"Mas, Bu ...! Mbak Sekar gak ada!" Aku yang baru saja keluar dari dalam kamar dan berniat untuk mengecek keberadaan dari istriku ternyata dikagetkan terlebih dahulu oleh teriakan Jihan. Aku buru-buru menuju belakang rumah. Teras yang biasanya kami pergunakan untuk tempat jemur cucian dan tempat laundry.
"Mas, mbak Sekar gak ada." Melihat kedatanganku adik semata wayangku langsung menghampiri aku dengan raut penuh kekhawatiran. Bukan hanya Jihan. Aku tentu saja dibuat khawatir dengan kabar yang disampaikan oleh adikku ini."Gak ada bagaimana? Apa kamu sudah cari seluruh tempat?" tanyaku dengan nada panik. Aku meninggalkan Jihan dan mencari-cari Sekar di sekitar rumah.Bisa gawat kalau Sekar benar jika dia memang kabur. Selain kekhawatiran ia menceriakan apa yang selama ini sudah aku dan keluargaku perbuat kepadanya pada orang lain. Juga ketakutan akan kehilangan tambang uang yang selama ini memberikan kenyamanan dalam hidupku dan juga keluargaku tanpa kekurangan satu apapun dan pastinya aku juga tidak perlu bersusah paya dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup kami sehari-hari."Ada apa pagi-pagi sudah ribut saja." Ibu menyusul. Ia baru saja keluar dari pintu dapur."Mbak Sekar kabur, Bu." Jihan menjawab pertanyaan ibu."Kabur bagaimana maksud kamu?" Bukan hanya aku dan Jihan yang dibuat panik. Kini ibuku sendiri juga mulai menampakkan kepanikannya."Kalian cari yang benar. Pokoknya jangan sampai perempuan itu lepas dan kabur. Ibu tidak mau kita hidup susah seperti dulu lagi." Suara ibuku syarat akan sebuah kekalutan.Mendengar perintah ibu. Aku dan Jihan lekas berpencar untuk mencari keberadaan Sekar.Aku yakin kalaupun ia nekat kabur pasti belum jauh dari rumah ini.Sementara ibu dan Jihan mencari disekitar rumah. Aku sengaja keluar untuk mencari keberadaan Sekar di luar sana. Jam masih pagi. Mana mungkin Sekar nekat berangkat kerja sepagi ini.Hampir dua kali aku mengitari kawasan cluster tempat beberapa tahun ini kami tinggali, sayangnya tanda-tanda akan keberadaan dari istriku itu tidak juga aku temukan. Aku hampir dibuat frustasi karena ulah Sekar. Apa mungkin dia marah karena kejadian kemarin? Aku melakukan itu juga karena ingin memberikan pelajaran pada dia lumrahnya seorang suami pada istrinya. Harusnya ia berpikir untuk tidak mengulangi kecerobohannya itu bukannya bersikap seperti anak kecil yang merajuk dan main kabur begitu saja. Ataukah ini seperti yang pernah dikatakan oleh Ki Ageng jika pengaruh guna-guna bisa hilang begitu saja kalau saja aku sampai telat datang untuk melakukan ritual perpanjangan pengaruh dari guna-guna itu. Tapi ini juga tidak mungkin karena aku masih ingat kalau ki Ageng meminta agar aku kembali datang tiga bulan terhitung dari kapan aku terakhir datang ke tempatnya dan itu masih satu Minggu lagi.Niatku hari ini datang ke tempat Ki Ageng terpaksa harus aku urungkan untuk mencari keberadaan Sekar terlebih dahulu.Ki Ageng, kalau bukan karena cintaku ditolak oleh Sekar mungkin aku tidak akan pernah kenal dengan orang pintar itu. Tapi entah bagaimana ceritanya ibuku bisa kenal dengan perempuan dengan tampilan kumuh dan juga badannya yahh sangat bau seperti tidak pernah mandi bertahun-tahun.Aku dibawa ibu ke sebuah desa di salah satu kota di Jawa Timur karena sebelum pindah ke kota ini karena untuk menghilangkan jejak dari keluarga Sekar. Aku dan Sekar sama-sama berasal dari kota S.Sekar adalah putri dari juragan besi tua yang cukup terkenal dan usahanya itu adalah usaha turun temurun yang bisa dilihat seberapa kaya keluarga dari mertuaku itu. Sayangnya mereka manusia rakus dah juga tamak. Mereka terlalu sombong dan memandang rendah