Share

Arah Lain

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-03 23:02:35

Naura merasa canggung dan tidak nyaman, namun ia berusaha menenangkan dirinya. Di hadapan Davin, ia berkata dengan hati-hati, "Sa—saya minta maaf, Pak Davin. Mungkin saya hanya belum terbiasa."

Davin menatapnya sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, Naura. Aku mengerti. Aku akan memberimu waktu untuk terbiasa dengan situasi ini," ucapnya dengan nada yang lebih lembut. "Tapi ingat, aku tak punya banyak waktu untuk menunggu agar kamu menjadi wanita yang kuinginkan."

Naura mengangguk mantap, berusaha menunjukkan keseriusannya. "Baik, Pak."

Davin tersenyum tipis, lalu menatap makanan di depannya. "Sekarang, kita makan dulu. Pertemuan kita sudah hampir tiba," ujarnya sambil mempersilakan Naura makan.

Naura segera mengalihkan pandangan ke makanannya, mencoba mengumpulkan fokus dan menghabiskan makanan di depannya. Mereka berdua menyelesaikan makan siang dalam suasana yang sedikit kaku, masing-masing sibuk dengan pikiran mereka.

Setelah makan, mereka meninggalkan restoran dan melanjutkan perjal
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tanty Hassan
Halahh Paling dibawa ke Apartemen lagi, utk Boci
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Hunian Baru

    Naura merasa bingung dan canggung saat melangkah memasuki apartemen mewah yang tidak ia kenali. Matanya menyapu sekeliling ruangan dengan kekaguman bercampur keheranan."Ini apartemen siapa, Pak?" tanya Naura dengan suara pelan, nyaris berbisik.Davin mengerling padanya sambil tersenyum tipis. "Sudah, jangan banyak tanya. Ayo turun," jawab Davin singkat. Naura mengangguk ragu-ragu dan mengikuti langkah Davin saat mereka turun dari mobil. Keduanya berjalan ke arah resepsionis, di mana Davin meminta kunci apartemen tersebut.Sepanjang perjalanan menuju unit, pikiran Naura dipenuhi tanda tanya. Di mana mereka ini? Apa rencana Davin sebenarnya? Sejak kapan Davin punya apartemen di tempat ini?Dengan menempelkan kartu dan sekali klik, pintu terbuka, menampilkan pemandangan interior yang menakjubkan. Apartemen tersebut tampak sangat mewah, jauh lebih mewah dari apartemen yang sempat Davin berikan beberapa hari yang lalu, apartemen ini dengan perabotan lengkap dan desain modern yang elegan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Dimanja Bos

    “Sial!” umpatnya marah.Davin menatap layar ponselnya dengan kesal, mengepalkan tangan sambil berdecak. Nada kesal terlukis di wajahnya ketika menerima panggilan dari Anna, calon istrinya. Suasana di ruangan apartemen yang tadinya hangat mendadak terasa berubah."Halo," jawab Davin dengan nada ketus, tak menyembunyikan kejengkelannya."Halo, sayang! Tiga puluh menit lagi jemput aku di depan hotel, ya. Aku mau kamu antar ke salon. Jangan menolak, karena ini perintah langsung dari mamamu," sahut Anna, terdengar seperti perintah daripada permintaan."Iya," jawab Davin singkat, lalu tanpa menunggu balasan, ia langsung menutup telepon, memutuskan sambungan sepihak.Naura, yang menyaksikan semua itu, merasa suasana menjadi canggung. Davin memasukkan ponselnya ke saku celana, lalu menatap Naura yang masih berdiri di dekatnya.Davin menghela napas dan mendekati Naura. "Sayang, sebaiknya kamu pulang sekarang. Ambil barang-barangmu dulu, ya, lalu langsung pindah ke sini. Aku tidak ingin kekasih

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bayaran yang Pantas

    “Semua wanita sama saja. Gak mama, gak Anna, sukanya merintah seenaknya. Buat apa punya pasangan kalau cuma ngatur? Harus dijemputlah, dianterinlah. Kapan mandirinya?” Davin menggerutu sambil melajukan mobilnya menuju kantor. Pikirannya kalut dengan segala tuntutan Anna dan Mamanya, dan sejujurnya, kelelahan mental itu semakin hari semakin mengikis kebahagiaannya.Sesampainya di kantor, Davin menyerahkan kunci mobil kepada sopirnya. “Parkir di basement ya, Pak Udin. Saya ada pekerjaan mendesak,” ujarnya singkat.Pak Udin mengangguk hormat, “Baik, Pak Davin.” Setelah itu, Davin segera melangkah menuju lift di lobi gedung pencakar langit miliknya. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara familiar yang memanggilnya dari kejauhan.“Pak Davin!” seru Aldo, mendekati Davin dengan langkah yang terburu-buru.Davin menoleh malas ke arah suara itu, alisnya sedikit berkerut. "Hmmmm," sahutnya dengan nada menahan kesal.Aldo mendekat, tampak sedikit gelisah. “Pak, saya mau tanya. Naura d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Lebih Liar

