Jangan terlalu benci dengan seseorang
Siapa tau nanti, orang yang kamu benciAdalah orang yang paling kamuTakuti kepergiannya.Bel pertanda istirahat sudah berbunyi, Siswa Siswi SMA Erlangga berhamburan keluar kelas yang tak lain adalah menuju kantin, seperti halnya kedua orang yang tadi sedang menjalankan hukumannya pun sudah tidak ada entah ke mana yang pastinya mereka juga bergegas ke kantin.
SMA Erlangga, sekolah yang dihuni oleh murid-murid bertalenta, disiplin dan yang pasti pintar. Kebanyakan yang bersekolah di SMA Erlangga ini adalah orang-orang yang memiliki kapasitas otak yang sangat besar.
Mereka yang masuk sekolah ini harus melakukan berbagai tes, banyak anak-anak dari keluarga berada yang mendaftar di sini, namun banyak juga yang tidak lolos seleksi.Setelah membersihkan diri dan berganti seragam Salsa menuju kantin, karena memang tadi seragamnya kotor akibat ulah lelaki yang sempat membuat genangan air kotor mengenai seragamnya. Untungnya Salsa mempunyai seragam ganti untuk sekedar berjaga-jaga yang sengaja dia simpan di loker.
Salsa berjalan menuju kantin dengan tas yang masih dia gendong, sengaja Salsa tidak masuk ke kelas terlebih dahulu karena Salsa yakin pasti teman-temannya sudah berada di kantin.
Dan benar saja dikala Salsa sampai di sana mereka sedang asik makan sambil berbincang tanpa mempertanyakan keberadaannya, langsung saja Salsa menghampiri mereka.Brak!
"Hari ini adalah hari yang paling sial dalam hidup gue, dari telat bangun, mau keserempet, dikejar anjing, ketemu mahluk astral, sampai dihukum. Ini semua gara-gara Arkan karna dia berangkat duluan, awas aja tu anak nggak gue kasih uang jajan dah biarin bodoamat!" cerocos Salsa kesal.
"Njirrr!" kaget Lily
"Wahh lo ngajak ribu? Bakso gue loncat noh gara-gara lo gebrak meja," ucap Thania kesal.
"Lo ngajak omong kaya orang ngajak ribut aja!!" ucap Audrey menimpali.
"Auah! Capek gue!!" balas Salsa cuek.
Kantin yang begitu ramai, membuat Salsa berdecak kesal. "Ck, lama banget sih!" gerutu Salsa kesal. Pesanannya sudah dipesankan oleh Audrey tadi, tetapi kenapa lama sekali, padahal cacing-cacing di perut Salsa sudah meminta makan. Apa lagi tadi pagi dia tidak sempat sarapan, ditambah hukuman lagi, memang hari ini adalah hari yang paling sial bagi Salsa.
Kantin terlihat menjadi semakin ramai para gerombolan ciwi-ciwi dari kelas dua belas memasuki area kantin khusus untuk kelas sebelas, berbondong-bondong memasuki kantin dengan saling menghipit satu sama lain. Melihat itu Salsa dibuat bingung karena baru kali ini Salsa melihat mereka seagresif itu seperti singa lapar yang baru keluar dari kandangnya, apa tujuan mereka ke sini?.
"Ada apaan sih?" tanya Salsa pada ketiga sahabatnya itu.
"Udah gue duga nih dari kemaren pasti bakal serame ini, mana semalem sampe tranding satu lagi di twitter," ujar Audrey yang membuat Salsa bertambah bingung. Memang semalam Salsa sempat membuka twitter tetapi Salsa tidak paham apa yang membuat mereka seheboh itu.
"Gio emang udah jadi aktornya Erlangga ya," celetuk Lily sambil memainkan ponselnya menjelajahi media sosial yang dipenuhi dengan berita tentang Gio, lebih tepatnya akun sekolah yang terus membahas tentang kembalinya Gio ke sekolah ini.
Orang-orang yang berada di kantin memberikan jalan pada pria yang baru saja memasuki area kantin yang begitu padat. Bersama dengan teman-temannya dia berjalan di depan dengan begitu cool, pakaiannya yang rapih terlihat seperti good boy tetapi wajahnya itu memiliki tampang bad boy perpaduan sempurna antara bad boy and good boy parasnya yang tampan mampu memikat hati seluruh gadis Erlangga.
