Share

SARGIO. 4

Penulis: Fitafyy
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-13 03:33:47

Lebih banyak menampakan senyum palsu

Dari pada menjelaskan apa yang sebenarnya

Terjadi, karena tidak semuanya yang bertanya

Kenapa? itu dia peduli.

~Salsabila Aurelia Dierja~

Hari selasa, pagi yang sangat buruk bagi Kelas XI IPS 1. Karena harus mengumpulkan tugas pagi-pagi sekali sebelum jam pelajaran dimulai, 

Pak Agus sudah berpesan setiap kali ada tugas darinya mereka harus mengumpulkannya pagi-pagi sekali sebelum pelajaran berlangsung, tepatnya jam delapan sudah harus berada di mejanya, tekat satu detik pun nilainya akan terpotong seperti ini lah contoh guru yang pelit nilai.

Telihat suasana kelas pagi ini yang begitu kacau, bekas guntingan kertas di mana-mana. Audrey dan Tania yang saling berebut buku yang sudah dipinjamnya dari Salsa. "Buku gue woy! jangan ngerusak lo pada, itu gue nulisnya capek bangett ...." Salsa langsung merebut buku tersebut. 

"Sekretaris woy!!" panggil Salsa pada Lily, iya Lily adalah sekretaris di kelas ini.

"Apaan?" Jawabnya.

"Nih, mau nyontek kagak? tulis aja di papan tulis biar kalian gak usah berebut gitu," ucap Salsa dengan melempar buku besar itu pada meja Guru di hadapannya.

"Aaa ... makasih bep!" ucap Audrey Girang.

"Iya kalian seneng, lah tangan gue yang pegel," gerutu Lily melihat teman-temannya yang begitu girang karena mendapatkan contekan, memang dasar kelas ini sangatlah ajaib berangkat dari rumah penuh dengan rasa resah, gelisah dan galau karena PR yang belum selesai dan ketika sampai di sekolah mereka mendapatkan contekan dengan cuma-cuma.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terdengar dari luar kelas diikuti teriakan seseorang. "Woy buka pintunya!!" teriak Galih dari luar dengan mendorong pintu tersebut. "Woy yang di dalem bukain dong, ngapain sih make dikunci segala!!" lanjutnya.

"Nggak ada yang ngunci Malih!!" teriak Salsa dari dalam kelas.

"Ini kenapa gak bisa dibuka woy!" kesal Galih dengan sedikit mendobrak pintu tersebut tetapi tetap saja tidak terbuka.

"Tarik bego! Bukan didorong tolol!" umpat Revan. 

"Anjirr lah gue kena prank sama pintu, bangs*t banget tuh pintu!" kesal Galih, membuat seisi kelas tertawa ngakak seketika. Mau taro di mana muka Galih, rasanya ingin cepat-cepat pergi menghilang dari muka bumi ini.

"Diem lo pada! Makanya besok-besok taro tulisan tuh di pintu Tarik/Dorong gitu biar gue kagak bingung," ucap Galih berusaha menutupi rasa malunya.

"Lo pikir ini Indomaret lo kasih tulisan kayak gitu depan pintu," komentar Salsa.

"Nih! Lo tempel udah gue tulis tuh, yang tarik buat di luar yang dorong buat di dalem," jelas Revan. Menyodorkan kertas tersebut pada Galih dan langsung dipasang pada pintu kelas.

"Gue cobain ya, nih." Galih keluar dari kelas lalu menutup pintunya, dan kembali membukanya.

Aneh memang tapi itulah Galih, tanpa Galih kelas ini berasa tidak hidup kelas akan sepi tanpa tingkah-tingkah aneh seorang Galih, dia adalah moodboster di kelas ini.

"Pagi Bund!" ucap Galih yang baru saja memasuki kelas.

"Pagi-pagi gini si kecil mulai aktif ya, Bund?" lanjut Revan.

"Apa materi ghibah hari ini Bund?" tanya Audrey ikut menimpali.

"Anjim!" umpat Revan.

"Astagfirullah kalian berdosah banget!!" ucap Galih mendramatis.

"Najis! Gak usah desah bego!" balas revan, seketika botol aqua kosong melayang mengenai kepala Galih.

"Anjim sakit bangsat!" Galih kembali melempar botol aqua tadi yang sayangnya tidak tepat sasaran.

"Wahh si bangsat ini banyak tingkah ya, Bund!" komentar Thania menatap Galih dan Revan bergantian.

"Materi ghibah dong Bund?" ucap Audrey yang sudah menyelesaikan acara menulisnya.

"Tungguin gue, jangan mulai dulu!!" jerit Lily yang sedang menulis di papan tulis.

"Boleh Bund, sebelum dimulai ada baiknya kita awali dengan membaca hamdalah!" ucap Galih asal sambil menengadah tangan memasang wajah serius.

