar tidak terpancing. Ia sudah cukup tahu arah pembicaraan ini.“Katakan, siapa yang sudah menyebar fitnah?” tanya Davin, tetap dengan nada lembut meskipun hatinya mulai mendidih.“Jawab dulu pertanyaanku!” po

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 137

    Setelah pulang dari rumah utama keluarga Abimanyu, suasana di dalam mobil begitu hening. Davin tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya fokus pada jalan di depannya. Tatapan matanya tajam dan dingin, membuat Naura merasa semakin kecil di kursinya. Wanita itu ingin berbicara, ingin meminta maaf atas tindakannya yang mungkin telah menyakiti Davin, tetapi keberaniannya tidak cukup untuk memecah kebekuan.Davin sengaja bersikap seperti itu. Ia tahu, jika langsung berbicara atau memaafkan Naura begitu saja, sang istri tidak akan belajar dari kesalahan. Apa yang terjadi tadi benar-benar menyadarkan Davin bahwa istrinya terlalu mudah dipengaruhi. Mama Laura jelas-jelas sengaja memprovokasi Naura dengan pesan-pesan penuh racun untuk memisahkan mereka. Tapi Naura, alih-alih mendiskusikannya dengan kepala dingin, malah memilih untuk percaya begitu saja tanpa mencari kebenarannya.Saat mereka tiba di rumah, Davin langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam tanpa menunggu Naura. Ia bahkan ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Kelahiran Si Kembar

    Waktu terus berlalu, dan kini Laura menjalani hari-hari yang penuh kepahitan setelah perceraian resminya dengan William. Pria yang selama ini menjadi suaminya kini telah divonis hukuman penjara 25 tahun atas kejahatan keuangan dan penipuan yang terungkap di pengadilan. Meski Laura tidak lagi terikat dengan William, kehancuran yang ia rasakan jauh lebih dalam daripada sekadar kehilangan pasangan hidup.Namun, kebenciannya terhadap Naura, menantunya, dan Bram, anak yang terlahir tanpa sosok ayah, semakin menjadi-jadi. Laura tidak pernah menerima kehadiran Naura dalam keluarga mereka, dan kebenciannya kian mendalam setelah Davin, satu-satunya anak yang diakuinya, memilih untuk membela Naura dan menjauh darinya.Berulang kali Laura mencoba menyakiti Naura. Mulai dari upaya menggiring opini negatif di lingkungan sosial Naura hingga usaha mengancamnya secara langsung. Namun, setiap rencana Laura selalu digagalkan oleh Bram, yang kini tumbuh menjadi sosok yang paling membenci Laura. Bram

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Raka dan Rania

    Davin terus berteriak memanggil dokter dan suster dengan panik, tidak tahan melihat istrinya yang terus meringis kesakitan. Dalam hitungan detik, dokter dan para suster masuk ke ruang persalinan dengan sigap.“Sudah bukaan akhir, Bu Naura! Kita mulai, ya,” ujar dokter dengan tenang sambil memeriksa kondisi Naura. Dokter mulai membimbing Naura.Naura yang sudah kehabisan tenaga hanya mampu mengangguk kecil, sementara tangannya mencengkeram lengan Davin dengan kuat."Sayang... sakit...," lirih Naura sambil menahan rasa sakit yang tak kunjung mereda.Davin berdiri di samping Naura, memegangi tangan istrinya dengan erat. “Aku di sini, Sayang. Aku nggak akan ke mana-mana. Kamu pasti bisa. Kamu kuat,” ucapnya lembut.Namun, rasa sakit yang semakin memuncak membuat Naura kehilangan kendali. Dengan penuh tenaga, ia menarik rambut Davin hingga pria itu sedikit terdorong ke depan.Davin meringis, tapi ia tidak berusaha menepis. Ia tahu ini adalah cara Naura menyalurkan rasa sakit yang luar bias