Dia Giorgio Edward Robertson salah satu murid kesayangan para guru karena prestasinya yang mampu mengharumkan nama sekolah. Pria yang kerap disapa Gio itu duduk pada salah satu kursi yang mejanya bersebrangan dengan meja yang Salsa tempati membuat Salsa bisa dengan jelas melihat wajah yang menurut Salsa menjengkelkan.
"Kenapa muka lo gitu banget Sal, terpesona sama ketampanan Gio ya?" tanya Lily berniat menggoda.
"Idih amit-amit! Asal kalian tau ya, dia tuh orangnya yang udah buat gue dihukum!" ucap Salsa kesal. Sebenarnya Salsa masih cukup penasaran dengan Gio sebenarnya dia anak baru atau siapa lantaran selama sekolah di sini Salsa baru kali ini melihatnya berada di sekolah.
"Gio!!" Seorang gadis dengan rambut ombre berwarna merah kuning hijau di langit yang biru, ah ngapa jadi nyanyi sih. Gadis dengan rambut ombre hijau serta pakaian yang menggantung dengan rok di atas lutut dan baju yang ketat. Dia berjalan mendekati Gio dan langsung bergelayut manja pada lengan kekarnya, dia Bella anak bahasa yang gayanya selangit.
"Heh nenek sihir ngapain lo tepe-tepe sama temen gue!" Galih langsung menarik Bella agar menjauh dari Gio.
"Ihh, apaan sih dia kan pacar gue!!" ucap Bella cemberut.
"Amit-amit!" Gio bergidik ngeri.
"Lagian kaya ga pernah liat cogan aja, cowo lo pada buriq?!" ucapan pedas terlontar begitu saja. Suara itu berasal dari Salsa yang sibuk dengan mangkuk bakso di hadapannya tanpa melihat lawan bicara. Sedari tadi Salsa dibuat kesal dengan kondisi kantin yang sangat berisik lebih dari biasanya.
"Mulut lo Sal!!" komentar Revan.
"Kebanyakan ngemil bon cabe lo Sal!" lanjut Ethan.
"Syirik aja idup lo!" ucap Bella pada Salsa.
Salsa yang mendengar itu hanya bisa diam tanpa menanggapi lagian itu tidaklah penting, Salsa memilih sibuk menghabiskan semangkuk baksonya.Giorgio Edward Robertson.
Wajahnya yang sangat tampan mirip idol kpop itu membuatnya menjadi idola SMA Erlangga.Bukan hanya karena tampan Gio juga termasuk murid kesayangan guru-guru karena prestasi yang dimiliki, baik di bidang akademik maupun non akademik. Bahkan dia baru saja kembali dari Amerika untuk pertukaran pelajar."Woyyy Revan!!!" teriak Audrey mengintrupsi untuk mendekat.
"Kita pindah ke sana aja yuk!" ajak Revan kepada yang lainnya, mereka hanya mengangguk lalu berpindah tempat duduk untuk bergabung bersama Salsa dkk. Kebetulan meja yang mereka tempati cukup panjang jadi bisa untuk orang banyak.
"Ehh Gio, udah balik lo?" tanya Lily basa-basi dikala Gio sudah berada di hadapan mereka.
"Ya kalo gue belum balik mah gabakal ada di sini lah," jawab Gio, yang hanya di tanggapi cengiran oleh Lily.
"Ehh iyaa, kenalin nih Salsa, kalian kan belum kenalan tuh," ucap Tania mengintrupsi, Salsa yang sedang serius dengan baksonya tak juga menanggapi ucapan Thania dia terus menunduk tanpa ingin melihat Gio.
Jadi Gio ini sudah hampir satu tahun berada di Amerika untuk pertukaran pelajar, dan memang posisinya pada saat Gio pergi si Salsa baru masuk ke sekolah ini, karena Salsa pindahan dari Bandung pada saat itu. makanya mereka belum saling kenal karena itu harus berkenalan karena tak kenal maka harus kenalan.
"Salsa woyy!!" teriak Audrey tepat pada telinga Salsa sampai-sampai membuat Salsa hampir tersedak kuah bakso yang begitu pedas.
"Paan sih ganggu aja!" gerutu Salsa, tak urung dia pun berdiri dan mendongakkan kepalanya untuk melihat seseorang yang katanya bernama Gio itu.
"Lo!!" Kaget Gio saat melihat orang di hadapannya.
"Ck, iya gue kenapa?" tanya Salsa memasang wajah judesnya.
"Kalian udah saling kenal?" tanya Galih penasaran.