orang lain yahh tidak setara dengan mereka. Maka jangan salahkan jika putri kesayangan mereka yang harus menanggung semua akibatnya.Atas s saran dari ibuku. Aku dan beliau segera pergi ke tempat itu setelah kejadian penghinaan atas keluargaku oleh orang tua Sekar. Kedatanganku dan juga ibuku adalah dengan niat baik namun bukannya sambutan hangat seperti yang kami harapkan. Keluarga kaya itu justru menolak mentah-mentah lamaranku atas putri mereka.Masa depan dan juga karir putrinya mereka jadikan alasan untuk penolakan saat itu. Maka jangan salahkan aku jika cara halus yang akhirnya aku dan keluargaku tempuh untuk mendapatkan Sekar.Jika sebelumnya adalah landasan cinta sebagai dasar aku menginginkan Sekar. Maka semuanya berubah usai penghinaan itu terjadi. Aku tepat menginginkan Sekar sebagai pelampiasan atas rasa sakit keluargaku yang harus menanggung malu. Malu karena kami terlanjur menyebar kabar jika aku adalah calon suami sekaligus salah satu ahli waris dari usaha besi tua milik haji Syakur.Berkat bantuan ki Ageng akhirnya aku bisa mendapatkan Sekar. Aku sengaja membuat Sekar menjadi pemberontak kepada orang tuanya. Aku dan ibuku berhasil mempengaruhi Sekar dan akhirnya aku bisa mendapatkan dia seutuhnya setelah berhasil membawanya kawin lari.**"Gimana, Jim, Sekar sudah ketemu?" Ibuku sudah menungguku di depan pintu lantas ia menanyakan keberadaan Sekar.Aku menggeleng ke arahnya dan nampak mimik muka ibuku berubah merah padam antara kesal dan juga bercampur dengan kekhawatiran."Bagaimana kalau istrimu itu benar-benar kabur? Apa kamu sudah hubungi nomer si Sekar?" Aku hampir lupa. Iya, Sekar punya ponsel dan semoga saja ia pergi beserta dengan ponsel miliknya. "Iya, Bu. Jimmy coba hubungin Sekar dulu. Semoga saja ia pergi dengan membawa ponsel miliknya.Aku bergegas masuk dan diikuti oleh ibuku.Segera aku masuk ke dalam kamar. Aku mencari benda pipi bergambar Apple digigit yang baru aku beli dua bulan lalu. Iya, ketika itu adalah hari ulang tahunku dan aku meminta dengan sedikit mengancam Sekar untuk membelikan ponsel untuk untukku. Aku tidak tahu dan juga tidak mau tahu bagaimana cara dia mendapatkan uang, secara ATM miliknya ada di tanganku.Tut!Tut!Tut!"Si*l!" umpat ku."Kenapa, Mas?" mimik wajah ibu dan adikku menampakkan kecemasan."Gak bisa. Nomer Sekar gak aktif.""Dasar perempuan kurang ajar! Awas saja kalau sampai dia ketemu. Gak bakalan ibu kasih ampun itu anak!" Emosi ibuku meledak-ledak."Mas, Bu bagaimana kalau mbak Sekar sampai lapor ke polisi? Bukannya kemarin kalian sedikit keterlaluan menghajar Mbak Sekar? Bisa saja kan dia kabur karena sakit hati.""Tutup mulut kamu, Jihan!" sentak ibuku pada adikku. Iya, seperti ada benarnya ucapan adik perempuanku ini."Kamu jangan bikin ibu tambah takut.""Jim, cepat kamu cari dia di kantornya. Kalau perlu kamu cari sampai ke dalam dan seret dia biar tahu rasa. Ancam istrimu itu kalau dia tidak pulang jangan harap bisa ketemu lagi sama si Yusuf."Dengan langkah tertatih akhirnya aku sampai di balik pagar tembok depan rumah. Iya, aku memutuskan untuk keluar dari neraka ini meski rasa di dalam sini bercampur aduk. Jantung dari tadi tidak berhenti berdentum dan berasa hampir lompat dari tempatnya.Aku segera menghubungi Ani setelah memastikan kondisi di rumah ini benar-benar aman dan seluruh penghuninya sudah tertidur lelap.Tidak mudah. Bahkan hampir berkali-kali aku mencoba menghubungi nomer teman sekaligus tetangga dekat rumah. Aku tahu karena aku menghubungi Ani pada saat orang-orang sedang tertidur lelap. Hampir pukul 1 dini hari. Hingga akhirnya pada panggilan yang kesekian itu, akhirnya Ani segera membalas pesan dariku.Aku sengaja meninggalkan pesan agar ia mengirim pesan saja agar tidak terdengar suara yang tentunya akan berakibat menimbulkan kecurigaan mas Jimmy dan keluarganya."Ada apa, Kar? Tumben malam-malam gini kamu menghubungi?""Ani tolong, Aku.""Bantu aku keluar dari sini.""Kar, kamu baik-baik saja kan?""Oke