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 139

    "Pak Davin, mari kita bawa si kembar ke ruang bayi untuk dilakukan pemeriksaan," ujar Suster Rina, seorang perawat wanita yang tengah mendorong boks bayi berwarna merah muda milik Rania.Davin mengangguk, lalu mengecup lembut kening sang istri. “Aku antar anak-anak kita dulu, ya, Sayang,” ucapnya dengan nada lembut.Naura, yang masih terbaring lemah di ranjang persalinan, membalasnya dengan senyuman tipis. Wajahnya masih pucat, namun kebahagiaan yang terpancar dari matanya cukup untuk membuat Davin merasa lega. Meski tubuhnya lemah, Naura terlihat puas telah berhasil melahirkan kedua buah hati mereka ke dunia dengan selamat.Davin melangkah sambil mendorong boks bayi berwarna biru muda milik putra sulungnya, Raka Abimanyu. Di sampingnya, Suster Rina mendorong boks bayi perempuan, Rania Abimanyu. Saat melangkah keluar dari ruang persalinan, hati Davin dipenuhi rasa perih yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tidak ada kerabat atau keluarga yang menunggu mereka di luar. Tidak ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 141

    “Permisi, Pak Davin, kami mohon izin untuk membawa Ibu Naura ke ruang perawatan,” ucap salah satu perawat yang tadi membantu dokter kandungan saat Naura melahirkan. “Oh, ya, baiklah. Saya akan ke sana sekarang,” jawab Davin. Tatapannya tetap fokus pada perawat tersebut, memastikan bahwa Naura akan diperlakukan dengan baik. Perawat itu mengangguk, lalu melangkah terlebih dahulu menuju ruang persalinan untuk memindahkan Naura ke ruang perawatan di sebelahnya.Davin menghela napas sejenak. Hari ini adalah hari yang melelahkan, namun penuh kebahagiaan. Ia sengaja menyewa ruang VVIP untuk persalinan Naura. Dalam satu lantai khusus, tersedia fasilitas lengkap: ruang rawat inap, ruang persalinan, ruang ICU, dan ruang bayi. Semua fasilitas terbaik itu disiapkan agar Naura dan bayi-bayi mereka mendapatkan perawatan maksimal. Baginya, keselamatan dan kenyamanan keluarganya adalah prioritas utama.Davin menoleh ke arah Bram dan Maria yang masih berdiri di dekatnya. “Aku serahkan semuanya sama

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 142

    Suasana di Kota Sun City terasa dingin, namun suasana di dalam apartemen mewah Bram dipenuhi kehangatan dari percakapan yang sarat emosi. Bram duduk di depan jendela besar, menatap pemandangan kota yang gemerlap dengan tatapan kosong. Maria, kekasihnya, duduk di sampingnya, memberikan pelukan hangat yang seolah menjadi satu-satunya tempat Bram merasa aman."Apa ya kira-kira reaksi Pak Davin kalau dia tahu kamu dan dia terlahir dari ibu yang sama, Sayang?" tanya Maria dengan hati-hati. Ia tahu, pertanyaan itu menyentuh luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.Bram menghela napas panjang sebelum menjawab, "Entahlah. Mungkin dia akan marah besar kalau tahu aku adalah kakaknya dari ayah yang berbeda. Aku yakin, dia mungkin akan memecatku saat itu juga... atau dia akan berpikir kalau aku masuk ke kantor Abimanyu Group untuk menjalankan balas dendam."Bram tersenyum getir, namun matanya memancarkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kembali terarah keluar jendela, mencoba menyembunyikan pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 143