"Ehh bener nggak sih?" tanya Galih bingung.

"Basmalah dulu Bambang!!" ucap Revan kesal, satu toyoran mendarat di kepala Galih.

Galih menatap Revan garang. Tarik nafas, tahan jangan di buang mubajir, batin Galih.

Saat sedang asik-asiknya membahas tentang Pak Bambang yang punya istri dua, tiba-tiba seseorang mengacaukan acara ghibah mereka. "Kalian ini kerjaannya ghibah truss!! Bayar uang kas dulu woy!!" gertak Zaskia, bendahara kelas, dengan memasang wajah garang layaknya preman.

"Dari pada lo kerjaannya malakin orang! mau jadi preman pasar lo?!" balas Revan, biar pun begitu Revan tetap merogoh kantongnya lalu mengeluarkan sejumlah uang 2000 lalu memberikannya kepada Zaskia.

"Iyadih dasar tukang malak! nggak dikasih uang jajan ya lo? Makanya minta-minta!" ledek Galih.

"Gue nanti ya istirahat, gada duit receh," ucap Galih beralasan. Zaskia hanya geleng-geleng kepala sambil berdecak kesal. Auto istigfar seratus kali sambil ngelus dada. Jangan sampe ngegas, gaboleh ngomong kasar, sabar. Untuk kali ini Zaskia maafkan Galih jika istirahat nanti tidak memberikan uang siap-siap saja dilaporkan kepada wali kelas.

"Oke guys! Alfatihah!" ucap Revan mengintrupsi setelah Zaskia meninggalkan mereka untuk meminta uang kas kepada yang lainnya.

"Belum waktunya masuk, ngapain Do'a?" tanya Lily heran.

"Kan kita mau ghibah, biar berkah," bukan, bukan Revan yang menjawab tapi Galih.

"Sejak kapan njirr ngeghibah dapet berkah!" ucap Revan, lagi-lagi tangannya tidak bisa diam dan menoyor kepala Galih. Sungguh miris jadi sahabat Revan karena tangannya yang tidak bisa diam, bahkan ketika tertawa pun dia akan melayangkan pukulan pada seseorang di sekitarnya atau benda di sekitarnya, Galih pikir itu tidak beda jauh seperti perempuan yang selalu melakukan hal tersebut.

"Sejak saat pertama melihat senyumannya!" Galih menjawab pertanyaan Revan dengan nyanyian dan di situlah seisi kelas mulai bernyanyi.

"Jantung berdebar-debar inikah pertanda," dilanjut dengan si Ropeah yang duduk di kursi bagian belakang.

"Anjayy suara gue bangus bangett!" ucap Ropeah bangga dengan menggebrak mejanya menghasilkan suara yang begitu bising. Sejujurnya ada yang lebih receh di kelas ini selain Galih, dia yang biasa dipanggil Ropeah sangat cocok jika bersanding dengan Galih.

"Heh Siti Ropeah berisik!!" gertak Galih yang sudah menutup kedua telinganya.

Kelas XI IPS 1 memang paling berisik, walaupun kelas ini paling bobrok dan receh tetapi kelas ini adalah kelas yang paling rajin dari kelas-kelas IPS yang lainnya, rajin ghibah misalnya. Tapi jangan salah masalah tugas sekolah mereka paling utama apa lagi solidaritas contek menyonteknya patut diacungkan jempol, sungguh kelas idaman tetapi tidak untuk si ambis.

"Eh Salsa mana? kok tiba-tiba ngilang sih tuh anak?" tanya Galih saat menyadari jika Salsa tidak ada di kelas.

"Tadi bilangnya ke toilet tuh," jawab Audrey. 

"Woy Salsa pingsan di koridor dekat kamar mandi!" Seseorang berteriak dari luar kelas membuat Audrey langsung berlari keluar, diikuti yang lainnya.

0_0

Gio baru saja menuruni tangga dari kelasnya yang berada di lantai tiga, sesampainya pada tangga terakhir tepatnya di lantai dua Gio mengurungkan niatnya untuk kembali turun.  Niatnya tadi menuju perpustakaan karena melihat seorang gadis yang baru saja keluar dari arah kamar mandi dengan mata yang bengkak, dan berjalan dengan berpegangan pada dinding tembok yang berada di dekatnya.

Karena itu Gio memilih menghampirinya dan melupakan tujuan awalnya, salah satu alasannya karena dia akan menghampiri Salsa.

Salsa, iya dia adalah Salsa, kepalanya kembali berdenyut nyeri setelah memikirkan ucapan Gio waktu itu. "Jingga, bermakna ketenangan, walaupun singkat namun indah." Kata-kata tersebut terus saja terngiang-ngiang di pikirannya. Itu adalah kata-kata yang pernah Mamahnya ucapkan dulu, kenapa bisa Gio mengucapkannya. Itu membuat Salsa kembali teringat Mamahnya, rasa rindu itu kembali mendatanginya. 