    "Terserah kamu mau bilang apa," gumam Naura, membiarkan kata-kata Aldo yang mengancamnya terbang hilang dari pikirannya. Ia menghela napas panjang lalu menutup ponselnya. Setelah itu, dia duduk dan kembali merapikan barang-barangnya, menyiapkan hati untuk kehidupan barunya. Pandangannya tertuju pada foto ibunya yang dibingkai indah dan berdiri di meja samping tempat tidur.Naura meraih bingkai foto itu, menatap penuh haru. Wajah ibunya terlihat damai, tetapi hatinya tahu bahwa di dalam tubuh yang rapuh itu, ibunya sedang berjuang melawan penyakit yang terus melemahkan. Naura mengusap sudut matanya yang mulai basah."Ibu, Naura kangen banget sama Ibu... Apa pun akan Naura lakukan demi kesembuhan Ibu," bisiknya lirih. "Meskipun harapannya sangat kecil, Naura tetap akan berjuang. Bertahan dan berjuanglah, Bu. Naura butuh Ibu... Naura nggak punya siapa-siapa lagi di dunia ini." Ucapannya terbata, tenggelam dalam isak halus yang menyusup di dadanya.Merasa tak ingin larut dalam perasaan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tidur denganmu

    "Aku harus pergi ke mal sekarang," ucap Naura pada dirinya sendiri sambil melihat bayangannya di cermin.Ia menilai penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki, memastikan setiap detail tampak sempurna. Kali ini, Naura ingin tampil memukau. Ia menghela napas, lalu mengambil tas tangannya dan bergegas keluar, hatinya dipenuhi campuran semangat dan sedikit kegelisahan. Ia tahu bahwa malam ini harus terlihat cantik untuk Davin.Dalam perjalanan, ponselnya bergetar beberapa kali, menampilkan nama Aldo di layar. Naura hanya memandangi ponsel tersebut, lalu mengabaikannya."Untuk apa lagi dia menghubungiku?" pikirnya. Hubungannya dengan Aldo sudah ia anggap selesai, tak ada lagi yang tersisa selain kenangan yang tak ingin ia ingat. Bagi Naura, Aldo adalah pria egois yang hanya muncul ketika ia ingin bersenang-senang, tanpa pernah sungguh-sungguh peduli.Sesampainya di mal, Naura langsung menuju butik berkelas yang biasa menjual pakaian mewah. Tanpa ragu, ia melangkah masuk dan menata

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tidak Perawan

    "Serendah itukah dirimu sampai menyerahkan diri untuk disentuh sebelum kita menikah? Jangan-jangan kamu sudah tak perawan lagi?" Davin melontarkan kalimat itu dengan nada dingin, memecah keheningan yang sejenak menyelimuti mereka. Suara Davin terdengar menusuk, membuat suasana di dalam mobil mendadak mencekam. Anna menatapnya dengan sorot mata terluka, namun ia berusaha menahan emosinya."Bukan begitu, sayang," jawab Anna dengan lembut, berusaha menormalkan nada suaranya meskipun hatinya terasa sedikit perih."Tapi tak ada salahnya, kan? Kita sudah bertunangan. Siapa tahu, kalau aku bisa segera hamil, kamu tidak punya alasan lagi untuk menunda pernikahan kita." Ucapannya terdengar penuh harapan, namun ia sadar bahwa kalimatnya mungkin tak cukup untuk mengubah hati Davin yang sekeras batu.Davin menyeringai sinis. "Jadi kamu sudah punya niat untuk menjebakku agar aku mau buru-buru menikahimu?" tanyanya dengan nada meremehkan. Tatapannya tajam, menusuk ke arah Anna yang kini menunduk p

