Share

Bab 129

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 13:14:04

Beberapa anak buah Thomas segera menarik Anna dengan kasar. Tangannya diikat, dan ia diseret keluar dari ruangan meski ia meronta dan memohon. Wajah Thomas tetap dingin, tanpa sedikitpun rasa iba.

Di ruang bawah tanah, Anna dilempar ke lantai kasar yang dingin. Thomas menyusul tak lama kemudian, diikuti oleh beberapa anak buahnya yang membawa alat-alat yang membuat nyali siapa pun ciut.

“Mulai sekarang, kau bukan lagi bagian dari tempat ini,” ucap Thomas dengan nada dingin. “Tapi sebelum kau pergi, aku akan memastikan kau mengingat bahwa aku adalah seseorang yang tak boleh kau tantang.”

Ia memberi isyarat pada anak buahnya. Mereka mulai memukul, menendang, dan menyiksa Anna tanpa ampun. Jeritannya memenuhi ruang bawah tanah, namun tidak ada yang menunjukkan belas kasihan. Thomas hanya berdiri, menonton dengan ekspresi dingin, seolah itu hanyalah sebuah hukuman yang pantas untuk tindakan nekat Anna.

Setelah beberapa saat yang terasa seperti seumur hidup bagi Anna, Thomas mengangkat tan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rifda Nafisha
ngakak brutal gara² davin ya Allah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 130

    “Ayo habiskan!” seru Naura sambil melipat tangan di depan dada. Tatapannya tajam seperti ingin membakar dua pria kekar yang saat ini tampak takut pada tumpukan buah mangga muda yang sudah tersaji di meja.Naura bersandar di kepala ranjang mewahnya, tubuhnya terbalut selimut. Perutnya yang membuncit menandakan usia kehamilannya sudah memasuki trimester kedua. Namun, kali ini sang calon ibu tidak sedang santai menikmati waktu, melainkan mengatur strategi untuk memberi pelajaran pada Davin dan Bram.Davin, suaminya, duduk di sofa bersama Bram, tangan kanannya yang sekaligus biang keladi dari kekacauan ini. Keduanya saling bertukar pandang penuh kecemasan. Di hadapan mereka, sepiring besar mangga muda yang sudah dipotong kecil-kecil dan ditemani sambal pedas seolah menertawakan nasib mereka.“Tapi, Sayang, ini terlalu asam untuk kami berdua. Ini kan untuk ibu hamil,” protes Davin dengan wajah memelas, mencoba mencari simpati dari istrinya.Naura hanya mengangkat alisnya, tidak peduli. “Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 131

    “Aaaaah, Braaaaam,” desah MariaKarena keduanya sudah diliputi hawa nafsu yang tak bisa dikendalikan lagi, mereka pun mulai permainan ini. Tubuh keduanya telah polos. Nafsu Maria jauh lebih besar dari Bram.Bram benar-benar terhanyut dengan suasana di apartemennya, dan kini Maria mulai memposisikan miliknya untuk memasukkan milik Bram ke dalam bagian intimnya.Maria masih berada di atas pangkuan Bram, lalu wanita itu bergerak alami mengikuti nafsunya yang sudah begitu besar akibat sentuhan Bram, yang lama ia rindukan.Bram pun begitu ia tak sabar ingin menikmati milik Maria yang sempit dan menjepit miliknya, bahkan berkali-kali Bram melenguh karena merasakan kenikmatan yang luar biasa dari milik Maria.Perempuan di atas pangkuannya ini, benar-benar membuat Bram lupa segala.Dia larut dalam permainan panas mereka. Wanita itu terus menaik turunkan bokongnya di atas pangkuan Bram. Meski status keduanya masih singel, nyatanya Maria berhasil melakukan tugasnya layaknya seorang istri.Jarin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Sentuhan di Paha Davin

    Akhirnya berita meninggalnya Anna di sudut kota New Capitol berhembus kencang. Salah satu petugas medis mengenalinya. Lalu melakukan otopsi, dan benar yang meninggal adalah sang selebgram. Jenazah pun sudah dijemput oleh keluarganya dari kota West Country, dan mereka memaafkan segala kesalahan dan kejahatan serta aib yang pernah Anna buat.Di kamar utama, Naura sedang duduk bersandar di sisi ranjangnya, menggenggam erat ponsel di tangannya. Matanya terpaku pada layar, membaca ulang berita yang membuat hatinya terasa perih. Nafasnya tersengal, seolah udara di ruangan itu tiba-tiba terasa begitu berat. "Sayang, ini nggak mungkin... Anna benar-benar sudah nggak ada," ucap Naura dengan suara yang bergetar.Davin, yang sedang duduk di sofa dekat jendela, meletakan semua pekerjaannya dan menatap istrinya. "Tenang, Sayang. Jangan terlalu dipikirkan. Itu cuma berita," jawabnya mencoba menenangkan, meskipun ia tahu berita itu memang benar.Naura menggeleng pelan, air matanya mulai menetes. "A

