SEBUNGKUS MIE INSTAN #3
Sedikit demi sedikit aku mulai bisa membuka pikiranku.Banyak orang-orang yang dekat dengan aku yang mengatakan jika beberapa tahun terakhir ini aku banyak berubah, bahkan tak jarang mereka mengatakan jika aku berubah drastis. Mulai dari cara berpakaian. Aku yang semula adalah seorang muslimah yang berhijab yang juga taat akan ajaran dan perintah agama yang aku dan keluarga ku anut. Tiba-tiba usai menikah aku merubah penampilan juga kebiasaanku. Aku tidak lagi mengenakan hijab bahkan salat wajib pun aku tinggalkan.Aku masih teringat perkataan suamiku yang lebih tepatnya adalah perintahnya yang harus aku lakukan karena kewajiban seorang istri adalah patuh pada semua ucapan suaminya.Suamiku mengatakan jika aku lebih cantik ketika tidak memakai hijab dan dia juga menyukai perempuan yang tidak berhijab dan mengenakan baju longgar. Mas Jimmy juga sering melarangku untuk melakukan kewajiban ku sebagai seorang muslim. Tapi semua perkataannya yang bertentangan dengan hati nuraniku ini tidak bisa aku lawan dan aku menuruti semua keinginannya.Flashback off**"Nah, gitu dong. Sekali-kali manjakan diri sendiri jangan cuma kamu mikir dan memanjakan suami yang benalu itu.Aku itu heran sama kamu, Kar. Kamu itu cantik, pintar, berpendidikan, keluarga kamu juga salah satu keluarga terpandang dan berlimpah harta tapi kok anehnya kamu mau saja nikah macam manusia alien seperti si Jimmy itu. Aku yakin kamu sedang tidak baik-baik saja. Aku yakin kalau kamu itu sudah terkena guna-guna sama suami kamu itu makanya kamu nurut dan tidak bisa membantah ucapan mereka." Di sela makan siangku bersama dengan Ani. Ani mulai memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang selama ini ia simpan mengenai diriku.Hari ini adalah tanggal gajianku. Seperti yang sudah disepakati jika kenaikan gajiku akan masuk ke rekening baru yang sudah aku buat dan sembunyikan dari keluargaku.Aku mengikuti saran Ani. Setelah sekian tahun makan makanan bekal yang disiapkan oleh ibu mertua ku dengan hanya menu nasi putih dan juga mie kuah separuh porsi. Makan siangku kali ini adalah makanan delivery order. Aku tidak berani keluar dari gedung ini sebelum aku benar-benar pulang kerja karena aku takut jika mata-mata suamiku ada di mana. Pernah sekali kejadian, saat itu ada acara kantor yang sengaja diadakan di luar gedung kantor kami. Acara itu melibatkan tim management keuangan dan juga tim audit. Ada salah satu petinggi yang merayakan hari jadinya dan semua diajak untuk merayakannya di sebuah resto yang tidak jauh dari rumah.Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba saja mas Jimmy sudah ada di depan pintu keluar ketika cara kami sudah selesai. Tanpa banyak bicara dan di depan orang banyak, suamiku itu menyeret ku dan ketika kami sudah sampai di parkiran. Mas Jimmy membukakan pintu mobil dan langsung saja ia menemukan mendorong ku dengan paksa agar segera masuk ke dalam mobil kami. Tidak berhenti sampai di sana di dalam mobil ia mencaci maki aku dengan mengabsen seluruh penghuni kebun binatang."Enak kamu habis makan di luar, hah! Di rumah makan seadanya. Aku malah enak-enakan makan di resto. Sudah habis berapa duit kamu, hah! Dasar istri breng sek gak bisa diajak hidup sederhana kamu. Kamu tahu kan yang kamu itu tidak cukup untuk kebutuhan kita selama satu bulan." Dengan muka merah padam sepanjang perjalanan pulang ia terus memaki aku."Aku tadi itu ditraktir atasan, Mas. Aku