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Seksi

    Mamanya, yang tampak anggun dengan pakaian rapi dan perhiasan mewah, menatap Aldo dengan dingin. "Kamu itu seorang manajer keuangan, Aldo. Gaji kamu besar, karier kamu sangat bagus di perusahaan itu. Kamu seharusnya bisa memilih wanita yang lebih berkelas, bukan perempuan yang hidupnya hanya untuk mengurus ibunya. Bayangkan, Aldo, entah sampai kapan ibunya akan hidup atau mungkin segera meninggal. Mama tidak ingin kamu menyia-nyiakan waktumu hanya untuk perempuan yang asal-usulnya tidak jelas," ia berkata penuh penekanan, sorot matanya tajam.Aldo menghela napas berat, menahan diri agar tidak terpancing lebih jauh."Tapi, Ma, Aldo sangat mencintai Naura. Aldo cuma mau dia yang menjadi istri Aldo, bukan yang lain," jawab Aldo dengan suara lembut namun penuh keyakinan.Mamanya tampak tidak terpengaruh, bahkan semakin mengeraskan suaranya. "Dia tidak akan pernah mencintai kamu dengan sungguh-sungguh, Aldo. Kalau saja kamu bukan seorang manajer keuangan, Mama yakin Naura itu tidak akan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bergairah

    Davin memandang Naura dari ujung kepala hingga ujung kaki, memperhatikan setiap detail dengan tatapan yang tak bisa disembunyikan."Kamu sangat cantik dan seksi, sayang. Aku suka melihatmu seperti ini," ucap Davin dengan suara rendah dan dalam, mengandung kekaguman sekaligus godaan. Tatapan matanya membuat Naura tersenyum malu, lalu ia menundukkan kepala sejenak, mencoba menenangkan dirinya meski jantungnya berdegup kencang.Naura menatap Davin, lalu dengan perlahan mengangkat tangannya, melingkarkan kedua lengannya di leher pria itu. Mereka saling bertukar pandang sejenak, seolah-olah waktu terhenti. Davin merasakan dorongan yang tak tertahankan untuk mendekap Naura lebih dekat, dan perlahan, ia menarik pinggang Naura, mempertemukan tubuh mereka dengan lembut namun intens.Ciuman yang mereka bagi terasa mendalam, seolah-olah dunia di sekeliling mereka lenyap. Setiap sentuhan seolah menceritakan hasrat yang mereka simpan selama ini. Ciuman keduanya terlepas untuk menghirup udara, me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Salah Sangka

    Fernando terus menatap ke arah Bram dan Davin yang saat ini sedang berbicara dengan Bruno, pemilik tempat hiburan malam tersebut yang juga merupakan teman baik Fernando. Dari sudut ruangan, Fernando memperhatikan dengan saksama, memperkirakan apa yang sebenarnya mereka bicarakan."Aku tak menyangka mereka suka juga ke tempat yang seperti ini. Aku pikir Davin benar-benar lelaki terbaik. Ternyata semua lelaki sama saja, mana betah kami hanya dengan satu pasangan," ucapnya pada diri sendiri, mendesah pelan sambil mengamati mereka dari kejauhan.Fernando menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengaduk minuman di tangannya dengan gerakan lambat. Matanya tidak lepas dari mereka bertiga, terutama Davin. Ada sedikit perasaan tidak percaya dalam benaknya. Selama ini, Davin dikenal sebagai pria yang setia dan tidak tertarik dengan tempat hiburan. Namun, kenyataan di depan matanya menunjukkan sesuatu yang berbeda.Sementara itu, di sudut tempat hiburan tersebut, Davin dan Bram sedang berbicara serius

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bergerak Normal

    "Apa semuanya sudah sesuai dengan yang kamu rencanakan?" tanya Penelope pada Fernando, sambil meliriknya dari sofa mewah berlapis beludru merah yang sedang didudukinya.Tangannya yang ramping menggenggam gelas anggur, menggoyangkan cairan merah di dalamnya dengan gerakan anggun. Cahaya lampu kristal di ruang tamunya yang luas memantulkan kilauan di permukaan gelas, menciptakan bayangan berkilau di meja kaca di depannya.Fernando berdiri tegap di dekat rak buku yang dipenuhi koleksi bacaan mahal dan beberapa lukisan klasik yang sengaja dipajang sebagai simbol kemewahan. Mata pria itu menatap tajam pada atasannya, memastikan tidak ada keraguan dalam Suaranya saat ia menjawab."Sudah, Bu. Anda tenang saja, semuanya sudah saya atur," jawab Fernando tanpa ragu sedikit pun.Penelope menyandarkan tubuhnya, menyilangkan kakinya dengan gerakan lambat dan sensual. Senyuman tipis tersungging di bibir merahnya yang sempurna. Dia menikmati permainan ini, sebuah permainan yang dirancangnya sendiri