"Dia ni yang bikin seragam gue kotor," adu Salsa.
"Dia nii yang bikin gue dihukum tadi," balas Gio.
"Heh lo duluan yah!!" kesal Salsa.
"Gue kan udah minta maaf," ucap Gio.
"Udah woy udah!!" lerai Ethan dengan nada tegasnya.
"Udah sono pesen makanan," suruh Audrey pada Revan.
"Revan doang ni yang disuruh?" tanya Galih sambil menaik turunkan alisnya menggoda Audrey.
"Paan sih, dia 'kan pacar gue. Iya gak yang?" ucap Audrey sedikit mendongak menatap Revan yang berdiri tepat di sampingnya dengan tangan yang berada di bahu Audrey.
"Iya dong," seru Revan, dengan tangannya ngacak-acak rambut Audrey gemas.
"Huekk!!" respon Galih, dengan gaya ingin muntahnya.
Tentang Revan dan Audrey mereka menjalin hubungan cukup lama, ntah apa motif mereka berpacaran tetapi nyatanya mereka beda keyakinan. Salah satu alasan Revan memiliki banyak selingkuhan begitu juga Audrey yang selalu saja berlindung di balik kata, "kita gak serius kok" tetapi ketika hati sudah menuntut rasa lebih akan sulit untuk keluar dari zona nyaman tersebut, bahkan sekarang saja mereka benar-benar seperti sepasang kekasih yang begitu bahagia sampai-sampai mereka lupa jika mereka tidak bisa bersatu.
"Udah gue pesenin, tinggal nunggu," ujar Darren yang baru saja duduk pada salah satu kursi yang berada di sana.
"Widih tumben lo baik," komentar Galih menepuk pelan bahu Darren.
"Gue emang baik ya, gak kaya lo," sahut Darren.
Tak lama mereka menunggu pesanan pun datang mereka langsung menyelesaikan makan siangnya sebelum bel masuk berbunyi.
Makan tanpa celotehan? No, bukan mereka sekali. Apalagi Galih dan Darren, semut lewat pun mereka bicarakan. Rasanya hambar jika makan tidak dengan coletehan, lebih mantap lagi di tambah ghibahan."Hai, maaf yah Diva telat. Soalnya tadi ada rapat Osis." seorang gadis menarik kursi dan duduk di kursi yang memang kosong, tepatnya di sebelah Gio.
"Gapapa, santai aja," sahut Salsa.
Diva memang gadis yang baik, dengan Salsa pun berteman baik, walaupun mereka berbeda kelas namun jika sudah di luar kelas memang seperti ini, menyatu.
Seringkali mereka menukar materi pelajaran masing-masing. Bukan hanya Salsa dan Diva saja, yang lain pun ikut belajar.Biar menambah pengetahuan sekaligus menguasai dua jurusan katanya.Masing-masing dari mereka memang memiliki kemampuan berfikir yang lumayan, dan masing-masing dari mereka juga memiliki satu pelajaran yang dikuasai, oleh karena itu mereka selalu kompak dan saling mendukung serta saling berbagi satu sama lain. Solidaritas mereka pantas di acungkan jempol.
"Biar gue pesenin makanan buat lo," ucap Darren pada Diva, yang diangguki oleh Diva.
"Gio, bakso kamu kok ada bawang gorengnya sih?" tanya Diva, saat melihat mangkuk yang berada di hadapan Gio.
"Kamu 'kan nggak suka sama bawang goreng," lanjut Diva lagi.
"Dulu sama sekarang itu udah beda, sekarang gue mulai suka sama bawang goreng," ucap Gio tanpa menatap Diva. "Seperti rasa gue sama lo sudah berubah." Lanjutnya dalam hati.
Suasana seketika hening, sampai Darren datang dengan sepiring nasi goreng dan jus mangga di tangannya."Minuman gue enak amat yah rasa Darren," celetuk Galih dengan sesekali menyeruput jus Durennya. "Bodo amat gak dengerr," balas Darren dengan memakai heandset yang menutupi kedua telinganya.
"Ahhh mantap!" ucap Galih setelah meneguk habis jus durennya.
"De yang gatal-gatal sa, de yang mati gila sa!!" lanjut Darren dengan gerakan tiktok yang sedang sangat trend dikalangan para anak tiktok seperti Galih dan juga Darren.
Brak!
"Tarik sih!?" Audrey berdiri dari duduknya dengan menggebrak meja. Membuat semuanya menatap ke arah mereka.
