Suara petir berkecamuk diiringi derasnya air hujan yang turun. Sesaat cahaya petir itu menyinari gelapnya langit malam dengan gumpalan awan hitam yang menutupi bintang dan juga bulan.
Bantingan barang serta isak tangis dan juga jeritan menjadi satu dikala itu, di sebuah rumah yang begitu megah dan mewah.
"Kamu bener-bener tega!" jerit Aleta pada suaminya.
"Kenapa? Saya tidak cinta sama kamu!" ucap Juna sang suami.
"Terus selama ini apa? Hah!"
"Saya tidak pernah cinta sama kamu!"
Lantas apa selama ini? Mereka sudah memiliki dua anak tetapi suaminya itu berkata tidak mencintainya, yah hanya karena seorang wanita yang kini tengah berdiri di samping lelaki tersebut. Tersenyum senang menonton pertengkaran antara mereka.
Dulu mereka menikah karena perjodohan konyol yang dilakukan kedua orang tuanya. Memang sesuatu yang dipaksakan itu hasilnya tidak akan baik.
"Saya mau kita cerai!" pekik Aleta.
"Dengan senang hati," ujar Juna tersenyum.
"Kenapa nggak dari dulu aja sih, Mba?" tanya seorang wanita yang berdiri di samping Juna.
"Dasar wanita jalang!!" gertak Aleta murka.
Plak!
Sebuah tamparan mengenai pipi Aleta.
"Papah! Stoop!" teriak seorang gadis berseragam putih biru, berlari menghampiri Aleta dengan seragamnya yang sedikit basah akibat terkena percikan air hujan.
"Salsa kecewa sama papah!" lirih Salsa air matanya turun begitu saja. Sorot matanya menunjukan kekecewaan yang amat dalam, lelaki yang selalu dia bangga-banggakan di depan semua teman-temannya karena begitu menyayangi dirinya dan selalu ada untuk keluarga, seorang Ayah yang begitu istimewa, yang katanya cinta pertama seorang anak perempuan tetapi kini menjadi patah hati pertamanya.
Rasanya hati seakan teriris dikala Aleta mendengar permohonan Salsa yang terus menerus, agar Ayahnya itu tidak kasar dan bisa kembali seperti dulu sambil berlutut di hadapan Juna air mata Salsa banjir begitu saja. Aleta yang tidak kuat melihat semuanya pun berlari keluar rumah. Salsa yang melihatnya pergi pun langsung segera mengejar Aleta.
"Arkan lebih kecewa sama papah!!" pria dengan balutan seragam putih biru itu menghampiri Juna dengan amarah yang begitu memuncak, sedari tadi dia sudah melihat perlakuan Ayahnya terhadap Mamah dan Kakaknya. Alih-alih melawan Arkan justru tidak bisa berbuat apa-apa dia hanya bocah berusia 14 tahun yang belum bisa melakukan apapun. Setelah mengatakan itu Arkan langsung berlari keluar untuk mengejar Aleta dan juga Salsa.
Derasnya air hujan yang mengguyur membuat Aleta tidak mendengar teriakan Salsa yang terus memanggilnya, Aleta terus berlari di tengah-tengah jalan yang lenggang akan kendaraan.
"Mamah stop!" teriak Salsa, saat Mamahnya terus berlari.
Tin!
Tin!!
Samar-samar terdengar kelakson mobil dari arah depan.
"MAMAH AWAS!!!" teriak Salsa dikala mobil sudah berada di depan Aleta tanpa adanya lampu yang menyinari jalanan serta lampu mobil yang tidak menyala membuat mobil tersebut menghantam Aleta dan membuatnya terpental cukup jauh, lalu mobil tersebut masuk ke dalam jurang yang berada di dekat sana begitu juga Aleta yang terseret jauh dan terpental ntah ke mana.
"Mamah!!!"
Saat itu juga, detik itu juga semuanya hancur, tidak ada lagi kebahagiaan, rasanya suram semua terlihat biasa saja. Kebahagiaan itu telah hilang bersama turunnya hujan yang begitu deras. Hilang, hanyut terbawa air yang terus turun membasahi bumi.
Salsabila Aurelia Dierja
Seorang gadis cantik yang selalu berpenampilan sederhana, memiliki banyak teman, humble, gadis itu kini menjadi pribadi yang dewasa, berusaha melupakan semuanya, berusaha memaafkan dan berusaha mengikhlaskan. Namun, rasa kecewa itu masih terus menghantuinya.