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meyakinkan sang Istri

    "Kamu kenapa, Sayang? Masih khawatir aku ketemu dengan Penelope? Makanya ayo ikut," ajak Davin saat wajah istrinya terlihat sendu, menatapnya yang sedang bersiap pergi untuk penandatanganan proyek besar Abimanyu Group di kota ini.Naura menggeleng. Untuk datang? Tentu dia tidak mungkin punya mental yang kuat, apalagi setelah Penelope menatapnya dengan tatapan seakan mengejek kondisinya yang seperti ini. Naura menjadi insecure."Nggak apa-apa kok," jawabnya, tapi sorot matanya tentu tidak membuat Davin percaya begitu saja pada sang istri.Pria itu mendekati Naura, lalu berjongkok di depan kursi roda sang istri. Dengan lembut, ia mengecup punggung tangan wanita yang sangat dia cintai. Bahkan, rasa cintanya sejak dulu hingga kini tidak berubah sama sekali."Aku tahu, di luar sana banyak sekali perempuan jahat. Tapi tidak semua laki-laki menyambut dengan baik wanita yang seperti itu. Laki-laki yang baik akan memilih perempuan yang baik pula. Laki-laki yang tidak baik mungkin akan tergoda

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Strategi

    "Kenapa sih, Mama nggak pernah berubah? Semua keputusan harus kemauan Mama! Kenapa seperti ini? Kalau memang Bram tidak mau menikah lagi, ya sudah, Bram nggak akan menikah!"Bram menatap sang Mama dengan rahang mengeras. Hatinya semakin sesak karena merasa tidak pernah diberi kebebasan menentukan hidupnya sendiri."Bram janji, Angelica tidak akan pernah kekurangan kasih sayang. Lagian, Lidya masih jadi pengasuhnya. Nanti, lama-lama Angelica juga akan tahu kalau Lidya itu hanya seorang pengasuh, hanya seorang ibu susu, bukan ibu kandungnya. Bram nggak mau ada orang yang menggantikan posisi Dinda di hati Angelica dan di hati Bram."Bram menghela napas berat. Matanya yang tajam menatap Laura dengan sorot penuh keteguhan."Sekarang terserah Mama. Yang jelas, sekuat apa pun Mama membujuk Bram untuk menikah lagi dan mencarikan jodoh, itu tidak akan pernah terjadi! Bram tidak ingin menikah lagi!" ucapnya tegas.Hening sejenak. Laura masih ingin membantah, tetapi Bram tidak memberinya kesempa

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Jodoh dari Mama

    Bram melangkah santai menuju ruang keluarga Davin. Begitu sampai, ia mendapati kedua keponakannya, Raka dan Rania, tengah duduk di meja belajar kecil mereka. Buku-buku terbuka di hadapan mereka, sementara pensil warna-warni berserakan di atas meja. Sesekali, mereka tampak berdiskusi satu sama lain, wajah mereka serius, tetapi tetap menggemaskan di mata Bram.Senyuman kecil terukir di wajah pria itu. Meskipun jauh dari rumah mereka yang sebenarnya, Raka dan Rania tetap terlihat bahagia. Bram bangga melihat mereka tumbuh menjadi anak-anak yang mandiri dan ceria.Tanpa menunggu lebih lama, ia pun berjalan mendekat, lalu menjatuhkan diri di sofa dekat mereka. "Lagi sibuk apa nih, dua anak pintar Uncle?" tanyanya dengan nada hangat.Rania menoleh lebih dulu, lalu tersenyum lebar. "Lagi ngerjain PR, Uncle!" jawabnya bersemangat."Iya, PR Matematika," tambah Raka, mengangguk antusias.Bram mengangguk-angguk paham. "Wah, Matematika ya? Dulu waktu Uncle seumuran kalian, Matematika itu pelajar

