Polisi akhirnya berhasil masuk ke dalam rumah namun nihil, mereka tidak mendapati keberadaan Yusuf, bayi dua tahun tersebut berada di rumah itu."Kosong. Tidak ada bayi ataupun anak kecil yang dimaksud." Ucapan dari salah satu polisi yang baru saja selesai memeriksa ke dalam rumah tersebut membuat Bu Wati dan juga Jimmy saling menatap. "Bagaimana bisa? Sudah dicari ke seluruh ruangan?" "Sudah, Ndan. Tapi memang tidak ada. Kosong.""Pak pasti dibawa lari salah satu dari mereka," sahut Sekar yang tiba-tiba saja sudah datang bersama dengan kakak dan juga Abi-nya."Masih ada satu lagi anggota mereka. Perempuan usianya dua puluhan," lanjut Sekar memberikan keterangan."Baik. Kami akan segera melakukan pencarian dan pengejaran." Rona kekhawatiran nampak di wajah Bu Wati dan juga Jimmy."Sekar apa-apaan kamu?" sentak Jimmy yang masih dalam pengawasan polisi."Kamu yang apa-apaan. Kamu tega menculik darah daging kamu hanya untuk kamu tukar dengan uang! Dasar kalian mata duitan. Mau hidup se
Atas segala yang sudah dilakukan itu Jimmy dan keluarganya, kini mereka telah mendapatkan hukuman dari pengadilan. Hakim telah menjatuhi vonis kasus KDRT, tindakan kurang menyenangkan dalam hal melakukan guna-guna pada Sekar yang membuatnya berada di luar kesadaran, juga atas tuduhan tindaka penculikan anak. Jimmy mendapatkan hukuman kurang lebih lima belas tahun kurungan penjara. Sementara Bu Wati dan juga Jihan hanya mendapatkan hukuman ringan yakni kurungan penjara selama enam bulan."Tidak! Kami tidak bisa terima!" jerit histeris Bu Wati setelah mendengar putusan dari hakim. "Sekar! Ini semua karena kamu! Aku sumpahi hidupmu tidak akan bahagia! Keluarga mu akan hancur dan bangkrut agar kalian bisa merasakan hidup menderita!" sumpah serapah Bu Wati teriakkan sebelum dirinya dibawa oleh dua polisi perempuan yang bertugas."Kamu yang kejam dan kamu yang tidak punya perasaan. Sumpah ibu tidak akan pernah berlaku kecuali semua berbalik pada keluarga ibu sendiri." Sekar sama sekali ti
"Mata kamu gak lihat!" bentak Bu Wati sambil melotot ke arah piring yang sudah tergeletak di atas lantai dan kesal karena makanan jatah untuknya jatuh berserakan."Makanya jalan yang hati-hati. Sudah tua sih, jadi susah gerak cepat. Di sini di tuntut serba cekatan bukannya lemot, Nek!" cibir perempuan yang sudah sengaja menyenggol Bu Wati."Nek ... nek ... kamu kira aku nenek kamu!""Aku juga ogah punya nenek mirip Mak lampir.""Bu, ayo jangan cari ribut. Ini makannya sama aku saja. Nanti malah kita tambah susah kalau ibu terus melawan." Jihan berusaha memberikan pengertian pada ibunya agar mereka lebih untuk memilih mengalah dari pada memperpanjang urusan."Ibu kesal. Masa iya mereka itu yang sengaja nyenggol tangan ibu buat piring ibu itu jatuh." Bu Wati kesal dan belum bisa terima. Jihan masih terus berusaha membujuk ibunya agar memilih untuk menghindari para pembuat onar. Jihan menarik ibunya untuk menepi agar berjarak dengan mereka-mereka yang sengaja ingin membuat rusuh.**"He
Bu Wati terus meratapi kepergian dari putrinya tersebut. Hingga waktu begitu cepat berlalu.Enam bulan sudah Bu Wati menjalani hari-harinya di lembaga pemasyarakatan dan bertepatan pula dengan empat puluh hari kepergian sang putri akhirnya ia dibebaskan dan bisa menghirup udara bebas.Bu Wati bingung harus kemana. Untuk menemui Jimmy pun ia hanya diberikan waktu yang terbatas. Bu Wati melihat kejanggalan pada putranya itu. Jimmy nampak seperti kehilangan semangat hidupnya. Tubuh putra sulungnya itu nampak lebih kurus dengan rambut yang dicukur plontos."Jihan, kenapa kamu ninggalin ibu," desis Bu Wati sambil mengelus baru nisan bertuliskan nama putrinya di atas sana. Jihan sengaja dimakan di pemakaman umum.Wanita paruh baya itu terus menghapus air matanya yang mengalir di atas pipinya.Bu Wati masih berpikir mencari tempat singgah untuk dirinya karena jika harus menunggu dan berharap pada Jimmy ia harus masih menunggu lama. Sedangkan dia juga harus berjuang untuk bertahan hidup.Ber