    Bila Bram sudah menyelesaikan kegiatan panasnya dengan Maria, berbeda dengan Davin yang belum bisa memejamkan mata.Ruang rawat inap itu terasa tenang, meski di dalamnya Davin terus saja mengeluh dengan suara pelan namun penuh emosi. Pria itu berbaring di samping Naura, istrinya, yang masih terlihat kelelahan setelah persalinan. Sementara bayi kembar mereka berada di ruang khusus bayi dengan penjagaan ketat, Davin justru tidak bisa menahan hasratnya untuk terus mengganggu Naura dengan pertanyaan yang sama."Berapa lama sebenarnya aku harus puasa, Sayang, untuk tidak menyentuhmu?" tanya Davin lagi, kali ini lebih pelan namun tetap tidak menyembunyikan frustrasinya. Tangan besar pria itu dengan bandel menyentuh dada Naura, membuat wanita itu meringis kecil."Sayaaang, jangan! Dadaku sakit," ucap Naura, mencoba melepaskan tangan suaminya. Ia merasa tidak nyaman, bukan cuma karena ASI-nya belum lancar, tapi juga karena Davin terlihat tidak peduli pada kondisinya.“Jawab pertanyaanku, sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 197

    Bryan duduk di kursi empuknya, jari-jarinya mengetuk meja kayu mahoni di ruang kerjanya yang gelap. Matanya tajam menatap ke arah sepuluh anak buah kepercayaannya yang berdiri berbaris di hadapannya. Wajah-wajah mereka menunjukkan keseriusan, siap menerima perintah dari sang pemimpin. Asap cerutu yang terus mengepul dari tangan Bryan menambah suasana mencekam di ruangan itu.“Kalian sudah dengar kabar kekalahan kita, kan?” suara Bryan rendah, namun penuh ancaman. Tatapannya beralih dari satu anak buah ke anak buah lain, seolah menantang mereka untuk menjawab.Salah satu dari mereka, seorang pria bernama Victor, memberanikan diri angkat bicara. “Ya, Tuan. Kami sangat menyesal atas kekalahan ini.”Bryan mendengus. “Penyesalan tidak ada artinya untukku, Victor. Kekalahan ini adalah tamparan keras, dan aku tidak akan membiarkan Davin Abimanyu bersenang-senang dengan kemenangan mereka.” Ia membuang cerutunya ke asbak, lalu bersandar dengan tangan terlipat di dadanya.“Tuan, apa langkah k

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 196

    Bila Bram sedang sibuk persiapan ke luar negeri, berbanding terbalik dengan Davin. Malam ini adalah malam bahagia untuknya.Davin baru saja selesai mandi ketika ponselnya yang tergeletak di meja nakas berbunyi. Ia meraih ponselnya dan melihat nama pengacara mereka muncul di layar. Mendengar kabar baik yang disampaikan oleh sang pengacara, ekspresinya berubah cerah. Wajahnya penuh antusiasme, dan tanpa berpikir panjang, ia setengah berlari keluar kamar menuju kamar sang Mama.Tanpa Davin sadari, kedua anak kembarnya, Raka dan Rania, yang berdiri tak jauh darinya, langsung mengekor di belakang. Keduanya saling berbisik sambil tertawa kecil, seakan merasa ini adalah petualangan seru di rumah.“Mama! Mama!” Davin berteriak seperti anak kecil, penuh semangat.“Mama! Mama!” si kembar ikut-ikutan memanggil sambil berlari kecil.Davin terlalu fokus dengan pikirannya, tak sadar kalau kedua buah hatinya mengikuti. Raut wajahnya memancarkan kebahagiaan yang meluap-luap, ia tak sabar ingin segera

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 195

    Davin menatap Bram dengan dahi berkerut, masih mencerna penjelasan kakak tirinya. Situasi ini jelas jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan. “Jadi, Dinda itu… masih istri orang?” tanya Davin dengan nada menuntut penjelasan lebih lanjut.Bram mengangguk pelan, ekspresinya terlihat berat. “Iya, dia masih istri Dimas. Tapi pernikahan mereka hanya status di atas kertas. Tidak ada hubungan suami-istri seperti layaknya pasangan lain,” jelas Bram.Davin menyandarkan tubuhnya ke kursi, kedua tangannya menyilang di dada. “Kenapa mereka sampai seperti itu? Bukannya sudah menikah?”Bram menarik napas panjang, jelas berat menceritakan hal ini. “Dimas itu... pecinta sesama jenis, Vin. Dinda pernah memergoki dia dengan sahabatnya, Herman. Mereka bahkan... berciuman di rumah sakit.”Mata Davin melebar, tangannya hampir menjatuhkan cangkir kopi yang tadi baru ia pegang. “Astaga, jadi selama ini...?”Bram mengangguk. “Iya, selama ini Dimas memanfaatkan Dinda untuk menutupi orientasinya. Dia nggak pern