"Semongko!!!" Sahut seisi kantin, gelak tawa pun memenuhi ruangan ini.
"Bukan temen gue." Thania geleng-geleng kepala.
"Pipip pipip calon mantu!!" lanjut Thania ikut-ikutan. Niatnya mau kalem pun susah.
"Kala ku pandang kerlip bintang nan jauh di sana ... asik-asik.... " Runtuh sudah pertahan Salsa untuk tetap kalem.
"Sayup ku dengar melodi indah yang menggema ...." Lanjut Galih dan Darren. Dengan Revan yang menjadi akang gendangnya, serta Lily yang memukul meja menggunakan botol aqua kosong. Sedangkan Ethan dan Gio yang tidak peduli dengan teman-temannya itu memilih menyibukan diri dengan ponselnya. Bermain game lebih asik bagi mereka berdua.
Yang habis dikarantina mah begini jadinya, karena sekolah juga baru-baru ini dibuka karena adanya Corona jadilah sekolah tutup beberapa bulan yang lalu. Dan ini lah hasil belajar di rumah, kena sindrom TikTok rasanya akan lebih bahagia lagi jika belajar dengan sistem daring bisa kena sindrom pelajaran agar lebih pandai.
"Hua hui!!!" Sorak seisi kantin.
"Terasa kembali gelora jiwa muda ku!!" lanjut Revan.
"Udh tua kali yah," gerutu Gio yang di tanggapi kekehan oleh Ethan.
"Karena tersentuh alunan lagu semerbuk kopi dang-"
Tring!!
Bel masuk pun berbunyi, memotong lirik lagu yang sedang di lanjutkan oleh Galih. Sorak kekecewaan terdengar dari beberapa murid yang satu per satu sudah meninggalkan kantin untuk menuju kelas.
"Anjirr lah, belum juga selesai," gerutu Galih.
semua murid yang berada di kantin satu persatu beranjak sebelum Pak Bambang datang dengan senjatanya, ntah lah kali ini apa yang akan dia bawa. Dalam beberapa menit kantin sudah mulai sepi, semua sudah memasuki kelasnya masing-masing.
Saat di koridor menuju kelas masing-masing, terlihat Salsa dan Gio yang Saling membuang muka, saat tali sepatu Salsa yang tidak sengaja Gio injak karna memang tali sepatunya tidak terikat dengan benar. Membuat Salsa hampir terjatuh, untung saja Salsa berpegangan dengan tembok kelas yang berada di sampingnya.
"Lo kalo jalan liat-liat dong!!" omel Salsa pada Gio, yang memang berada di sampingnya berjalan beriringan.
"Salah lo sendiri, make sepatu gak bener," ketus Gio. Salsa yang baru sadar jika dia berada di samping Gio pun langsung menginjak kaki Gio, dan langsung berlari mendahului teman-temannya. Gio yang melihat itu pun hanya geleng-geleng kepala berusaha untuk tidak terbawa emosi.
"Bisa-bisanya kalian punya temen kayak dia," gerutu Gio.
"Gitu-gitu juga dia orangnya baik kali," ucap Audrey yang tak lagi ditanggapi oleh Gio.
"Inget jangan terlalu benci sama seseorang, bisa jadi orang yang lo benci nanti bakalan jadi orang yang paling lo takuti kepergiannya," ucap Thania
"Mak Nia tumben bijak," komentar Lily.
"Bacot ah!"
Tidak ada rasa kebencian dalam hati gue.
***
"Kak gue laper loh Kak, masa lo tega sih sama Adik lo yang unyu gini," ucap Arkan yang terus merayu Salsa sambil lesehan di lantai kelas.
Demi uang jajan rela dah kayak gembel gini."Bodoamat!!" ketus Salsa. Dia masih kesal dengan adiknya ini gara-gara Arkan dia kena banyak sial hari ini.
"Kak gue kan udah minta maaf, maafin yah Kak pliss!!" ucap Arkan mendramatis.
"Gue nangis ni Kak!!"
"Huaa Kak Salsa jahat!!"
"Arkan berisik woyy!!!" teriak Revan kesal.
"Nih! Nih gue kasih, mau berapa sih sayang?" tanya Galih sambil membuka dompetnya membuat Arkan berbinar dan langsung bangun dari lesehannya.
"Lo ambil tu duit gue tendang lo dari rumah!!" ucap Salsa garang.