Salsa takut ... Salsa takut jika nanti nasibnya akan seperti mamahnya, dikhianati, disakiti dan ditinggalkan. Banyak hati yang selalu memintanya untuk singgah. Namun, Salsa tidak bisa.
Menutup hati adalah salah satu cara Salsa untuk mengurangi beban hidupnya, tidak ingin ambil resiko untuk merasakan jatuh cinta karena patah hati sangat menyakitkan, dan Salsa harap dia hanya merasakannya sekali dikala itu Ayahnya adalah cinta pertamanya dan kini menjadi patah hati pertamanya serta penyebab hancurnya semua harapan.
Ntah hari yang buruk atau hari yang sangat istimewa, karena pada hari itu Tuhan mempertemukan kita. ---___Happy Reading___ Suara TV yang cukup keras mengisi kekosongan ruang keluarga. Seseorang kini tengah asik bermain ponsel sambil rebahan pada sofa dengan bungkus camilan yang berserakan di sekitar meja membuat sang Kakak geleng-geleng kepala melihat kelakuan Adik semata wayangnya itu. Selalu seperti itu setiap kali menonton TV malah jadi TV yang menonton dirinya. Arkan Adelard Putra itulah namanya, lelaki yang kerap disapa Arkan itu melihat Salsa berjalan melewatinya tanpa menegur. "Mau ke mana Kak?" tanya Arkan penasaran karena Salsa berjalan menuju pintu teras sepertinya akan keluar. &n
Hujan turun begitu deras mengguyur jalanan ibu kota Jakarta yang tetap ramai. Terlihat dua insan tengah berteduh pada sebuah halte yang cukup sepi, hanya ada beberapa orang di sebrang halte lainnya yang juga sedang berteduh. Suara derasnya hujan serta kendaraan yang terus berlalu lalang bercampur dengan kilatan cahaya petir membuat mereka sedikit khawatir jika hujan akan semakin deras. Dia lelaki yang bernama Giorgio Edward Robertson, kini tengah menengadahkan tangannya mengikuti gadis yang berada di sampingnya yang juga melakukan hal tersebut.Terbesit sebuah rasa yang sudah lama dia pendam Gio memberanikan diri untuk memberi tahu gadis tersebut. "Diva!" panggilnya cukup kencang agar terdengar jelas. Gadis yang berada di sampingnya itu menoleh dengan mengangkat sebelah alisnya, Gio diam beberapa saat membuat gadis yang dipanggil Diva itu kembali menyibukkan diri dengan
Jangan terlalu benci dengan seseorangSiapa tau nanti, orang yang kamu benciAdalah orang yang paling kamuTakuti kepergiannya. Bel pertanda istirahat sudah berbunyi, Siswa Siswi SMA Erlangga berhamburan keluar kelas yang tak lain adalah menuju kantin, seperti halnya kedua orang yang tadi sedang menjalankan hukumannya pun sudah tidak ada entah ke mana yang pastinya mereka juga bergegas ke kantin. SMA Erlangga, sekolah yang dihuni oleh murid-murid bertalenta, disiplin dan yang pasti pintar. Kebanyakan yang bersekolah di SMA Erlangga ini adalah orang-orang yang memiliki kapasitas otak yang sangat besar.Mereka yang masuk sekolah ini harus melakukan berbagai tes, banyak anak-anak dari keluarga berada yang mendaftar di sini, namun banyak juga yang tidak lolos seleksi. Setelah membersihkan diri dan berganti seragam Salsa m
Aku hampir ingin menyerahKarena lelah menyimpan semuaLuka sendirian...~Salsabila Aurelia Dierja~Dugh!Tiba-tiba sebuah bola mendarat mulus di kepalanya, Salsa yang tidak tahu pun tidak bisa menghindar. Rasa sakit kembali menyerang kepalanya, tak kuat menahan beban tubuhnya sendiri. Hingga kemudian Salsa merasa ada yang menahan tubuhnya, ia membuka matanya perlahan buram hingga semuanya menjadi gelap.____________________Galih tidak sengaja menendang bola terlalu kencang sampai keluar lapangan dan mengenai Salsa. Sedangkan Gio yang baru saja kembali dari kamar mandi dan melihat Salsa yang hampir terjungkal kebelakang langsung menangkapnya. Terlihat Galih yang masih berada di tengah lapangan, dengan wajah panik dan ketakutannya melihat bahwa orang yang barusan terkena bola karena tendangannya adalah Salsa. Bisa-bisa habis dia jika Salsa