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 194

    “Gak usah malu gitu. Lagian kamu udah dewasa wajar sedekat itu dengan kekasihmu. Yang penting tanggung jawab,” ujar satpam itu, karena melihat Andi tampak gugup. Andi mengangguk, berharap tak ada yang curiga kalau merah ini akibat keganasan Laura.Sementara di dalam rumah Raka dan Rani sedang menunjukan kado-kadonya yang diberikan Mommy, Daddy, dan Uncle Bram. Tiga orang itu yang memberikan kado tak kaleng-kaleng buat Raka dan Rania.“Lihatlah nek. Ini dali Mommy dan Daddy. Yang itu dali Uncle Blam. Yeeeeeew.”Keduanya berjingkrak girang. Meski acara buka kado terbilang terlambat tapi mereka puas melihatnya. Bram memberikan dua sepatu roda untuk Raka dan Rania. Satu mobil aki untuk Raka dan satu untuk Rania. Satu motor aki untuk Raka juga satu untuk Rania.Sementara sang Daddy, membelikan gundam dan tang tangan tanos jumlahnya empat. Ukurannya sangat besar dan terpajang di rak kaca. Rania mendapat Barbie keluaran terbaru juga yang besar dan berjumlah empat sesuai usianya.Sementara sa

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 192

    Hujan deras masih mengguyur, menciptakan suasana dingin dan berkabut di luar vila megah tempat Andi dan Laura berada. Setelah permainan panas yang baru saja mereka lewati, Laura berbaring santai di sofa besar yang empuk. Tubuhnya diselimuti kimono satin tipis yang nyaris transparan, sementara Andi berdiri kaku tak jauh darinya, tubuhnya sama sekali tak tertutup sehelai benang pun. Wajah Andi tampak memerah, bukan hanya karena udara dingin, tetapi juga karena rasa malu yang begitu dalam."Andi, ambilkan ponselku," perintah Laura tiba-tiba, suaranya lembut namun penuh otoritas.Andi menelan ludah, matanya menghindari pandangan langsung ke arah majikannya. "Nyonya, bolehkah saya—""Tidak perlu pakai baju," potong Laura cepat sambil tersenyum tipis, menikmati rasa canggung yang jelas tergambar di wajah Andi.Meski malu, Andi tak punya pilihan selain menuruti perintah itu. Dengan langkah ragu, ia berjalan mengambil ponsel Laura yang tergeletak di meja tak jauh dari sana. Ia menyerahkan p

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 192

    “Jangan gugup,” kata Laura.Andi jantungnya berdebar kian kencang. Sementara Laura semakin bahagia. Melihat daun muda tentu membuatnya jauh lebih semangat.“Ta–tapi Nyonya, benar kan akan membiayai operasi ibu, saya?” tanya Andi.“Tentu saja benar. Puaskan dulu aku, biar kamu dapat bayaran. Ingan selama kamu berhubungan denganku, jangan sesekali bercinta dengan wanita lain, termasuk kekasihmu. Paham!”“Pa–paham Nyonya,” jawab Andi. “Ya ampun, gini amat nyari uang, aku harus main dengan nenek-nenek. Bahkan aku harus menyerahkan perjakaku padanya. Ibu harus segera pulih, demi Ibu, apapun akan Andi lakukan, Bu,” Andi membatin.Laura menarik tangan sang sopir, mengajaknya menuju kolam air panas. Mereka berdua turun ke dalam. “Kau tak ingin menghisap dadaku hmmmm?” tanya Laura saat keduanya sudah masuk dalam kolam. “Sa–saya-” Andi semakin gugup.“Puaskan aku. Hanya itu yang perlu kamu lakukan. Kalau kau tak mau biar aku pesan cowok lain dari Vila ini!” ancam Laura. “Nanti juga terbiasa,