juga gak keluar uang sepeserpun. Lagian semua uangku juga kamu yang pegang. Kamu cuma kasih aku uang sepuluh ribu untuk pegangan mana cukup aku makan di resto dengan uang sepuluh ribu itu. Lagian kamu kalau ngasih uang jajan ke Jihan juga gak kira-kira. Aku yang kerja cuma kamu kasih sepuluh ribu. Adik mu yang gak kemana-mana kamu kasih lima puluh bahkan seratus ribu tiap kali minta uang jajan.""Diam! Kamu mulai berani membantah aku. Johan itu adikku dan kamu juga gak ada hak melarang aku. Dan jangan sampai mulutmu itu ngomong kalau uang yang aku pegang itu adalah uang kamu. Uang yang sudah ada di tanganku sudah berarti itu yang aku. Suka-suka aku mau aku pakai untuk apa. Kamu gak usah banyak ba cot! Apa kamu sudah bosan melihat Yusuf. Oke aku kabulkan kalau kamu sudah bosan," ancam suamiku. Selalu saja ia mengancam tiap kali ada perdebatan diantara kita.**Jam kerja sudah berakhir. Aku lekas mengemas meja dan juga beberapa barang yang aku bawa pulang.Aku harus segera turun agar suamiku tidak menunggu lama. Satu menit telat umpatan yang akan aku terima. Lebih baik aku menunggu dari pada suamiku yang harus menunggu."Kar, belum dijemput kamu? Mau bareng?" Ani datang menghampiri di depan pos satpam dan ia menawarkan untuk mengajakku pulang bersama."Makasih, An. Lebih baik aku nunggu suami saja. Aku gak mau kenapa-kenapa nanti ujung-ujungnya pasti ribut." Karena Ani menerima alasanku, ia tidak lagi memaksa ku untuk ikut satu mobil dengan dirinya.Langit sudah mulai menampakkan pekatnya namun tanda-tanda mas Jimmy datang untuk menjemput belum juga aku lihat. Hampir tiga jam aku menunggu di depan pos satpam sampai-sampai seluruh penghuni gedung ini telah pulang ke rumah masing-masing.Sudah berkali-kali aku mencoba menghubungi nomer suamiku namun panggilanku itu terus gagal sepertinya memang tidak aktif.Karena sudah jam delapan lebih, aku memutuskan untuk berjalan kaki mungkin saja nanti di perjalanan aku bisa berpapasan dengan mobil suamiku.Sebenarnya ada uang untuk memesan ojek online tapi menurutku itu terlalu beresiko untuk membuat kecurigaan keluarga suamiku. Dari mana aku bisa mendapatkan uang sementara uang dari suamiku tidak lebih dari sepuluh ribu untuk tiap harinya. Lebih baik aku mengalah dulu dari pada berujung perdebatan yang akhirnya akan menyakiti aku sendiri.SEBUNGKUS MIE INSTAN #4Karena langit semakin pekat aku memutuskan untuk memesan ojek online dari pada aku sendiri yang capek dan sakit karena besok masih harus kerja lagi. Lebih baik aku pikirkan saja alasan yang tepat sambil jalan.Usai menunggu beberapa menit, akhirnya ojol yang aku pesan sampai juga.Di sepanjang perjalanan, aku terus memikirkan alasan yang tepat untuk aku sampaikan pada suamiku.Tidak terasa setelah tiga puluh menit ojol yang aku tumpangi sampai di depan rumah. Aku segera turun dan segera menyelesaikan pembayaran.Perlahan aku melangkah dan ketika sampai di depan pintu pagar rumah yang sengaja di pasang mika plastik agar tidak terlihat dari luar. Aku mendapati mobil suamiku ada di rumah. Lalu kenapa ia tidak juga datang menjemput istrinya ini. Mas Jimmy adalah pengangguran tetapi dia akan tersinggung bahkan akan jika disebut demikian. Ia beralasan menjaga anak, mengantar dan jemput aku bahkan berbohong dengan mengatakan jika ia juga telah gantikan tugas aku di r