Lebih banyak menampakan senyum palsuDari pada menjelaskan apa yang sebenarnyaTerjadi, karena tidak semuanya yang bertanyaKenapa? itu dia peduli.~Salsabila Aurelia Dierja~Hari selasa, pagi yang sangat buruk bagi Kelas XI IPS 1. Karena harus mengumpulkan tugas pagi-pagi sekali sebelum jam pelajaran dimulai,Pak Agus sudah berpesan setiap kali ada tugas darinya mereka harus mengumpulkannya pagi-pagi sekali sebelum pelajaran berlangsung, tepatnya jam delapan sudah harus berada di mejanya, tekat satu detik pun nilainya akan terpotong seperti ini lah contoh guru yang pelit nilai.Telihat suasana kelas pagi ini yang begitu kacau, bekas guntingan kertas di mana-mana. Audrey dan Tania yang saling berebut buku yang sudah dipinjamnya dari Salsa. "Buku gue woy! jangan ngerusak lo pada, itu gue nulisnya capek bangett ...." Salsa langsung merebut buku tersebut."Sekreta
Jangan biarkan hatimu berlarut-larut dalam Kesedihan atas masalalu, atau kamuTidak akan pernah siap untuk menghadapi apa yang akan terjadi. ~Giorgio Edward Robertson~ Yang akan terjadi, terjadilahSepasrah itu aku sekarang. ~Salsabila Aurelia Dierja~ ✧;──0_0──; ✧ Kringg!! Bel istirahat pun berbunyi, Salsa kembali ke kelasnya yang diantar oleh Gio karena Salsa bosan jika terus-menerus berada di UKS dan rasa sakitnya pun sudah berkurang jadi memutuskan untuk kembali ke kelas, saat keluar dari UKS Salsa menemuka Gio yang tengah duduk di salah satu kursi yang berada di depan UKS. Gio pu
✧;── Happy Reading ──; ✧---"Assalamu'alaikum," ucap Gio saat memasuki rumahnya. "Waalaikumsalam," jawab Sri, Bundanya dari arah dapur. Gio langsung menghampiri Bundanya lalu mencium punggung tangannya."Ihh ... tangan Bunda bau bawang." Gio langsung menuju wastafel untuk mencuci tangannya."Lebay kamu," cibir Bunda."Angga sama Anggi mana?" tanya Bunda. Pasalnya dia tidak melihat kedua anaknya itu, biasanya jika pulang sekolah bareng dengan Gio."Bentar lagi juga nyampe Bund," jawab Gio."Assalamu'alaikum ... Anggi pulang!!!""Tuh kan." Seorang gadis memasuki rumah tersebut dengan teriakan khasnya. Diikuti seorang pria di belakangnya sambil menutup kedua telinganya dengan telapak tangan."Gak usah teriak-teriak nji
Saat sampai di rumahnya setelah kembali dari cafe, Salsa langsung membersihkan diri untuk segera beristirahat.Namun pikirannya melayang pada nasi goreng milik Mang Ujang yang berada di depan komplek yang tidak jauh dari rumah. "Jadi pengen kan," gumamnya, Salsa yang sudah bersiap untuk tidur dengan setengah badannya yang sudah tertutup oleh selimut berwarna putih itu, langsung menyibak selimutnya, mengambil cardingan yang tergantung di balik pintu, lalu memakainya.22:30Sudah cukup malam, emang masih buka? Tenang Mang Ujang kan jualannya sampai dini hari. Walaupun sudah malam Salsa tetap keluar. Biarlah yang penting perutnya keisi dulu, jalan kaki? Iyalah deket ini, Salsa berjalan keluar rumah, saat melewati rumah besar berlantai empat itu Salsa berhenti sejenak tiba-tiba seorang pria keluar dari balik pagar hitam dan tinggi yang akan Salsa lewati."Ngapain lo depan rumah gue? mau maling?