Anak kelas IPS 1 hanya bisa menonton tanpa melerai, ini memang sudah biasa jika ada Arkan yang sering bermain ke kelas, walaupun hanya untuk memalak pada kakaknya itu.
Memang cuman arkan yang berani, kadang temannya pun tidak pernah mau jika diajak ke kelas atas dengan alasan para Kakak kelas yang terlihat Garang seperti halnya Salsa."Yaallah salah baim apa?" ucap Arkan miris.
"Dosa lo tuh banyak," jawab Salsa lalu melempar tutup pulpen dan mengenai kepala Arkan.
"Gak papa gue diginiin yang penting dapet uang jajan," ucap Arkan sambil mengusap kepalanya.
"Kak Salsaa!!!" teriak Arkan.
"Gue minta maaf ya, please ...." Arkan memohon dengan suara selembut kulit bayi, telapak tangan yang disatukan di depan dada pertanda memohon.
"Arkan nangis dong biar rame!" celutuk Lily.
"Kak Lily yang imut tapi masih imutan Arkan, Kak Galih aja noh yang disuruh nangis pasti seru," saran Arkan.
"Heh ngapa jadi gue bocah!!" ucap Galih protes.
"Udahlah gue cabut aja, cape udah berjuang tapi gak di hargain!!" ucap Arkan mendramatis lalu pergi dari kelas Salsa.
"Najiss!!!" teriak Salsa.
"Arkan katanya mau uang jajan?!!" teriak Revan karna Arkan sudah keluar kelas.
"Nggak! ada banyak gue, yang tadi cuman akting!!" balas Arkan yang ikut berteriak.
"Woy gak usah teriak-teriak!!!" teriakan itu berasal dari kelas sebelah sepertinya mereka terganggu akan kerusuhan kelas ini.
"Situ juga teriak anjim!!" balas Galih berteriak.
"Udah ngapa woy!! Ngapain teriak-teriak sih!" teriak Salsa kesal.
"Lo juga julehaa!!" Gereget Audrey.
Bel pulang sudah berbunyi sejak 30 menit yang lalu, tetapi Salsa masih belum meninggalkan sekolah, dengan satu buku di tangannya Salsa sibuk membolak-balikan lembar buku tersebut tanpa membacanya. Sekarang dia berada di perpustakaan sekolah, sudah menjadi rutinitas Salsa setiap pulang sekolah. Bukan, bukan untuk membaca buku atau sekedar belajar namun dia hanya menenangkan fikirannya, memang suasana perpustakaan ini sangatlah mendukung karna jarang ada murid yang mengunjungi perpustakaan saat sesudah bel pulang.
Menurut mitos yang beredar di perpus ini ada penunggunya, oleh karena itu perpus selalu sepi jika sudah lewat jam satu siang, yaiyalah Salsa percaya kalo perpus itu ada penunggunya, karena memang Bu Nina selalu berada di perpustakaan ini sampai sore, terkadang Salsa lah yang selalu menemaninya.
Terlihat perpustakaan yang begitu sepi, sunyi kayak hati para readers. Eh-kaya hati author dah.
Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan, emang yah di sekolah ini cuman Salsabila Aurelia Dierja saja yang sangat-sangat rajin, batin Salsa. Iyh rajin numpang tidur di perpus.
Bruk!
Seperti suara benda jatuh, batin Salsa.
Jangan-jangan rumor bahwa perpus ini ada makhluk halusnya memang benar, lagi-lagi Salsa membatin.Karna rasa penasaran yang amat sangat besar sebesar cintaku padanya Salsa pun mencari Asal suara tersebut, mengelilingi setiap rak buku yang ada di perpustakaan dengan langkah pelan, dibalik rak yang menjulang tinggi itu Salsa menemukan sebuah kotak yang tergeletak pada lantai."Punya siapa nih?" monolog Salsa.
Diambilnya kotak tersebut, sambil melihat ke arah sekitar tidak ada siapa-siapa, lalu punya siapa ini?.
Perlahan Salsa membuka kotak tersebut dengan hati-hati lalu menemukan secarik kertas yang tertulis Harta yang paling berharga dalam hidupmu. Dengan bunga mawar yang sudah layu, dan sebuah kalung perak berbandul bulan. Salsa mengambil kalung tersebut dan terlihat dibalik bandul itu seperti sebuah ukiran tanggal 04-04-2004. Ini 'kan tanggal lahir gue, Batin Salsa, dan terdapat tulisan di balik secarik kertas tadi Pakailah!.