"Mas, kenapa kamu kaya orang dikejar se**n gitu?" Aku dan Ani bersamaan menoleh ke arah pintu ruang tengah di mana mas Ali sepertinya baru pulang membeli nasi uduk untuk sarapan kami karena kata Ani sengaja tidak masak untuk sarapan hari ini.Mas Ali segera meletakkan kantong kresek pada meja dan menarik salah satu kursi meja makan ini."Kar, Aku tali lihat si Jimmy sepertinya sedang nyariin kamu." Aku dan juga Ani tentu saja terkejut dengan pernyataan yang baru saja disampaikan oleh suami kawanku ini."Yang benar, Mas?" "Kar, kamu harus hati-hati dulu pokoknya. Sepertinya mereka akan terus mencari kamu. Mencari mesin ATM mereka. Pasti sekarang ini mereka sedang kebakaran jenggot karena kamu tidak ada di rumah. Tidak ada yang mereka manfaatkan.""Iya, Kar. Untuk sementara kamu sembunyi di rumah ini dulu. Nanti kamu pikirkan mau cari tempat aman di mana. Pasti aku dan Ani bantu kamu sebisa kami.""Benar kata mas Ali, Kar. Tapi saranku lebih baik kamu pulang ke rumah orang tua kamu saj
S**l! Pergi kemana juga di Sekar ini. Sudah satu Minggu juga kita muter-muter nyariin gak juga ketemu. Awas saja kalau sampai ketemu. Akan aku pa***kan kaki dan tangannya biar tahu rasa."Kamu sih, gara-gara lupa kunci pintu pagar. Coba kalau kemarin itu kamu gak ceroboh pasti kita tidak akan kacau seperti ini.""Ibu jangan bisanya nyalahin saja. Namanya juga manusia pasti punya lupa. Kalau aku lupa harusnya ibu bantu ngecek juga."Sudah capek dan juga pusing gara-gara Sekar kabur dari rumah. Ini maksud ditambah punya ibu yang cuma bisa nyalahin anaknya."Mending kita jalan-jalan dulu, Jim. Ibu pusing kalau di rumah terus. Uang Sekar di ATM juga masih ada, kan? Ibu mau makan kepiting yang besar. Lama ini gak makan makanan mahal itu." Ibuku tiba-tiba saja memintaku untuk mengajaknya jalan-jalan. Setelah menikah dengan Sekar. Aku selalu memanjakan ibu dan juga adikku. Tentunya itu semua bisa aku lakukan karena adanya uang dari Sekar yang seluruhnya ada di tanganku. Tidak pernah aku izi
Akhirnya aku sampai juga di rumah orang tuaku. Rumah masa kecilku. Tempat di mana aku dilimpahi kasih sayang dan juga cinta dari keluargaku.Awalnya kedatanganku disambut dengan tatapan dingin oleh orang tuaku. Terlebih Abi yang melihat perubahan drastis dari putrinya ini. Iya, semenjak aku menjadi istri nas Jimmy, dia sangat melarang ku dekat dengan ajaran dan jug aturan agama termasuk beribadah dan juga cara berpakaian ku. Aku yang semula mengenakan baju gamis dan juga hijab dirubahnya menjadi wanita yang harus menonjolkan anugerah yang sudah diberikan tuhan kepadaku.Mendengar ceritaku juga cerita pendukung dari Ani dan suaminya. Sontak mimik wajah Abi ku berubah drastis. Yang semula dingin menjadi merah padam. "Dasar ba****an. Akan aku buat pelajaran dengan si ke****t itu. Dia sudah tega merubah putri kita. Abi juga yakin kalau Sekar memang sengaja sudah diguna-guna sama keluarga lak**t itu!" Abi ku memuntahkan emosinya. Meski belum sepenuhnya menerima kepulanganku setidaknya ada