Tiba-tiba tubuhnya menjadi lemas, kakinya seakan tidak dapat berjalan lagi, Salsa lelah jika harus terus seperti ini di saat mengingat kejadian yang sangat membuatnya hancur, dulu. 

Tiba-tiba saja tubuhnya hampir terjatuh, untung saja ada seseorang yang menahan tubuhnya. "Gue bantu," ucapnya, lalu Salsa tidak sadarkan diri dalam dekapannya.

Melihat wajah pucat Salsa, yang terbaring lemah di berankar UKS Membuat Gio sedikit khawatir, sedikit aja gausah banyak-banyak gue belum cinta.

"Shtt ...." desis Salsa, membuat Gio langsung menghampirinya.

"Mamah ... Mamah ... Mah ...." lirih Salsa dengan mata yang masih tertutup.

"Salsa.. Sal ... bangun," ucap Gio sambil menepuk-nepuk pipi Salsa pelan.

"Mah.. Mamah.. MAMAH!" jerit Salsa lalu tersadar, tanpa sadar air matanya keluar begitu saja.

"Lo gapapa? Nih minum dulu." Gio menyodorkan gelas yang berisi air putih yang berada di nakas. Dengan membantu Salsa untuk menyenderkan badannya agar lebih mudah untuk minum. Membuat posisi mereka begitu dekat dengan mata yang saling memandang. Tangan Gio bergerak membersihkan air mata yang mengalir itu, seakan tersadar dengan jantungnya yang seperti sedang marathon Salsa lebih dulu memalingkan wajahnya.

"Thanks," ucap Salsa yang diangguki oleh Gio.

Gedubrak! 

Pintu terbuka dengan tidak santainya, menampakkan Audrey dengan wajah paniknya, diikuti teman-teman yang lainnya dan langsung menyerbu Salsa dengan berbagai pertanyaa.

"Sal, lo gak kenapa-kenapa kan?" tanya Audrey menghampiri Salsa dengan wajah panik, begitupun dengan Thania dan juga Lily.

"Gue gak kenapa-kenapa Drey," jawab Salsa meyakinkan Audrey.

Gio tidak habis pikir dengan Salsa sepertinya dia benar-benar menyembunyikan masalahnya kepada para sahabatnya, dan semua itu berhasil ntah apa yang Salsa sembunyikan selain masalah penyakitnya tetapi Gio yakin Salsa memiliki masalah yang cukup rumit sampai-sampai dia sakit. Bagi Gio mengenal Salsa adalah suatu anugrah dia gadis yang mampu menginspirasi Gio dan ntah kenapa Gio merasakan hal yang aneh ketika bersama Salsa.

"Udah, kalian ke kelas aja nanti kalo ada Guru kan bahaya. Biar gue di sini yang jagain Salsa," perintah Galih pada teman-temannya.

"Bilang aja lo mau bolos!" ucap Thania.

"Iyatuh, bener banget Tani," ucap Lily menyetujui.

"Tani, Tani lo pikir gue Pak Tani apa?!" ucap Tania kesal. 

"Hehehe ... piss!" Lily mengangkat kedua jari yang membentuk huruf V ditambah dengan cengirannya.

"Yaudah kalo gitu kita ke kelas duluan ya Sal, nanti istirahat kita ke sini lagi, oke!" pamit Thania diikuti yang lainnya, kecuali Gio dan Galih yang masih berada di sana.

"Oh iya, jangan kasih tau Arkan ya, kalo gue pingsan. Gue gak mau kalo dia khawatir sama gue," pesan Salsa pada Gio dan Galih yang berada di sana.

"Ngak perlu, gue udah tau." Arkan memasuki ruangan tersebut, Salsa terdiam seketika, Arkan pasti akan sangat menghawatirkan dirinya.

"Lo kenapa sih, gue ini Adik lo Kak," ucap Arkan mendekati Salsa.

"Gue nggak mau lo khawatir sama gue." 

"Gimana gue nggak khawatir, lo kan Kakak gue!" Salsa diam mendengar ucapan Arkan yang sedikit membentaknya. Apa Salsa salah? Dia hanya tidak ingin melihat orang-orang di sekitarnya merasa khawatir.

Arkan merasa bersalah karena sudah berbicara seperti itu pada Kakaknya, tetapi Arkan juga berhak mengetahui segalanya bukan? Mereka saudara harusnya mereka saling terbuka satu sama lain, bukan malah menyembunyikan beban masing-masing. 

"Kalian balik aja sono, biar gue yang jagain dia. Kelas gue nggak ada Guru kok," ucap Gio memecahkan keheningan yang sempat tercipta.