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 133

    Bukannya menjauhkan tangannya setelah mendengar bentakan dari Davin, Imelda justru memberi remasan di pangkal paha pria tersebut, hingga berhasil kembali membuat Davin membentak wanita itu.“Imeldaaaaaa!” teriaknya lagi, disusul suara decitan ban mobil di atas aspal. Jalanan itu sangat lengang, karena masyarakat di sana sama sekali tidak pernah menggunakan jalan alternatif tersebut.Meski jarak yang mereka tempuh akan lebih pendek daripada harus mengelilingi kota namun suasana yang sepi dengan pepohonan besar yang sangat banyak membuat masyarakat di sana enggan untuk menggunakan jalan alternatif tersebut sebagai jalan yang layak untuk dilewati.“Daviiiin, pelankan suaramu,” pekik Imelda, “kamu ini kayak orang perjaka saja,” tambahnya kesal.Davin mendengus, “aku bukan Davin yang dulu. Aku sekarang suami orang!” serunya tegas. “Aku pun, istri orang. Jangan lebay deh. Cuma begini doang kamu sok marah, padahal dulu sekali kita main, kamu mau nambah terus. Ayolah, kita ini mantan, beb!”

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 134

    Entah berapa pria yang sudah wanita ini ajak tidur, termasuk William kakak kelasnya sendiri."Kamu harus benar-benar melayaniku, seperti saat kamu bercinta dengan calon istrimu, karena hanya itulah yang bisa memuaskanku dan membiarkanmu tetap bekerja denganku. Namun, jika kamu seperti patung, maka aku tidak akan pernah merasa puas, aku tidak akan memberimu imbalan apapun, jadi jangan coba-coba bermain setengah hati saat melayaniku. Kamu paham maksudku?" tanya wanita itu berbisik, persis di depan wajah Nicole.“Iya, aku mengerti,” sahut pria itu.Laura membuka kain renda penutup dua gundukan kenyal yang pastinya akan Nicole sukai, karena Laura merawatnya dengan sangat baik.Besar, padat dan menggairahkan, itulah yang dilihat oleh Nicole. Meski sekarang kondisinya sama, Entah kenapa tubuh Nicole menerima dengan baik setiap sentuhan yang dilakukan oleh Laura.Laura berlutut di depan Nicole, lalu menyentuh aset lelaki itu, tak peduli dengan kondisi tubuhnya yang masih lemah, urusan ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 135

    Aku belum pernah melihat benda panjang dan besar seperti punyamu. Terima kasih ya. Aku benar-benar merasa bahagia hari ini, aku puas.Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam telinga Clara. Nyonya Laura berkali-kali mengucapkan terima kasih pada Nicole, membuat pikirannya berputar liar.Sebesar apa milik Nicole? pikirnya.“Apa sih yang sedang aku pikirkan? Ya ampun, kenapa rasa penasaranku begitu besar terhadap milik Nicole?” Clara menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan gejolak rasa ingin tahu yang terus tumbuh.Tadi apa katanya? Nicole sebetulnya sudah punya calon istri dan dia sengaja menjadi budak nafsu Nyonya Laura hanya demi uang? Ya ampun, aku benar-benar ingin melihat ukuran yang sesungguhnya. Clara membatin, tapi buru-buru mengusir pikiran itu."Claraaaaaa!"Teriakan Nyonya Laura dari dalam kamar membuyarkan lamunan Clara. Ia tersentak kaget, lalu melangkah cepat menuju kamar yang ditempati oleh Nyonya Laura.Clara mengetuk pintu kamar dengan sopan."Masuk!" terdengar suara

