"Astaga, apa-apaan ini?! Seharusnya kau lebih berhati-hati saat berjalan!"
"Maafkan aku." Ucap Gebbie."Oh tidak! Tas kulit buayaku! Jadi tergores begini! Oh tidak tas buayaku tergores!" Keluh wanita itu."Maafkan aku nyonya." Gebbie meminta maaf."Kau pikir permintaan maafmu itu bisa memperbaiki tas mahalku ini, huh? Ini tergores sekarang karena kau menabrakku! Kau tau? Tas ini harganya 50 juta, harganya 50 juta, paham!" Protes wanita itu.Ia meminta ganti sebesar 50 juta pada Gebbie dan Gebbie yang hanya bisa bengong."Gantikan uangku untuk tas ini! Gantikan uangku sekarang!" Bentak wanita itu.Tanpa diduga Rahel juga sedang berada di butik tersebut dan melihat peristiwa tersebut ia menghampiri Gebbie dan mengatakan pada si wanita bahwa tas yang ia gunakan bukanlah yang ori, bahkan kualitas kwnya pun bukan yang kelas atas."Benarkah?" Kata Rahel sambil berjalan menghampiri Gebbie dan wanita itu."S"Astaga, apa-apaan ini?! Seharusnya kau lebih berhati-hati saat berjalan!" "Maafkan aku." Ucap Gebbie."Oh tidak! Tas kulit buayaku! Jadi tergores begini! Oh tidak tas buayaku tergores!" Keluh wanita itu."Maafkan aku nyonya." Gebbie meminta maaf."Kau pikir permintaan maafmu itu bisa memperbaiki tas mahalku ini, huh? Ini tergores sekarang karena kau menabrakku! Kau tau? Tas ini harganya 50 juta, harganya 50 juta, paham!" Protes wanita itu.Ia meminta ganti sebesar 50 juta pada Gebbie dan Gebbie yang hanya bisa bengong. "Gantikan uangku untuk tas ini! Gantikan uangku sekarang!" Bentak wanita itu.Tanpa diduga Rahel juga sedang berada di butik tersebut dan melihat peristiwa tersebut ia menghampiri Gebbie dan mengatakan pada si wanita bahwa tas yang ia gunakan bukanlah yang ori, bahkan kualitas kwnya pun bukan yang kelas atas. "Benarkah?" Kata Rahel sambil berjalan menghampiri Gebbie dan wanita itu."S
"Tapi selain itu, aku lebih suka jika kau bersikap seperti biasa saja padaku." Kata Gebbie."Astaga kau benar-benar gadis aneh, kau tau banyak wanita yang tidak seberuntung dirimu itu. Harusnya kau bahagia kau menjadi tunangan seorang Reinhard." Ucap Rey."Itu sangat melelahkan!" Kata Gebbie."Kenapa kau sangat memaksakan diri untuk membuat kami bertiga makan bersama denganmu?" Tanya Rey."Aku hanya ingin saja, lagipula persaudaraan macam apa biar makan bersama saja tidak perna!" Keluh Gebbie."Jujur saja, aku tidak ingin kau kerepotan, karena kau itu seorang gadis!" Kata Rey.Gebbie terdiam..."Apa aku menyebalkan?" Tanya Rey."Iya! Pesan teks yang kau kirim di ponselku terlalu banyak!" Kata Gebbie."Ah, itu karena kau tidak terlihat sejak tadi, apa kau sudah makan?" Kata Rey."Aku baru saja selesai makan bersama Joy." Kata Gebbie."Joy? Astaga! Jangan dekat-dekat dengan Joy apalagi s
"Tidak...tidak!" Ucap Gebbie."Aku sudah bilang, ada yang ingin aku berikan padamu!" Ucap Rey."Tidak, terima kasih!" Kata Gebbie."Kau akan terkejut dan terharu jika kau melihatnya! Sungguh!" Kata Rey.Gebbie menutup panggilan teleponnya dan tidur."Wuah! Apa aku baru saja di abaikan?" Ucap Rey.Karena Gebbie tidak menghiraukannya, Rey mendatangi kamar Gebbie dan memamerkan ‘hadiah’ yang ia miliki, itu adalah seragam sekolah milik Gebbie yang tertinggal di hotel beberapa waktu lalu."Apa? Kenapa kau terus mengetuk pintu kamarku?" Tanya Gebbie."Kau, kau tunggu disitu!" Kata Rey dan kembali ke kamarnya."Apa-apaan ini?" Ucap Gebbie.Rey ke kamarnya dan mengambil seragam milik Gebbie, ia lalu menunjukannya ke pada Gebbie dari kamarnya."Hey, itu seragamku!" Kata Gebbie."Kemari dan ambil sendiri." Kata Rey."Hey, kenapa ada padamu? Cepat kembalikan!" Kata Gebbie.