"Terima kasih Bang, gue nitip Kak Salsa ya," ucap Arkan yang di angguki oleh Gio. Sebelum keluar dari UKS Arkan menyempatkan diri untuk mengusap kepala Salsa lalu pergi dari ruangan tersebut begitu pun dengan Galih.

Kini tersisa hanya Salsa, dan Gio yang berada di UKS. Dokter yang bertugas di sekolah ini sudah memeriksa Salsa tadi, Salsa tidak apa-apa hanya saja dia begitu banyak pikiran dan butuh sedikit istirahat.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu pada ruang UKS mengalihkan perhatian Salsa dan Gio yang sedari tadi saling berdiam diri, mereka menunggu seseorang tadi untuk masuk bahkan Salsa sudah membuka suaranya mempersilakan namun, seseorang tak kunjung masuk. Gio lantas langsung mengecek keluar dan saat membuka pintu di bawah sana Gio menemukan sebuket bunga yang tergeletak di lantai. "Dari siapa?" pikir Gio.

Gio melihat sekitar koridor UKS yang sepi, tidak ada siapa-siapa lantas dari siapa bunga tersebut? Gio memilih kembali masuk ke dalam dengan membawa bunga tersebut sepertinya ini untuk Salsa. 

"Ini," Gio menyodorkan sebuket bunga mawar tadi. Salsa menikan sebelah alisnya untuk apa Gio memberinya bunga? Salsa yang dibuat bertanya-tanya pun tetap mengambil bunga tersebut, lumayan untuk pajangan di ruang tamu.

Bunga mawar yang begitu indah dan segar, Salsa melihat jika terdapat secarik kertas yang terselip di dalam sebuket bunga itu, Salsa pun mengambilnya lalu membaca surat tersebut yang tertulis "Harta Yang Paling Berharga Dalam Hidup Seseorang." Orang yang sama? 

Bagiku harta yang paling berharga adalah Mamah. Batin Salsa.

Gio bangun dari duduknya, lalu menghampiri Salsa. "Lo makan dulu gih," ucap Gio mengambil bubur yang sudah disiapkan di atas nakas yang tadi dibeli oleh Galih. Lalu duduk di kursi yang berada di dekat berankar.

"Gue bisa makan sendiri!" ucap Salsa merebut mangkuk yang dipegang oleh Gio.

"Jangan macem-macem, lo masih sakit," tutur Gio kembali mengambil mangkuk tersebut Salsa hanya bisa pasrah ketika Gio menyodorkan sesuap bubur itu pada dirinya.

"Gak enak," ucap Salsa menyingkirkan pelan sendok yang Gio pegang padahal belum Salsa rasakan bubur tersebut tetapi Salsa benar-benar hilang selera melihat bubur itu.

"Belum juga lo makan," ucap Gio masih terus membujuk Salsa dengan sangat sabar.

"Udah pernah."

"Pernah apa?"

"Pernah nyoba lah!"

"Terus?"

"Ya gak mau dimakan nggak enak."

"Kan gue suapin biar enak," ucap Gio. "Buka mulut!" Suruh Gio, Salsa hanya menggeleng, menutup mulut dengan telapak tangan. 

"Buka mulut lo! cepetan!" Paksa Gio, Salsa tetap menutup mulutnya. 

"Buka mulut lo, atau mau gue kasih tau ke Arkan kalo kemaren lo juga pingsan?" Cara terakhir semoga berhasil, jika tidak seperti itu Salsa tidak ingin makan pastinya. 

"Oke, fine gue makan!" ucap Salsa kesal, membuat Gio tersenyum lalu mulai menyuapi Salsa dengan telaten. Baik juga ni orang, batin Salsa. 

Sebenarnya setelah pulang dari rumah Gio semalam Salsa mendapatkan kenyataan yang cukup buruk, ternyata Gio adalah tetangganya.

Salsa masih memikirkan semuanya, tentang kejadian di perpustakaan waktu itu Salsa pun tidak tahu. Sebenarnya siapa yang memberikannya kalung kemarin, dan sekarang sebuket bunga. 

Jika murid Erlangga rasanya tidak mungkin, karena Salsa sudah melarang mereka untuk memberikan berbagai hadiah yang membuat lokernya penuh. Dan sejak itupun tidak ada lagi yang memberinya hadiah, bunga dan sebagainya. Namun kali ini? ntahlah Salsa dibuat bingung akhir-akhir ini.

"Nggak usah dipikirin nanti lo stres tumbang lagi," ucap Gio membuyarkan lamunan Salsa.

Sepertinya Gio tahu dan sangat mengerti apa yang Salsa pikirkan sekarang.

"Gue mau minta maaf," lanjut Gio karena Salsa tak kunjung membalas ucapannya.