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 136

    Davin menghentikan langkahnya ketika dia mendengar sang istri menyebut kata "mantan." Padahal, tadinya Davin hendak menaruh jas kerjanya di keranjang pakaian kotor.“Maksudmu apa, sayang?” tanya Davin dengan suara lembut. Wajahnya mencoba mempertahankan ekspresi tenang meski hatinya mulai menduga sesuatu. Menghadapi Naura selama masa kehamilannya memang menuntut kesabaran ekstra. Hormon ibu hamil yang tidak stabil sering membuat wanita itu mudah tersulut emosi.Naura menatapnya dengan sorot mata tajam. “Jangan pura-pura nggak tahu. Jawab saja pertanyaanku. Bagaimana rasanya bertemu dengan mantan terindah? Senang? Puas? Bahagia sampai tertawa lepas di tempat umum?” Nada suara Naura naik satu oktaf, dan matanya mulai memerah.Davin menghela napas berat, mencoba mengatur emosinya agar tidak terpancing. Ia sudah cukup tahu arah pembicaraan ini.“Katakan, siapa yang sudah menyebar fitnah?” tanya Davin, tetap dengan nada lembut meskipun hatinya mulai mendidih.“Jawab dulu pertanyaanku!” po

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 137

    Setelah pulang dari rumah utama keluarga Abimanyu, suasana di dalam mobil begitu hening. Davin tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya fokus pada jalan di depannya. Tatapan matanya tajam dan dingin, membuat Naura merasa semakin kecil di kursinya. Wanita itu ingin berbicara, ingin meminta maaf atas tindakannya yang mungkin telah menyakiti Davin, tetapi keberaniannya tidak cukup untuk memecah kebekuan.Davin sengaja bersikap seperti itu. Ia tahu, jika langsung berbicara atau memaafkan Naura begitu saja, sang istri tidak akan belajar dari kesalahan. Apa yang terjadi tadi benar-benar menyadarkan Davin bahwa istrinya terlalu mudah dipengaruhi. Mama Laura jelas-jelas sengaja memprovokasi Naura dengan pesan-pesan penuh racun untuk memisahkan mereka. Tapi Naura, alih-alih mendiskusikannya dengan kepala dingin, malah memilih untuk percaya begitu saja tanpa mencari kebenarannya.Saat mereka tiba di rumah, Davin langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam tanpa menunggu Naura. Ia bahkan ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 197

    Bryan duduk di kursi empuknya, jari-jarinya mengetuk meja kayu mahoni di ruang kerjanya yang gelap. Matanya tajam menatap ke arah sepuluh anak buah kepercayaannya yang berdiri berbaris di hadapannya. Wajah-wajah mereka menunjukkan keseriusan, siap menerima perintah dari sang pemimpin. Asap cerutu yang terus mengepul dari tangan Bryan menambah suasana mencekam di ruangan itu.“Kalian sudah dengar kabar kekalahan kita, kan?” suara Bryan rendah, namun penuh ancaman. Tatapannya beralih dari satu anak buah ke anak buah lain, seolah menantang mereka untuk menjawab.Salah satu dari mereka, seorang pria bernama Victor, memberanikan diri angkat bicara. “Ya, Tuan. Kami sangat menyesal atas kekalahan ini.”Bryan mendengus. “Penyesalan tidak ada artinya untukku, Victor. Kekalahan ini adalah tamparan keras, dan aku tidak akan membiarkan Davin Abimanyu bersenang-senang dengan kemenangan mereka.” Ia membuang cerutunya ke asbak, lalu bersandar dengan tangan terlipat di dadanya.“Tuan, apa langkah k

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 196

    Bila Bram sedang sibuk persiapan ke luar negeri, berbanding terbalik dengan Davin. Malam ini adalah malam bahagia untuknya.Davin baru saja selesai mandi ketika ponselnya yang tergeletak di meja nakas berbunyi. Ia meraih ponselnya dan melihat nama pengacara mereka muncul di layar. Mendengar kabar baik yang disampaikan oleh sang pengacara, ekspresinya berubah cerah. Wajahnya penuh antusiasme, dan tanpa berpikir panjang, ia setengah berlari keluar kamar menuju kamar sang Mama.Tanpa Davin sadari, kedua anak kembarnya, Raka dan Rania, yang berdiri tak jauh darinya, langsung mengekor di belakang. Keduanya saling berbisik sambil tertawa kecil, seakan merasa ini adalah petualangan seru di rumah.“Mama! Mama!” Davin berteriak seperti anak kecil, penuh semangat.“Mama! Mama!” si kembar ikut-ikutan memanggil sambil berlari kecil.Davin terlalu fokus dengan pikirannya, tak sadar kalau kedua buah hatinya mengikuti. Raut wajahnya memancarkan kebahagiaan yang meluap-luap, ia tak sabar ingin segera