Cinta yang sesungguhnya adalah mereka yang tak berkata tapi bertindak. Dan bukan melepaskan, tetapi mengikhlaskan.Disaat mata itu mulai terbuka timbul berbagai macam pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Ini di mana, sedang apa aku di sini? Kenapa aku bisa ada di tempat ini? Mengapa kepalaku rasanya sangat berat, dan seluruh tubuh ini seperti remuk tak berbentuk bahkan untuk bergerak saja rasanya sakit. Benak seorang gadis malang yang tak pernah ingin berada dalam situasi seperti sekarang.Ingatannya berputar pada kejadian di hari itu, Salsa memejamkan matanya sesaat. Suara klakson kereta api melebihi kerasnya klakson truk maupun bus, yakni berfrekuensi sebesar 400-700 HzV. Anehnya kenapa saat Salsa akan melintasi perlintasan kereta api tersebut, seakan dia tiba-tiba tuli tak mendengar suara apapun, atau mungkin karena Salsa sedang panik waktu itu mengingat Gio yang berlumur darah
Sahabat.Kita memang dipertemukan oleh pendidikan, tapi seiring berjalannya waktu kebersamaan kita menciptakan sebuah kekeluargaan. Apa itu sahabat? Orang pikir sahabat adalah mereka yang selalu bersama kita disaat suka maupun duka, kenyataannya tidak lah seperti itu. Terkadang yang selalu bersama kita pun mempunyai niat lain bukan untuk menjadi sahabat melainkan memanfaatkan. Perlu diketahui jika sahabat yang sebenarnya adalah mereka yang selalu memberi support system, bukan hanya itu mereka juga teman yang baik paling tidak pendengar yang baik. Dia memperhatikan bagaimana hal sehari-hari yang remeh-temeh mempengaruhi kita. Dia tidak bisa membaca pikiran kita tapi dia tahu kapan kita sedang berbahagia, sedih, bersemangat atau cemas. Seperti persahabatan antara Salsa, Gio, dkk. Bahkan disaat Sals
Sesakit apapun fisiknya, hati akan jauh lebih merasakan sakit ketika separuh jiwanya tengah terluka.Ternyata apa yang Ethan ucapkan tadi pada Revan dan Galih hanya omong kosong belaka, dia bilang akan pulang sebentar untuk bersih-bersih ternyata Ethan malah menuju rumah sakit sebelah yang tidak jauh dari rumah sakit tempat Gio dan Salsa dirawat.Sesampainya di parkiran rumah sakit Ethan memarkirkan mobilnya, dengan cepat lelaki itu keluar dari mobil sampai-sampai dia lupa jika sudah meninggalkan ponselnya di dalam mobil. Kaki panjangnya melangkah dengan cepat menyusuri koridor, melewati beberapa ruangan wajahnya terlihat marah tangannya pun mengepal kuat, ntah siapa yang akan Ethan temui sampai membuatnya bersikap aneh seperti itu.Tepat di depan salah satu ruangan Ethan menghentikan langkahnya, menarik nafas panjang lalu kakinya kembali melangkah untuk memasuki ruangan itu. Di dalam sana terdapat seorang
Bukan dunianya yang kejam, tetapi manusianya yang tidak bisa memanusiakan, manusia.Suasana kali ini cukup panas karena perdebatan dua orang yang terpaut usianya cukup jauh, yang satu masih remaja sedangkan satunya lagi sudah berkepala empat. Aksi cekcok itu terjadi karena keduanya yang saling menyalahkan, tepatnya di hadapan Polisi. Mereka sedang diwawancarai oleh pihak kepolisian atas kejahatan yang telah mereka lakukan, terduga kejahatan tersebut sudah direncanakan sejak lama, dan disusun sedemikian rupa."Saudara Dirga, jadi benar jika anda adalah dalang dibalik kejahatan yang diterima oleh keluarga Pak Agra?" tanya Pak Polisi yang berada di hadapan mereka."Benar pak! Semua ini salah dia!" Rio berseru dengan lantang."Tutup mulut kamu Rio!" bentak Dirga. "Dasar anak tidak tahu terima kasih."Ucapan Rio tadi cukup menyulut emosi Dirga, tetapi