"Buat?" tanya Salsa bingung.

"Masalah kemaren."

"Gue masih kesel," ucap Salsa memalingkan wajahnya ke arah samping. Mengingat kejadian kemaren membuat Salsa teringat jika sedang bermusuhan dengan Gio, tetapi mengapa sekarang mereka terlihat baik-baik saja? Sepertinya Salsa belum benar-benar sadar dari pingsannya. Yang pasti Salsa masih kesal dengan kejadian waktu itu Gio benar-benar membuatnya kesal.

"Gue pengen jadi temen lo. Jadi lo harus maafin gue," ucap Gio tulus.

"Nggak!" tolak Salsa.

"Oke, gue pergi kalo gitu." Gio pergi begitu saja meninggalkan Salsa seorang diri, karena tidak tega Gio pun memilih tetap berada di luar UKS duduk pada salah satu kursi yang tersedia di depan sana. Rasanya Gio tidak bisa meninggalkan Salsa seorang diri, takut terjadi sesuatu ntah perasaan macam apa ini, mengapa  Gio begitu peduli kepada Salsa yang baru-baru ini dikenalnya dan memasuki kehidupannya.

Bab terkait

  • SARGIO   SARGIO. 5

    Jangan biarkan hatimu berlarut-larut dalam Kesedihan atas masalalu, atau kamuTidak akan pernah siap untuk menghadapi apa yang akan terjadi. ~Giorgio Edward Robertson~ Yang akan terjadi, terjadilahSepasrah itu aku sekarang. ~Salsabila Aurelia Dierja~ ✧;──0_0──; ✧ Kringg!! Bel istirahat pun berbunyi, Salsa kembali ke kelasnya yang diantar oleh Gio karena Salsa bosan jika terus-menerus berada di UKS dan rasa sakitnya pun sudah berkurang jadi memutuskan untuk kembali ke kelas, saat keluar dari UKS Salsa menemuka Gio yang tengah duduk di salah satu kursi yang berada di depan UKS. Gio pu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • SARGIO   SARGIO. 6

    ✧;── Happy Reading ──; ✧---"Assalamu'alaikum," ucap Gio saat memasuki rumahnya. "Waalaikumsalam," jawab Sri, Bundanya dari arah dapur. Gio langsung menghampiri Bundanya lalu mencium punggung tangannya."Ihh ... tangan Bunda bau bawang." Gio langsung menuju wastafel untuk mencuci tangannya."Lebay kamu," cibir Bunda."Angga sama Anggi mana?" tanya Bunda. Pasalnya dia tidak melihat kedua anaknya itu, biasanya jika pulang sekolah bareng dengan Gio."Bentar lagi juga nyampe Bund," jawab Gio."Assalamu'alaikum ... Anggi pulang!!!""Tuh kan." Seorang gadis memasuki rumah tersebut dengan teriakan khasnya. Diikuti seorang pria di belakangnya sambil menutup kedua telinganya dengan telapak tangan."Gak usah teriak-teriak nji

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • SARGIO   SARGIO. 7

    Saat sampai di rumahnya setelah kembali dari cafe, Salsa langsung membersihkan diri untuk segera beristirahat.Namun pikirannya melayang pada nasi goreng milik Mang Ujang yang berada di depan komplek yang tidak jauh dari rumah. "Jadi pengen kan," gumamnya, Salsa yang sudah bersiap untuk tidur dengan setengah badannya yang sudah tertutup oleh selimut berwarna putih itu, langsung menyibak selimutnya, mengambil cardingan yang tergantung di balik pintu, lalu memakainya.22:30Sudah cukup malam, emang masih buka? Tenang Mang Ujang kan jualannya sampai dini hari. Walaupun sudah malam Salsa tetap keluar. Biarlah yang penting perutnya keisi dulu, jalan kaki? Iyalah deket ini, Salsa berjalan keluar rumah, saat melewati rumah besar berlantai empat itu Salsa berhenti sejenak tiba-tiba seorang pria keluar dari balik pagar hitam dan tinggi yang akan Salsa lewati."Ngapain lo depan rumah gue? mau maling?