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 191

    Menyadari laki-laki muda itu sangat gugup, Laura pun menjauhkan tangannya dari paha pria itu."Apa kamu tidak pernah berhubungan dengan perempuan? Masa sih orang seusiamu mendengar kata-kata saya ini terlihat sangat gugup?" tanya Laura.Andi benar-benar kehilangan konsentrasinya. Dia harus fokus berkendara, namun pikirannya terganggu oleh pertanyaan ambigu yang dilayangkan oleh Laura.Usianya saat ini baru 25 tahun, namun postur tubuhnya yang sangat tinggi dan besar membuat wajah tampannya terlihat lebih tua dari usianya."Kamu yakin belum pernah melakukannya dengan kekasihmu atau perempuan lain?" tanya Laura lagi ketika pria itu benar-benar semakin salah tingkah."Demi Tuhan, Nyonya. Saya tidak pernah melakukan itu dengan siapapun. Saya benar-benar hanya fokus pada penyembuhan ibu saya. Hanya beliau satu-satunya orang yang saya miliki di dunia ini," jawab Andi, semakin membuat Laura tersenyum bahagia."Kalau begitu, aku akan memanjakanmu dengan uang yang aku miliki. Aku akan membelik

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 190

    "Naura sayang," panggil sang Mama mertua."Ya, Ma," jawab Naura, lalu membuka pintu kamarnya untuk menanyakan apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh sang Mama mertua.Si kembar ikut keluar dan menyembulkan kepala mereka di balik pintu untuk melihat sang nenek. Saat ini, Naura dan si kembar baru saja selesai mandi setelah panen buah di kebun.Bahkan Raka dan Rania tubuhnya masih terlilit handuk, dan rambutnya masih setengah basah."Mama mau pergi sebentar ya, sayang," pamit sang Mama mertua pada Naura. Ia juga mengusap rambut kedua cucunya."Kenapa nenek tidak di lumah saja? Padahal kami mau pamel kado ulang tahun, loh. Nenek jangan pergi ya," bujuk Raka."Iya, nih! Nenek halus temenin kami buka kado!" Rania ikut merengek."Kalau kalian mau ditemani nenek, berarti Mommy yang akan pergi ke kantor. Gimana?" Naura memberi tawaran sambil menaik-turunkan alisnya ketika kedua anak kembarnya menatap ke arah Naura."Oh, tidak bisa, Nyonya!" jawab keduanya kompak, lalu memeluk sang Mommy."Ya udah

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 189

    Esok harinya, semua sudah berkumpul di meja makan. Naura mengenakan pakaian rumahan, namun sudah wangi dan cantik. Cuti hari ini diberikan langsung oleh sang CEO, dan akan dimanfaatkan dengan baik menemani kedua buah hatinya seharian penuh di rumah.Rania dan Raka melirik menu di atas meja. Ada daging dan salad sayur, serta susu untuk keduanya. Segera mereka mengambil posisi di samping kanan dan kiri sang Daddy.Bram masuk ke rumah itu, dan melayangkan protes saat tempat duduk yang biasa ia tempati diambil oleh Raka.“Minggir,” kata Bram mengusir Raka.Segera Raka berpegangan pada lengan sang Daddy, dan kakinya melilit pada tiang meja.“Iiiih, apaan nih. Dasal tamu tak diundang, tak punya sopan, ya numpang makan di lumah olang,” omelnya.Davin hanya terkekeh, sambil mengecup wajah jagoannya, yang makin hari makin bawel.“Iiih, apaan nih. Dad, tolongin apa anaknya,” kata Raka lagi, saat Bram kembali berniat mengangkat tubuhnya.Laura bergabung dan menjewer Bram hingga membuat Rania dan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status