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 195

    Davin menatap Bram dengan dahi berkerut, masih mencerna penjelasan kakak tirinya. Situasi ini jelas jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan. “Jadi, Dinda itu… masih istri orang?” tanya Davin dengan nada menuntut penjelasan lebih lanjut.Bram mengangguk pelan, ekspresinya terlihat berat. “Iya, dia masih istri Dimas. Tapi pernikahan mereka hanya status di atas kertas. Tidak ada hubungan suami-istri seperti layaknya pasangan lain,” jelas Bram.Davin menyandarkan tubuhnya ke kursi, kedua tangannya menyilang di dada. “Kenapa mereka sampai seperti itu? Bukannya sudah menikah?”Bram menarik napas panjang, jelas berat menceritakan hal ini. “Dimas itu... pecinta sesama jenis, Vin. Dinda pernah memergoki dia dengan sahabatnya, Herman. Mereka bahkan... berciuman di rumah sakit.”Mata Davin melebar, tangannya hampir menjatuhkan cangkir kopi yang tadi baru ia pegang. “Astaga, jadi selama ini...?”Bram mengangguk. “Iya, selama ini Dimas memanfaatkan Dinda untuk menutupi orientasinya. Dia nggak pern

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 194

    “Gak usah malu gitu. Lagian kamu udah dewasa wajar sedekat itu dengan kekasihmu. Yang penting tanggung jawab,” ujar satpam itu, karena melihat Andi tampak gugup. Andi mengangguk, berharap tak ada yang curiga kalau merah ini akibat keganasan Laura.Sementara di dalam rumah Raka dan Rani sedang menunjukan kado-kadonya yang diberikan Mommy, Daddy, dan Uncle Bram. Tiga orang itu yang memberikan kado tak kaleng-kaleng buat Raka dan Rania.“Lihatlah nek. Ini dali Mommy dan Daddy. Yang itu dali Uncle Blam. Yeeeeeew.”Keduanya berjingkrak girang. Meski acara buka kado terbilang terlambat tapi mereka puas melihatnya. Bram memberikan dua sepatu roda untuk Raka dan Rania. Satu mobil aki untuk Raka dan satu untuk Rania. Satu motor aki untuk Raka juga satu untuk Rania.Sementara sang Daddy, membelikan gundam dan tang tangan tanos jumlahnya empat. Ukurannya sangat besar dan terpajang di rak kaca. Rania mendapat Barbie keluaran terbaru juga yang besar dan berjumlah empat sesuai usianya.Sementara sa

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 192

    Hujan deras masih mengguyur, menciptakan suasana dingin dan berkabut di luar vila megah tempat Andi dan Laura berada. Setelah permainan panas yang baru saja mereka lewati, Laura berbaring santai di sofa besar yang empuk. Tubuhnya diselimuti kimono satin tipis yang nyaris transparan, sementara Andi berdiri kaku tak jauh darinya, tubuhnya sama sekali tak tertutup sehelai benang pun. Wajah Andi tampak memerah, bukan hanya karena udara dingin, tetapi juga karena rasa malu yang begitu dalam."Andi, ambilkan ponselku," perintah Laura tiba-tiba, suaranya lembut namun penuh otoritas.Andi menelan ludah, matanya menghindari pandangan langsung ke arah majikannya. "Nyonya, bolehkah saya—""Tidak perlu pakai baju," potong Laura cepat sambil tersenyum tipis, menikmati rasa canggung yang jelas tergambar di wajah Andi.Meski malu, Andi tak punya pilihan selain menuruti perintah itu. Dengan langkah ragu, ia berjalan mengambil ponsel Laura yang tergeletak di meja tak jauh dari sana. Ia menyerahkan p