Sakit yang mendera sekujur tubuh bercampur menjadi satu. Bahkan sekedar menghirup udara untuk bernapas pun aku sangat kesulitan. Pengelihatan ku mulai gelap entah ini pertanda aku sudah berada di dunia lain ataukah masih berada di dunia ini. Untuk bisa sekedar mengingat sang pencipta bahkan aku kesulitan. Lupa apa yang dulu sudah menjadi kebiasaan.Tubuhku seperti mati rasa. Namun aku bisa sedikit merasakan jika tubuhku ini terasa ditarik dan benar saja beberapa detik kemudian aku merasakan dingin di sekujur tubuhku. Iya rasa dingin yang membuat aku seketika terlonjak dan kembali ke kesadaran semua ternyata aku sudah berada di kamar mandi. Aku sengaja diseret ke dalam kamar mandi dan tanpa belas kasihannya ternyata pelaku penyeretan itu adalah suamiku sendiri. Laki-laki yang seharusnya memberikan perlindungan dan memberikan kenyamanan pada pasangannya justru makhluk itulah yang menciptakan neraka dan ketakutan pada pasangannya."Siram saja biar tahu rasa perempuan s**l ini. Mau pura-
"Mas, Bu ...! Mbak Sekar gak ada!" Aku yang baru saja keluar dari dalam kamar dan berniat untuk mengecek keberadaan dari istriku ternyata dikagetkan terlebih dahulu oleh teriakan Jihan. Aku buru-buru menuju belakang rumah. Teras yang biasanya kami pergunakan untuk tempat jemur cucian dan tempat laundry."Mas, mbak Sekar gak ada." Melihat kedatanganku adik semata wayangku langsung menghampiri aku dengan raut penuh kekhawatiran. Bukan hanya Jihan. Aku tentu saja dibuat khawatir dengan kabar yang disampaikan oleh adikku ini."Gak ada bagaimana? Apa kamu sudah cari seluruh tempat?" tanyaku dengan nada panik. Aku meninggalkan Jihan dan mencari-cari Sekar di sekitar rumah.Bisa gawat kalau Sekar benar jika dia memang kabur. Selain kekhawatiran ia menceriakan apa yang selama ini sudah aku dan keluargaku perbuat kepadanya pada orang lain. Juga ketakutan akan kehilangan tambang uang yang selama ini memberikan kenyamanan dalam hidupku dan juga keluargaku tanpa kekurangan satu apapun dan pastin
Dengan langkah tertatih akhirnya aku sampai di balik pagar tembok depan rumah. Iya, aku memutuskan untuk keluar dari neraka ini meski rasa di dalam sini bercampur aduk. Jantung dari tadi tidak berhenti berdentum dan berasa hampir lompat dari tempatnya.Aku segera menghubungi Ani setelah memastikan kondisi di rumah ini benar-benar aman dan seluruh penghuninya sudah tertidur lelap.Tidak mudah. Bahkan hampir berkali-kali aku mencoba menghubungi nomer teman sekaligus tetangga dekat rumah. Aku tahu karena aku menghubungi Ani pada saat orang-orang sedang tertidur lelap. Hampir pukul 1 dini hari. Hingga akhirnya pada panggilan yang kesekian itu, akhirnya Ani segera membalas pesan dariku.Aku sengaja meninggalkan pesan agar ia mengirim pesan saja agar tidak terdengar suara yang tentunya akan berakibat menimbulkan kecurigaan mas Jimmy dan keluarganya."Ada apa, Kar? Tumben malam-malam gini kamu menghubungi?""Ani tolong, Aku.""Bantu aku keluar dari sini.""Kar, kamu baik-baik saja kan?""Oke
"Mas, kenapa kamu kaya orang dikejar se**n gitu?" Aku dan Ani bersamaan menoleh ke arah pintu ruang tengah di mana mas Ali sepertinya baru pulang membeli nasi uduk untuk sarapan kami karena kata Ani sengaja tidak masak untuk sarapan hari ini.Mas Ali segera meletakkan kantong kresek pada meja dan menarik salah satu kursi meja makan ini."Kar, Aku tali lihat si Jimmy sepertinya sedang nyariin kamu." Aku dan juga Ani tentu saja terkejut dengan pernyataan yang baru saja disampaikan oleh suami kawanku ini."Yang benar, Mas?" "Kar, kamu harus hati-hati dulu pokoknya. Sepertinya mereka akan terus mencari kamu. Mencari mesin ATM mereka. Pasti sekarang ini mereka sedang kebakaran jenggot karena kamu tidak ada di rumah. Tidak ada yang mereka manfaatkan.""Iya, Kar. Untuk sementara kamu sembunyi di rumah ini dulu. Nanti kamu pikirkan mau cari tempat aman di mana. Pasti aku dan Ani bantu kamu sebisa kami.""Benar kata mas Ali, Kar. Tapi saranku lebih baik kamu pulang ke rumah orang tua kamu saj