Beberapa tahun kemudian."Mas, kamu nggak narik hari ini?" Maya menghampiri Jimmy, pria yang sudah dua tahun ini menikahinya."Aku nariknya siangan saja, May," jawab Jimmy yang masih memeluk bantalnya. "Mas kamu jangan malas-malasan, Mas. Aku bentar lagi juga mau lahiran." Maya masih terus membujuk suaminya untuk bekerja. Seperti biasa, Jimmy terkadang menjadi pria yang bertanggung jawab tak jarang juga ia menjadi pria pemalas yang menyebalkan.Awal cerita pertemuan Jimmy dan Maya, keduanya di pertemukan di sebuah warung makan pinggir jalan yang mana warung tersebut adalah milik Maya.Maya merupakan seorang janda dengan dua orang anak yang ditinggal mati oleh suaminya.Semenjak kepergian Bu Wati sudah tidak ada lagi yang mengurusi urusan makanan Jimmy. Karena hanya tinggal seorang diri. Jimmy lebih memilih membeli makanan matang dan langsung menyantapnya."Iya bawel. Aku masih ngantuk. Sudah sana kamu urusi warung kamu jangan malah kamu tinggal-tinggal." Jimmy justru mengusir istriny
SEBUNGKUS MIE INSTAN. 1Karena dibutakan cinta hidupku jadi menderita. Hari-hariku diwarnai dengan pilu dan nestapa. Penyesalanku karena mengabaikan perkataan orang tua. Malu yang akhirnya aku rasa. Cinta yang dijanjikan nyatanya neraka yang kudapatkan.Aku dicintai hanya untuk dimanfaatkan. Dendam adalah alasan kenapa ia enggan untuk melepaskan aku. Semakin aku tersiksa. Semakin ia bahagia.Aku bertahan hanya demi menyelamatkan putraku yang dijadikan oleh suamiku sebagai senjata untuk menaklukkan aku.**"Sekar mana sarapanku!" suara melengking terdengar menyebut nama ini. Iya, suara itu adalah suara suamiku, mas Jimmy pria yang sudah menghalalkan aku selama lima tahun ini."Iya, Mas sebentar. Aku masih goreng telur." jawabku sedikit berteriak.Rutinitas pagi sebagai seorang istri aku jalani dan mencoba untuk melakukan dan memberikan yang tebaik untuk keluargaku.Seperti sekarang ini. Saat aku diburu oleh waktu antara pekerjaan rumah dan juga pekerjaan di kantor. Iya, tugasku ganda
SEBUNGKUS MIE INSTAN.2Untung saja pagi ini aku tidak telat dan yang membuat aku bisa puas adalah seluruh jajaran petinggi perusahaan puas dengan hasil presentasiku.Iya, dua bulan ini aku telah diangkat menjadi kepala manager keuangan dari sebelumnya yang menjabat sebagai seorang wakil manager. Tidak sia-sia kedua orang tuaku menyekolahkan aku hingga aku bisa mendapatkan gelar magister.Aku sengaja merahasiakan kenaikan jabatanku ini dan juga prahara yang terjadi dalam rumah tangga ku ini bukan menjadi sebuah rahasia. Hampir semua orang tahu dan semuanya menyesalkan kenapa aku masih tetap bertahan. Dsn jawabanku adalah sama atas pertanyaan mereka. Aku tidak bisa, entah kenapa aku sulit lepas dari suamiku dan juga keluarganya. Terkait dengan itu. Aku juga tidak bisa egois demi kenyamananku sendiri. Ada Yusuf putra pertamaku bersama dengan mas Jimmy. Bocah 2 tahun itu yang selalu dijadikan andalan oleh suamiku jika saja aku berusa untuk memberontak dan lepas darinya. Sedari kecil Yusuf
SEBUNGKUS MIE INSTAN #3Sedikit demi sedikit aku mulai bisa membuka pikiranku. Banyak orang-orang yang dekat dengan aku yang mengatakan jika beberapa tahun terakhir ini aku banyak berubah, bahkan tak jarang mereka mengatakan jika aku berubah drastis. Mulai dari cara berpakaian. Aku yang semula adalah seorang muslimah yang berhijab yang juga taat akan ajaran dan perintah agama yang aku dan keluarga ku anut. Tiba-tiba usai menikah aku merubah penampilan juga kebiasaanku. Aku tidak lagi mengenakan hijab bahkan salat wajib pun aku tinggalkan. Aku masih teringat perkataan suamiku yang lebih tepatnya adalah perintahnya yang harus aku lakukan karena kewajiban seorang istri adalah patuh pada semua ucapan suaminya.Suamiku mengatakan jika aku lebih cantik ketika tidak memakai hijab dan dia juga menyukai perempuan yang tidak berhijab dan mengenakan baju longgar. Mas Jimmy juga sering melarangku untuk melakukan kewajiban ku sebagai seorang muslim. Tapi semua perkataannya yang bertentangan deng