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tak Akan Terganti

    Davin tiba di rumahnya bersama Bram. Begitu memasuki rumah, aroma khas kayu dan wewangian lembut yang selalu digunakan Naura menyambutnya. Rumah itu terasa hangat, tetapi juga sunyi, seakan ada sesuatu yang kurang.Tatapannya langsung tertuju ke ruang keluarga, tempat Raka dan Rania duduk bersisian di meja belajar kecil mereka. Kedua buah hatinya tampak serius mencoret-coret buku mereka, sesekali berdiskusi dengan suara pelan. Biasanya, di antara mereka ada Naura yang menemani—memberikan bimbingan atau sekadar duduk sambil membaca buku. Tapi kali ini, Naura tidak ada di sana."Loh, Mommy di mana, sayang?" tanya Davin, suaranya penuh keheranan.Rania dan Raka sontak menoleh ke arah sang ayah. Mereka saling berpandangan sebelum akhirnya menjawab dengan kompak. "Di kamar, Daddy."Davin mengernyit. "Kok tumben nggak nemenin kalian belajar? Apa Mommy sakit?" tanyanya lagi, kekhawatiran mulai muncul di benaknya.Sambil menunggu jawaban dari anak-anaknya, ia melambaikan tangan pada pengasuh

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Janda Hot

    Ballroom hotel mewah itu dipenuhi cahaya lampu, memberikan kesan eksklusif dan profesional. Meja panjang sudah tertata rapi dengan dokumen-dokumen kerja sama yang siap untuk didiskusikan. Bram dan tiga orang timnya tiba lebih dulu, memastikan semua persiapan sudah sesuai dengan kebutuhan presentasi Davin.Beberapa menit kemudian, Davin datang dengan setelan jas hitam yang sempurna, menampilkan sosoknya yang berwibawa sebagai Presiden Direktur Abimanyu Group. Matanya tajam, fokus pada pertemuan hari ini. Meskipun ia menyadari kehadiran Penelope, ia memilih untuk tidak memperhatikan wanita itu lebih dari yang diperlukan.Penelope melangkah masuk bersama Fernando dan timnya. Seperti biasa, wanita itu tampil memesona dengan gaun formal yang membingkai tubuhnya dengan anggun. Senyum tipis menghiasi bibirnya saat matanya langsung tertuju pada Davin.“Selamat siang, Pak Davin.” Suaranya terdengar lembut, tapi ada nada ketertarikan yang tak berusaha ia sembunyikan.“Selamat siang, Bu Penelope

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meyakinkannya

    Davin tidak perlu bertanya untuk tahu bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Sejak mereka keluar dari restoran setelah pertemuan bisnis dengan Penelope, ekspresi Naura berubah. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, dan Davin tidak akan membiarkan itu berlarut-larut.Begitu sampai di rumah, Davin turun lebih dulu, lalu berjalan ke sisi pintu mobil dan membukakannya untuk Naura. Dengan lembut, ia membantu sang istri turun dan mendorong kursi rodanya masuk ke dalam rumah.Naura tetap diam.Davin menghela napas. Setelah mereka tiba di ruang keluarga, ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya duduk berhadapan dengan istrinya.“Sayang,” panggil Davin lembut.Naura tidak merespons.Davin menatapnya dalam-dalam. Ia menyentuh jemari Naura dan menggenggamnya erat. “Kamu mau cerita sesuatu?” tanyanya pelan.Naura masih tidak mengatakan apa pun.Davin menarik kedua alisnya. “Sayang, aku tahu ada sesuatu yang mengganggumu. Aku bukan orang bodoh yang bisa dibohongi dengan diam seperti

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Menginginkan Davin

    Sementara itu, sebuah mobil mewah dengan interior elegan melaju dengan kecepatan stabil di bawah langit siang yang cerah. Jalanan kota tampak sibuk, namun di dalam kendaraan tersebut, suasana terasa lebih hening dibandingkan hiruk-pikuk di luar sana. Penelope duduk di kursi belakang dengan anggun, kedua kakinya yang jenjang disilangkan, sementara Fernando dengan tenang mengemudi di depan, memastikan perjalanan mereka berjalan lancar.Meskipun suasana di dalam mobil tampak tenang, pikiran Penelope justru sedang penuh dengan satu hal—atau lebih tepatnya, satu orang. Sejak keluar dari restoran tempat pertemuan bisnisnya dengan Davin Abimanyu, benaknya dipenuhi oleh bayangan pria itu. Ketegasan dalam suaranya, cara ia membawa diri, serta tatapan tajam yang memancarkan kecerdasan dan kharisma yang begitu memikat.Dia sudah banyak bertemu pria sukses di dunia bisnis, tetapi tidak ada yang seperti Davin. Pria itu tidak hanya berwibawa dan cerdas, tetapi juga memiliki sesuatu yang lebih langk

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status