S**l! Pergi kemana juga di Sekar ini. Sudah satu Minggu juga kita muter-muter nyariin gak juga ketemu. Awas saja kalau sampai ketemu. Akan aku pa***kan kaki dan tangannya biar tahu rasa."Kamu sih, gara-gara lupa kunci pintu pagar. Coba kalau kemarin itu kamu gak ceroboh pasti kita tidak akan kacau seperti ini.""Ibu jangan bisanya nyalahin saja. Namanya juga manusia pasti punya lupa. Kalau aku lupa harusnya ibu bantu ngecek juga."Sudah capek dan juga pusing gara-gara Sekar kabur dari rumah. Ini maksud ditambah punya ibu yang cuma bisa nyalahin anaknya."Mending kita jalan-jalan dulu, Jim. Ibu pusing kalau di rumah terus. Uang Sekar di ATM juga masih ada, kan? Ibu mau makan kepiting yang besar. Lama ini gak makan makanan mahal itu." Ibuku tiba-tiba saja memintaku untuk mengajaknya jalan-jalan. Setelah menikah dengan Sekar. Aku selalu memanjakan ibu dan juga adikku. Tentunya itu semua bisa aku lakukan karena adanya uang dari Sekar yang seluruhnya ada di tanganku. Tidak pernah aku izi
Akhirnya aku sampai juga di rumah orang tuaku. Rumah masa kecilku. Tempat di mana aku dilimpahi kasih sayang dan juga cinta dari keluargaku.Awalnya kedatanganku disambut dengan tatapan dingin oleh orang tuaku. Terlebih Abi yang melihat perubahan drastis dari putrinya ini. Iya, semenjak aku menjadi istri nas Jimmy, dia sangat melarang ku dekat dengan ajaran dan jug aturan agama termasuk beribadah dan juga cara berpakaian ku. Aku yang semula mengenakan baju gamis dan juga hijab dirubahnya menjadi wanita yang harus menonjolkan anugerah yang sudah diberikan tuhan kepadaku.Mendengar ceritaku juga cerita pendukung dari Ani dan suaminya. Sontak mimik wajah Abi ku berubah drastis. Yang semula dingin menjadi merah padam. "Dasar ba****an. Akan aku buat pelajaran dengan si ke****t itu. Dia sudah tega merubah putri kita. Abi juga yakin kalau Sekar memang sengaja sudah diguna-guna sama keluarga lak**t itu!" Abi ku memuntahkan emosinya. Meski belum sepenuhnya menerima kepulanganku setidaknya ada
"Bagaimana, Dam? Apa ba****an itu sudah kamu temukan?" Abi sedang menerima telepon dan sepertinya itu adalah panggilan dari putra sulungnya yakni Kakakku---mas Adam." ... ""Pokoknya kamu cari dia sampai ketemu. Tangan Abi sudah tidak sabar ingin mematahkan leher baji**an itu." Aku bisa melihat mimik wajah Abi yang berubah mungkin karena berita yang ia dapatkan dari mas Adam tidak memuaskan.Kami bertiga tengah duduk di teras samping rumah ini. Di mana tempat ini adalah tempat favorit untuk keluarga karena di tempat ini pula kami sering menghabiskan sore dengan menikmati aneka warna dan juga macam bunga yang ditanam oleh Umi dan juga sungai buatan yang sengaja dibangun untuk menambahkan kesan sejuk dan seperti nuansa di alam terbuka. Suara gemericik aliran sungai pun bisa menenangkan pikiran."Abi sudah putuskan akan membawa kamu untuk pergi ke pesantren. Kamu setuju atau tidak. Kamu harus mengikuti perintah Abi. Ini juga demi kesembuhan kamu. Abi juga tidak mau kamu masih dalam peng