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • SARGIO   SARGIO. 8

    Teriakan Audrey dan juga Thania membuat Salsa terkejut dan ikut berteriak, dan membuat seluruh murid di kelas menatap mereka penasaran ada juga beberapa yang kesal karena teriakan mereka membuat beberapa orang terkejut untungnya mereka tidak memiliki riwayat penyakit jantung. "Ada apaan sih?" Galih dan Revan mendekat penasaran dengan isi kotak tadi, dan ternyata isinya hanyalah sebuah parfum. Orang-orang pikir Salsa baru saja mendapat teror dari seseorang, nyatanya dia baru saja mendapatkan hadiah apa mungkin Salsa memiliki pengagum rahasia? "Yaelah, gue kirain kepala kerbau!" ucap Galih. "Gue mikirnya kepala manusia malah!" balas Revan. "Tau lebay banget sih lo, parfum doang bikin orang panik aja!" lanjut Galih. "Lo liat dong njirr itu parfum ap

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • SARGIO   SARGIO. 9

    Cinta mungkin akan membuatmu terlukaTapi ia membuatmu semakin dewasaJadilah pribadi yang selalu memaafkanTerutama hatimu. Sorakan demi sorakan terdengar, masing-masing dari mereka mengangkat ponselnya untuk mengabadikan momen yang sangat besar dalam sejarah Erlangga. Beberapa orang menatap mereka tidak percaya, tatapan tidak suka dan iri itu Salsa dapatkan dari beberapa pasang mata yang berada di pinggir lapangan. Salsa mengambil balonnya sesaat dia menggenggam tali balon itu. "Tapi gue gak bisa Gar." Lalu Salsa melepaskan balon tersebut dan mengambil bunganya. "Terima kasih buat bunganya," ucap Salsa sebelum pergi dari kerumunan tersebut. Garaga mencekal pergelangan tangan Salsa, membuat Salsa menghentikan langkahnya. "Tapi gue gak bakalan nyerah sampai sini," ucapnya lalu melepaskan Salsa dan membiarkannya pergi

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • SARGIO   SARGIO. 10

    Malam ini, malam sabtu. Besok sekolah libur sampai hari minggu, jadi malam ini mereka akan begadang dengan maraton nonton drama-drama favorit mereka. karena hari senin akan mengadakan UAS dan besok mereka akan belajar bersama untuk persiapan UAS nanti. Oleh karena itu malam ini akan mereka habiskan untuk bersenang-senang sebelum bertemu dengan kertas-kertas yang membuat kepala seakan ingin meledak. Yah, itu sungguh menguras otak, di mana kita harus bener-bener memahami materi yang sudah disampaikan oleh guru dan berusaha untuk mendapatkan nilai yang lebih baik.Namun, karena insiden tadi siang Salsa harus menceritakan semuanya pada sahabat-sahabatnya, mungkin memang sudah waktunya mereka tahu. Rahasia itu seperti bangkai, mau ditutup-tutupin juga bakalan tetep tercium baunya. Salsa akan terima bagaimanapun, tanggapan yang diberikan oleh mereka. Sekarang mereka sedang berkumpul di ruang tengah, rumah Salsa.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • SARGIO   SARGIO. 11

    Malam sudah larut, tetapi Thania belum juga tidur. Pikirannya masih terus memikirkan ucapannya yang tadi dia ucapkan pada Ethan. Thania bangun dari posisi rebahannya dan berpindah pada sofa yang berada di kamar tersebut. Melihat teman-temannya yang sudah tertidur begitu pulas, Thania sedikit meringis saat melihat Lily yang hampir terjatuh dari ranjang karena kaki Audrey yang tidak bisa diam. 'Gak lagi-lagi gue, nginep bareng Audrey.' Batin Thania.Thania duduk pada sofa sambil membaca pesan-pesannya bersama Ethan dulu, baru saja putus beberapa jam rasa rindu itu mulai merasuki pikirannya. Tapi Thania tidak bisa jika harus terus-terusan dibohongi oleh Ethan, jika boleh memilih mending Thania tidak perlu tahu sama sekali tentang kebenarannya, jika ujung-ujungnya dia tetap tidak mendapatkan informasi apa pun dan Ethan tidak menceritakannya sama sekali.Sesaat Thania membaca chat terakhirnya bersama Ethan.Sethan🦖❤️

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • SARGIO   SARGIO. 12

    Teriakan Bunda yang begitu nyaring memekakan telinga, membuat penghuni rumah semuanya keluar. Terlihat sebuah percikan darah yang berceceran di lantai serta sebuah pisau yang tergeletak di bawah sana.Saat membuka isi kotak tersebut, ternyata berisi sebuah pisau yang begitu tajam, serta darah segar yang berceceran di sekitarnya."Ada apa?" tanya Ayah melihat Bunda yang begitu syok lalu tidak sadarkan diri dalam dekapannya."Satya bawa Bunda kamu ke kamar, dan periksa Bunda kamu," perinta Agra yang langsung dilaksanakan oleh Satya dibantu dengan Aditya."Kalian semua masuk dan istirahat, nanti biar Bibi yang bersihin semuanya," perintah Ayah yang tidak dapat ditolak."Bunda gak kenapa-kenapa kan Bang?" tanya Keyla panik, bukannya menuruti perintah Ayahnya mereka malah menuju kamar Bundanya."Bunda baik-baik aja kok, kalian masuk kamar masing-masing sana, nanti Ayah marah lo