Matanya perlahan terbuka, samar-samar ia seperti menangkap bayangan seseorang yang akhir-akhir ini terus berada dalam pikirannya, seakan tidak percaya Gio berusaha menyadarkan dirinya dengan kembali menutup matanya dan membukanya kembali, berulang kali dia melakukannya sampai pada akhirnya Gio benar-benar sadar jika apa yang dilihatnya bukanlah halusinasi semata. Melihat gadisnya tak sadarkan diri di hadapannya dengan posisi yang sama-sama terikat oleh tali. Gio rasa ia sudah gagal melindungi Salsa, amanah dari Juna belum sepenuhnya Gio laksanakan seharusnya Salsa tidak berada di tempat ini. Gio benar-benar khawatir melihat keadaan Salsa sekarang, ntah bagaimana bisa Salsa sampai sini dalam keadaan pingsan pasti terjadi sesuatu padanya. Gio sekarang sangat merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Salsa, sekarang malah Salsa yang kena imbasnya, rasanya air mata ingin tumpah melihat orang-orang sekitarnya satu persatu terluka karenanya
Bugh! Satu pukulan tersebut mampu membuat seseorang tersungkur, beberapa pria berbadan besar dengan seragam yang sama-sama serba hitam itu langsung maju bersiap untuk membalas tetapi, langsung dihentikan oleh Dirga yang mengangkat tangannya sambil berusaha bangun dibantu dengan beberapa anak buahnya, dengan sombongnya dia meludah tepat di hadapan Agra. Agra yang sudah tak lagi dapat menahan amarahnya dia kembali maju dan meraih kerah kemeja Dirga, lagi-lagi beberapa anak buah Dirga maju bersiap menghentikan Agra tetapi Dirga melarangnya dan membiarkan Agra. "Hentikan semua ini!" ucap Agra penuh penekanan. Prok! Prok! Prok!... Dirga tertawa sambil berte
Jangankan orang yang baru kita kenal, Bahkan seseorang yang berkata mencintai kita pun dia bisa pergi karena setelah kamu, Masih ada prioritas yang lebih besar yang dia prioritaskan.Sekarang satu rombongan terpisah menjadi dua, mobil Garaga sudah jalan lebih dulu sedangkan mobil Ethan sempat tertinggal karena harus mengisi bahan bakar, begitu juga dengan Galih yang membawa motor, dia selalu membuntuti mobil Ethan. Galih membawa motor sendiri dengan alasan tidak ingin mabuk karena naik mobil, sebenarnya tidak sampai muntah-muntah hanya saja perutnya selalu tidak enak jika terlalu lama di dalam mobil.Kini mobil Ethan melaju dengan sangat lancar melewati jalanan dengan aspal hitam serta udara yang cukup sejuk karena mereka sudah memasuki kawasan bukit, terlihat dari sekitar yang penuh dengan pepohonan dan udara yang berbeda.Sebenarnya jarak yang mereka tempuh masih sangat jauh, Ethan melihatnya
Manusia selalu gegabah memutuskan suatu keputusan ketika emosi menyelimuti.•-•Betapa jahatnya takdir yang membuat rindu ini bergerumuh tanpa henti, tanpa pengobatan akan kehadirannya walau hanya lewat mimpi. ^-^---"Bokap gue punya villa di puncak, tapi villa itu udah kosong sih bisa jadi Bokap gue suru Rio bawa Gio ke tempat itu 'kan?" ucap Garaga setelah sekian lama dia berpikir sambil menunggu Ethan yang tengah melacak lokasi di mana keberadaan Gio."Bisa jadi, kita harus coba cek ke sana," ucap Darren menanggapi."Tapi, villa itu udah kosong sejak 5 tahun yang lalu apa mungkin?" tanya Garaga terselip sedikit rasa ragu dalam benaknya.
Bahagia itu akan datang tepat pada waktunya, semua orang menunggu waktu di mana kebahagiaan itu akan tiba sampai-sampai mereka melupakan sesuatu jika hal sekecil atom pun mampu membuat orang tersenyum.0_0Salsa diam termengu dalam duduknya. Menunduk lesu, matanya menatap ujung sepatu miliknyanya yang terkena sedikit lumpur, beralih pada tali sepatu yang terikat tidak benar. Sudut bibir Salsa sedikit terangkat dikala mengingat kebersamaanya dengan Gio, biasanya jika Gio melihat tali sepatunya yang terikat tidak benar dia akan marah-marah dan terus berbicara.Lalu Gio akan berakhir mengatakan, 'bisa nggak kalo nggak ceroboh? Kayaknya lo idup cuman buat bikin gue repot ya, ini jangan sampe lepas lagi kalo lepas langsung benerin, nanti kalo gak sengaja keijek talinya lo bakal jatuh gue kan gak mau liat lo luka.' Begitulah Gio