"Bagaimana, Dam? Apa ba****an itu sudah kamu temukan?" Abi sedang menerima telepon dan sepertinya itu adalah panggilan dari putra sulungnya yakni Kakakku---mas Adam." ... ""Pokoknya kamu cari dia sampai ketemu. Tangan Abi sudah tidak sabar ingin mematahkan leher baji**an itu." Aku bisa melihat mimik wajah Abi yang berubah mungkin karena berita yang ia dapatkan dari mas Adam tidak memuaskan.Kami bertiga tengah duduk di teras samping rumah ini. Di mana tempat ini adalah tempat favorit untuk keluarga karena di tempat ini pula kami sering menghabiskan sore dengan menikmati aneka warna dan juga macam bunga yang ditanam oleh Umi dan juga sungai buatan yang sengaja dibangun untuk menambahkan kesan sejuk dan seperti nuansa di alam terbuka. Suara gemericik aliran sungai pun bisa menenangkan pikiran."Abi sudah putuskan akan membawa kamu untuk pergi ke pesantren. Kamu setuju atau tidak. Kamu harus mengikuti perintah Abi. Ini juga demi kesembuhan kamu. Abi juga tidak mau kamu masih dalam peng
"Jim, sudah kamu siapkan uang maharnya untuk Ki Ageng?" Saat ini aku dan keluargaku berada di perjalanan menuju tempat Ki Ageng. Untuk anakku, sengaja tidak kami bawa. Yusuf aku titipkan di tempat yang aman."Iya, nanti kita cari mesin ATM yang terdekat saja, Bu.""Mas jangan lupa, Aku juga." Jihan, adikku juga ingin mengikuti jejakku. Adikku satu-satunya ini juga telah memiliki pria incaran yang katanya seorang pengusaha tambang. Meskipun pria incarannya itu sudah memiliki keluarga. Jihan tetap bersikukuh ingin mendapatkan pria tersebut. Karena sudah jelas rintangan yang akan ia hadapi. Maka dengan cara halus seperti yang aku lakukan pada Sekar yang akan menjadi jalan keluarnya.Aku dan ibuku tidak keberatan dengan keinginan dan juga keputusan adikku. Toh itu juga demi kebahagiaannya. Siapapun pasti ingin anak dan juga saudaranya bisa hidup enak dan juga mapan."Iya." Tanpa pikir panjang aku mengiyakan permintaan adikku itu. Toh, kalau dia hidup enak pasti aku dan juga ibu bakalan ke
"Kita mau kemana ini, Jim?" tanya ibuku.Iya, kami baru saja sampai dan kembali dari kota asal kami tinggal dulu. Aku sengaja tidak langsung mengarahkan mobil ini menuju jalan pulang. Aku mau menjemput Yusuf yang sudah tiga harian ini aku titipkan pada orang."Kan, masih siang?" "Sekalian saja, Bu. Kasihan juga sudah tiga hari dia ikut sama orang.""Iya, biarin saja, lah Mas. Nanti duitnya dipotong loh." Ibu dan adikku sepertinya keberatan dengan niatku yang ingin menjemput putraku sendiri itu."Pokoknya kalian ikut saja, lah. Tiga hari juga sudah lumayan hasilnya. Besok-besok kan masih ada hari lagi." Aku tidak memedulikan keduanya. Kasihan juga anak itu terlalu lama ikut orang asing terlebih harus bersahabat dengan debu dan asap kendaraan, belum juga sengatan sinar matahari yang panasnya bisa sampai menusuk ke dalam kulit."Tersebut kamu saja, lah. Pokoknya nanti kalau sudah sampai di rumah. kamu urus sendiri itu anakmu. Ibu capek. Pokoknya hari ini ibu mau tidur jangan ada yang me
Di rumah orang tua Sekar."Bi, Sekar beberapa hari ini terlihat aneh. Sekar sering mengeluh pusing dan mual pada jam-jam tertentu. Perasaan Umi kok jadi tidak enak. Apa mungkin si Jimmy ini masih menganggu Sekar." Bu Siti, ibunya Sekar mengadukan apa yang terjadi dan dialami oleh putrinya itu pada suaminya."Sekarang Sekar di mana?" "Sekar ada di kamarnya. Kamarnya dikunci dari dalam. Umi panggil beberapa kali gak ada jawaban dari dalam."Mendengar penjelasan dari istrinya sontak Abi Sekar berubah panik. "Mi, lebih baik kita segera bawa Sekar ke pesantren. Biar di sana Sekar bisa mendapatkan pengobatan. Biar pengaruh buruk itu lekas musnah dari diri putri kita.""Kalau itu yang terbaik untuk putri kita. Lebih baik kita cepat-cepat bawa Sekar sekarang juga, Bi. Umi panggil Adam dulu buat bantuin buka pintu kamarnya Sekar. Kita dobrak saja karena tidak ada sahutan dari dalam kamar Sekar."Bu Siti lekas mencari putra sulungnya karena hari masih pagi kemungkinan sang putra masih merasa