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28

Bab terbaru

  • SARGIO   SARGIO. 60 (End)

    Cinta yang sesungguhnya adalah mereka yang tak berkata tapi bertindak. Dan bukan melepaskan, tetapi mengikhlaskan.Disaat mata itu mulai terbuka timbul berbagai macam pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Ini di mana, sedang apa aku di sini? Kenapa aku bisa ada di tempat ini? Mengapa kepalaku rasanya sangat berat, dan seluruh tubuh ini seperti remuk tak berbentuk bahkan untuk bergerak saja rasanya sakit. Benak seorang gadis malang yang tak pernah ingin berada dalam situasi seperti sekarang.Ingatannya berputar pada kejadian di hari itu, Salsa memejamkan matanya sesaat. Suara klakson kereta api melebihi kerasnya klakson truk maupun bus, yakni berfrekuensi sebesar 400-700 HzV. Anehnya kenapa saat Salsa akan melintasi perlintasan kereta api tersebut, seakan dia tiba-tiba tuli tak mendengar suara apapun, atau mungkin karena Salsa sedang panik waktu itu mengingat Gio yang berlumur darah

  • SARGIO   SARGIO. 59

    Sahabat.Kita memang dipertemukan oleh pendidikan, tapi seiring berjalannya waktu kebersamaan kita menciptakan sebuah kekeluargaan. Apa itu sahabat? Orang pikir sahabat adalah mereka yang selalu bersama kita disaat suka maupun duka, kenyataannya tidak lah seperti itu. Terkadang yang selalu bersama kita pun mempunyai niat lain bukan untuk menjadi sahabat melainkan memanfaatkan. Perlu diketahui jika sahabat yang sebenarnya adalah mereka yang selalu memberi support system, bukan hanya itu mereka juga teman yang baik paling tidak pendengar yang baik. Dia memperhatikan bagaimana hal sehari-hari yang remeh-temeh mempengaruhi kita. Dia tidak bisa membaca pikiran kita tapi dia tahu kapan kita sedang berbahagia, sedih, bersemangat atau cemas. Seperti persahabatan antara Salsa, Gio, dkk. Bahkan disaat Sals

  • SARGIO   SARGIO. 58

    Sesakit apapun fisiknya, hati akan jauh lebih merasakan sakit ketika separuh jiwanya tengah terluka.Ternyata apa yang Ethan ucapkan tadi pada Revan dan Galih hanya omong kosong belaka, dia bilang akan pulang sebentar untuk bersih-bersih ternyata Ethan malah menuju rumah sakit sebelah yang tidak jauh dari rumah sakit tempat Gio dan Salsa dirawat.Sesampainya di parkiran rumah sakit Ethan memarkirkan mobilnya, dengan cepat lelaki itu keluar dari mobil sampai-sampai dia lupa jika sudah meninggalkan ponselnya di dalam mobil. Kaki panjangnya melangkah dengan cepat menyusuri koridor, melewati beberapa ruangan wajahnya terlihat marah tangannya pun mengepal kuat, ntah siapa yang akan Ethan temui sampai membuatnya bersikap aneh seperti itu.Tepat di depan salah satu ruangan Ethan menghentikan langkahnya, menarik nafas panjang lalu kakinya kembali melangkah untuk memasuki ruangan itu. Di dalam sana terdapat seorang

  • SARGIO   SARGIO. 57

    Bukan dunianya yang kejam, tetapi manusianya yang tidak bisa memanusiakan, manusia.Suasana kali ini cukup panas karena perdebatan dua orang yang terpaut usianya cukup jauh, yang satu masih remaja sedangkan satunya lagi sudah berkepala empat. Aksi cekcok itu terjadi karena keduanya yang saling menyalahkan, tepatnya di hadapan Polisi. Mereka sedang diwawancarai oleh pihak kepolisian atas kejahatan yang telah mereka lakukan, terduga kejahatan tersebut sudah direncanakan sejak lama, dan disusun sedemikian rupa."Saudara Dirga, jadi benar jika anda adalah dalang dibalik kejahatan yang diterima oleh keluarga Pak Agra?" tanya Pak Polisi yang berada di hadapan mereka."Benar pak! Semua ini salah dia!" Rio berseru dengan lantang."Tutup mulut kamu Rio!" bentak Dirga. "Dasar anak tidak tahu terima kasih."Ucapan Rio tadi cukup menyulut emosi Dirga, tetapi