"Lalu apa? Kakak akan mengusir aku pergi dari sini?" Ucap Gebbie."Bisa-bisanya kau acuh tak acuh begitu dengan dirimu sendiri?" Kata Joshua."Lalu aku harus menangis begitu? Kakak mau aku menangis di sini? Jadi kakak tidak akan mengusir aku pergi dari sini, sekarang begitu?!" Kata Gebbie."Kenapa kau harus tinggal disana jika kau merasa stres seperti itu." Kata Joshua."Kak Joshua, kau akan merasa kesal jika aku menangis. Dan jika kakak tahu kondisi mu yang sebenarnya kau juga akan tambah kesal nanti." Kata Gebbie."Tegal saja, kau harusnya cerita pada kakak. Itu lebih baik melihatmu menangis di depanku." Kata Joshua."Aku telah cukup menangis akhir-akhir ini. Satu hal yang aku tahu dan itu diajarkan oleh air mata, itu adalah fakta bahwa menangis tidak akan menyelesaikan apapun." Kata Gebbie sambil mengambil botol hendak minum lagi."Kau mau minum lagi?' tanya Joshua."Iya!" Kata Gebbie."Tidak boleh!"
Kehidupan Gebbie di mansion Sky House dimulai. Seperti sudah ia bayangkan sebelumnya, bukan perkara mudah menghadapi ketiga pria di sekelilingnya, dengan Rey yang berusaha menaklukkannya, Joy yang ramah dan baik hati, serta Jimmie yang dingin dan sering menuduhnya yang tidak-tidak. Baik Rahel maupun keluarga tiri Gebbie.Setelah berkunjung ke rumah Joshua, Gebbie akhirnya kembali ke mansion dan saat ia tiba di mansion, Strategi pertama adalah mengajak mereka di saat mereka lengah. Cara tersebut berhasil pada Joy dan Rey, namun gagal pada Jimmie. Dengan bantuan Tuan Warren, Gebbie mencoba menjalankan rencana B, yaitu menyiapkan makanan favorit ketiga tuan muda itu, di ruang tengah. Rencana itu nyaris berhasil karena kebetulan ketiganya sudah kelaparan. Tapi pada akhirnya gagal juga dan malah tuan Warren lah yang asik menikmati makanan-makanan tersebut.Kini giliran Ms.Zhea yang menjadi sasaran curhatnya Gebbie Ternyata ada beberapa hal yang menyebabkan ketiga cucu C
Gebbie pun bergegas pergi ke toilet untuk mengeringkannya."Tunggu sebentar, aku akan pergi ke toilet untuk membersihkannya." Ucap Gebbie.Jimmie ternyata mengikutinya. Ia mengatakan, apabila memang hal-hal seperti ini yang Gebbie ingin dapatkan, ia bisa memberikannya. "Hey, kau mau apa?" Tanya Gebbie."Apa kau sangat senang di belikan baju mahal oleh Rey dan di ajak makan ke restoran mewah seperti ini?" Ucap Jimmie."Hah! Kau mau cari gara-gara lagi denganku?" Keluh Gebbie."Aku bisa melakukannya untukmu!" Ucap Jimmie."Apa maksudmu?" Tanya Gebbie."Jika ini tujuanmu datang ke kediaman Sky House, benar-benar sangat menyedihkan!" Kata Jimmie.Gebbie pun memintanya untuk tidak meremehkan dirinya, karena tujuannya ada di mansion jauh lebih tinggi daripada itu.“Apa kau baru saja meremehkan aku? Aku tidak punya pemikiran dangkal seperti itu! Yang jelas, apapun itu, aku akan berusaha untuk menjadi
"Kau tau, orang-orang... Sekarang orang-orang selalu memanggilku, rasanya aku seperti tidak sendirian lagi." Kata Gebbie."Apa maksudmu?" Tanya Joy serius."Selama ini, banyakan orang memanggil aku dengan sebutan 'hey dan kau' atau hal lain. Sangat jarang orang memanggil aku dengan nama yang benar. Kau tau aku juga punya nama, dan tak ada orang yang mau panggil aku dengan namaku. Tapi sekarang orang-orang memanggil aku dengan namaku, hal sekecil itu sudah buat aku bahagia, aneh kan?" Kata Gebbie sambil terus minum."Astaga, kau sudah mabuk! Dimana Rey dan Jimmie! Tuan Warren, apa aku tak mungkin biarkan dia sendirian disini." Kata Joy."Rasanya aneh, bukan?" Ucap Gebbie."Mari bersulang!" Ucap Joy akhirnya ikut minum."Bersulang!" Kata Gebbie.Joy lalu mencubit pipi Gebbie menyuruh Gebbie untuk tidur."Apa kau mau mati? Sudah ku bilang jangan sentuh aku?" Kata Gebbie."Kau diam disini jangan kemana-mana
Semua yang ada di sana kaget mendengarnya. Joy yang tidak percaya menunjukkan potongan kertas di buku Gebbie yang menandakan bahwa hari ini adalah hari ultahnya. Gebbie membenarkan, tapi potongan tersebut kurang pas karena masih ada bagian yang hilang. Tanggal ulang tahunnya memang benar, tapi bulannya berbeda. “Tapi aku akan berpura-pura kalau hari ini adalah hari ulang tahunku,” ceplos Gebbie, sembari berterima kasih pada mereka semua karena sudah membuatnya merasa benar-benar sedang berulang tahun. Ia pun mengajak mereka untuk mulai makan. Dengan alasan ternyata sekarang bukan hari ulang tahun Gebbie, Jimmie beranjak pergi. Namun sebelum itu ia sempat menyatakan bahwa ia akan mulai memperhatikan Gebbie. Minus Jimmie, akhirnya Gebbie berhasil mengajak setidaknya Rey dan Joy untuk makan bersama di satu meja. Jimmie mengunjungi bengkel temannya, dan baru saja ia tiba, salah satu temannya yang tanpa di ketahui oleh Jimmie, teman