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 192

    “Jangan gugup,” kata Laura.Andi jantungnya berdebar kian kencang. Sementara Laura semakin bahagia. Melihat daun muda tentu membuatnya jauh lebih semangat.“Ta–tapi Nyonya, benar kan akan membiayai operasi ibu, saya?” tanya Andi.“Tentu saja benar. Puaskan dulu aku, biar kamu dapat bayaran. Ingan selama kamu berhubungan denganku, jangan sesekali bercinta dengan wanita lain, termasuk kekasihmu. Paham!”“Pa–paham Nyonya,” jawab Andi. “Ya ampun, gini amat nyari uang, aku harus main dengan nenek-nenek. Bahkan aku harus menyerahkan perjakaku padanya. Ibu harus segera pulih, demi Ibu, apapun akan Andi lakukan, Bu,” Andi membatin.Laura menarik tangan sang sopir, mengajaknya menuju kolam air panas. Mereka berdua turun ke dalam. “Kau tak ingin menghisap dadaku hmmmm?” tanya Laura saat keduanya sudah masuk dalam kolam. “Sa–saya-” Andi semakin gugup.“Puaskan aku. Hanya itu yang perlu kamu lakukan. Kalau kau tak mau biar aku pesan cowok lain dari Vila ini!” ancam Laura. “Nanti juga terbiasa,

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 191

    Menyadari laki-laki muda itu sangat gugup, Laura pun menjauhkan tangannya dari paha pria itu."Apa kamu tidak pernah berhubungan dengan perempuan? Masa sih orang seusiamu mendengar kata-kata saya ini terlihat sangat gugup?" tanya Laura.Andi benar-benar kehilangan konsentrasinya. Dia harus fokus berkendara, namun pikirannya terganggu oleh pertanyaan ambigu yang dilayangkan oleh Laura.Usianya saat ini baru 25 tahun, namun postur tubuhnya yang sangat tinggi dan besar membuat wajah tampannya terlihat lebih tua dari usianya."Kamu yakin belum pernah melakukannya dengan kekasihmu atau perempuan lain?" tanya Laura lagi ketika pria itu benar-benar semakin salah tingkah."Demi Tuhan, Nyonya. Saya tidak pernah melakukan itu dengan siapapun. Saya benar-benar hanya fokus pada penyembuhan ibu saya. Hanya beliau satu-satunya orang yang saya miliki di dunia ini," jawab Andi, semakin membuat Laura tersenyum bahagia."Kalau begitu, aku akan memanjakanmu dengan uang yang aku miliki. Aku akan membelik

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 190

    "Naura sayang," panggil sang Mama mertua."Ya, Ma," jawab Naura, lalu membuka pintu kamarnya untuk menanyakan apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh sang Mama mertua.Si kembar ikut keluar dan menyembulkan kepala mereka di balik pintu untuk melihat sang nenek. Saat ini, Naura dan si kembar baru saja selesai mandi setelah panen buah di kebun.Bahkan Raka dan Rania tubuhnya masih terlilit handuk, dan rambutnya masih setengah basah."Mama mau pergi sebentar ya, sayang," pamit sang Mama mertua pada Naura. Ia juga mengusap rambut kedua cucunya."Kenapa nenek tidak di lumah saja? Padahal kami mau pamel kado ulang tahun, loh. Nenek jangan pergi ya," bujuk Raka."Iya, nih! Nenek halus temenin kami buka kado!" Rania ikut merengek."Kalau kalian mau ditemani nenek, berarti Mommy yang akan pergi ke kantor. Gimana?" Naura memberi tawaran sambil menaik-turunkan alisnya ketika kedua anak kembarnya menatap ke arah Naura."Oh, tidak bisa, Nyonya!" jawab keduanya kompak, lalu memeluk sang Mommy."Ya udah

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 189

    Esok harinya, semua sudah berkumpul di meja makan. Naura mengenakan pakaian rumahan, namun sudah wangi dan cantik. Cuti hari ini diberikan langsung oleh sang CEO, dan akan dimanfaatkan dengan baik menemani kedua buah hatinya seharian penuh di rumah.Rania dan Raka melirik menu di atas meja. Ada daging dan salad sayur, serta susu untuk keduanya. Segera mereka mengambil posisi di samping kanan dan kiri sang Daddy.Bram masuk ke rumah itu, dan melayangkan protes saat tempat duduk yang biasa ia tempati diambil oleh Raka.“Minggir,” kata Bram mengusir Raka.Segera Raka berpegangan pada lengan sang Daddy, dan kakinya melilit pada tiang meja.“Iiiih, apaan nih. Dasal tamu tak diundang, tak punya sopan, ya numpang makan di lumah olang,” omelnya.Davin hanya terkekeh, sambil mengecup wajah jagoannya, yang makin hari makin bawel.“Iiih, apaan nih. Dad, tolongin apa anaknya,” kata Raka lagi, saat Bram kembali berniat mengangkat tubuhnya.Laura bergabung dan menjewer Bram hingga membuat Rania dan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status