  • SARGIO   SARGIO. 56

    Matanya perlahan terbuka, samar-samar ia seperti menangkap bayangan seseorang yang akhir-akhir ini terus berada dalam pikirannya, seakan tidak percaya Gio berusaha menyadarkan dirinya dengan kembali menutup matanya dan membukanya kembali, berulang kali dia melakukannya sampai pada akhirnya Gio benar-benar sadar jika apa yang dilihatnya bukanlah halusinasi semata. Melihat gadisnya tak sadarkan diri di hadapannya dengan posisi yang sama-sama terikat oleh tali. Gio rasa ia sudah gagal melindungi Salsa, amanah dari Juna belum sepenuhnya Gio laksanakan seharusnya Salsa tidak berada di tempat ini. Gio benar-benar khawatir melihat keadaan Salsa sekarang, ntah bagaimana bisa Salsa sampai sini dalam keadaan pingsan pasti terjadi sesuatu padanya. Gio sekarang sangat merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Salsa, sekarang malah Salsa yang kena imbasnya, rasanya air mata ingin tumpah melihat orang-orang sekitarnya satu persatu terluka karenanya

  • SARGIO   SARGIO. 55

    Bugh! Satu pukulan tersebut mampu membuat seseorang tersungkur, beberapa pria berbadan besar dengan seragam yang sama-sama serba hitam itu langsung maju bersiap untuk membalas tetapi, langsung dihentikan oleh Dirga yang mengangkat tangannya sambil berusaha bangun dibantu dengan beberapa anak buahnya, dengan sombongnya dia meludah tepat di hadapan Agra. Agra yang sudah tak lagi dapat menahan amarahnya dia kembali maju dan meraih kerah kemeja Dirga, lagi-lagi beberapa anak buah Dirga maju bersiap menghentikan Agra tetapi Dirga melarangnya dan membiarkan Agra. "Hentikan semua ini!" ucap Agra penuh penekanan. Prok! Prok! Prok!... Dirga tertawa sambil berte

  • SARGIO   SARGIO. 54

    Jangankan orang yang baru kita kenal, Bahkan seseorang yang berkata mencintai kita pun dia bisa pergi karena setelah kamu, Masih ada prioritas yang lebih besar yang dia prioritaskan.Sekarang satu rombongan terpisah menjadi dua, mobil Garaga sudah jalan lebih dulu sedangkan mobil Ethan sempat tertinggal karena harus mengisi bahan bakar, begitu juga dengan Galih yang membawa motor, dia selalu membuntuti mobil Ethan. Galih membawa motor sendiri dengan alasan tidak ingin mabuk karena naik mobil, sebenarnya tidak sampai muntah-muntah hanya saja perutnya selalu tidak enak jika terlalu lama di dalam mobil.Kini mobil Ethan melaju dengan sangat lancar melewati jalanan dengan aspal hitam serta udara yang cukup sejuk karena mereka sudah memasuki kawasan bukit, terlihat dari sekitar yang penuh dengan pepohonan dan udara yang berbeda.Sebenarnya jarak yang mereka tempuh masih sangat jauh, Ethan melihatnya

  • SARGIO   SARGIO. 53

    Manusia selalu gegabah memutuskan suatu keputusan ketika emosi menyelimuti.•-•Betapa jahatnya takdir yang membuat rindu ini bergerumuh tanpa henti, tanpa pengobatan akan kehadirannya walau hanya lewat mimpi. ^-^---"Bokap gue punya villa di puncak, tapi villa itu udah kosong sih bisa jadi Bokap gue suru Rio bawa Gio ke tempat itu 'kan?" ucap Garaga setelah sekian lama dia berpikir sambil menunggu Ethan yang tengah melacak lokasi di mana keberadaan Gio."Bisa jadi, kita harus coba cek ke sana," ucap Darren menanggapi."Tapi, villa itu udah kosong sejak 5 tahun yang lalu apa mungkin?" tanya Garaga terselip sedikit rasa ragu dalam benaknya.

  • SARGIO   SARGIO. 52

    Bahagia itu akan datang tepat pada waktunya, semua orang menunggu waktu di mana kebahagiaan itu akan tiba sampai-sampai mereka melupakan sesuatu jika hal sekecil atom pun mampu membuat orang tersenyum.0_0Salsa diam termengu dalam duduknya. Menunduk lesu, matanya menatap ujung sepatu miliknyanya yang terkena sedikit lumpur, beralih pada tali sepatu yang terikat tidak benar. Sudut bibir Salsa sedikit terangkat dikala mengingat kebersamaanya dengan Gio, biasanya jika Gio melihat tali sepatunya yang terikat tidak benar dia akan marah-marah dan terus berbicara.Lalu Gio akan berakhir mengatakan, 'bisa nggak kalo nggak ceroboh? Kayaknya lo idup cuman buat bikin gue repot ya, ini jangan sampe lepas lagi kalo lepas langsung benerin, nanti kalo gak sengaja keijek talinya lo bakal jatuh gue kan gak mau liat lo luka.' Begitulah Gio

DMCA.com Protection Status