Salsa kembali menyimpan kalung tersebut ke dalam kotak lalu memasukan kotak itu ke dalam tasnya dan berjalan keluar dari perpustakaan.
"Bu apa tadi ada orang di dalam selain Salsa?" tanya Salsa pada penjaga perpustakaan.
"Sepertinya tidak ada, tapi tadi Ibu sedikit merasa ngantuk, makanya Ibu tertidur tadi," jelas Bu Nina.
"Yasudah, kalo begitu Saya permisi Bu," pamit Salsa. Yang diangguki oleh Bu Nina.
Sepertinya Salsa akan pulang dengan Galih saja, karna anak futsal sekarang sedang ada latihan jadi sekalian saja Salsa minta diantarkan pulang. Galih memang mengikuti eskul yang menjadi penggemar para pria itu, dengan dirinya yang menjadi tim inti.
Salsa terus melanjukan jalannya Sampai melewati lapangan, terlihat di lapangan sangat ramai dengan anak-anak futsal yang sedang berlatih Salsa yang terlalu fokus menatap ke arah ponselnya membuat dia tak dapat melihat jika sebuah bola akan mendarat mengenai dirinya.Dugh!
Sebuah bola mendarat mulus di kepalanya, Salsa yang tidak tahu pun tidak bisa menghindar. Rasa sakit itu menyerang kepalanya begitu saja, tak kuat menahan beban tubuhny sendiri. Hingga kemudian Salsa merasa ada yang menahan tubunya, ia membuka matanya perlahan buram hingga semuanya menjadi gelap.
Aku hampir ingin menyerahKarena lelah menyimpan semuaLuka sendirian...~Salsabila Aurelia Dierja~Dugh!Tiba-tiba sebuah bola mendarat mulus di kepalanya, Salsa yang tidak tahu pun tidak bisa menghindar. Rasa sakit kembali menyerang kepalanya, tak kuat menahan beban tubuhnya sendiri. Hingga kemudian Salsa merasa ada yang menahan tubuhnya, ia membuka matanya perlahan buram hingga semuanya menjadi gelap.____________________Galih tidak sengaja menendang bola terlalu kencang sampai keluar lapangan dan mengenai Salsa. Sedangkan Gio yang baru saja kembali dari kamar mandi dan melihat Salsa yang hampir terjungkal kebelakang langsung menangkapnya. Terlihat Galih yang masih berada di tengah lapangan, dengan wajah panik dan ketakutannya melihat bahwa orang yang barusan terkena bola karena tendangannya adalah Salsa. Bisa-bisa habis dia jika Salsa
Lebih banyak menampakan senyum palsuDari pada menjelaskan apa yang sebenarnyaTerjadi, karena tidak semuanya yang bertanyaKenapa? itu dia peduli.~Salsabila Aurelia Dierja~Hari selasa, pagi yang sangat buruk bagi Kelas XI IPS 1. Karena harus mengumpulkan tugas pagi-pagi sekali sebelum jam pelajaran dimulai,Pak Agus sudah berpesan setiap kali ada tugas darinya mereka harus mengumpulkannya pagi-pagi sekali sebelum pelajaran berlangsung, tepatnya jam delapan sudah harus berada di mejanya, tekat satu detik pun nilainya akan terpotong seperti ini lah contoh guru yang pelit nilai.Telihat suasana kelas pagi ini yang begitu kacau, bekas guntingan kertas di mana-mana. Audrey dan Tania yang saling berebut buku yang sudah dipinjamnya dari Salsa. "Buku gue woy! jangan ngerusak lo pada, itu gue nulisnya capek bangett ...." Salsa langsung merebut buku tersebut."Sekreta
Jangan biarkan hatimu berlarut-larut dalam Kesedihan atas masalalu, atau kamuTidak akan pernah siap untuk menghadapi apa yang akan terjadi. ~Giorgio Edward Robertson~ Yang akan terjadi, terjadilahSepasrah itu aku sekarang. ~Salsabila Aurelia Dierja~ ✧;──0_0──; ✧ Kringg!! Bel istirahat pun berbunyi, Salsa kembali ke kelasnya yang diantar oleh Gio karena Salsa bosan jika terus-menerus berada di UKS dan rasa sakitnya pun sudah berkurang jadi memutuskan untuk kembali ke kelas, saat keluar dari UKS Salsa menemuka Gio yang tengah duduk di salah satu kursi yang berada di depan UKS. Gio pu
✧;── Happy Reading ──; ✧---"Assalamu'alaikum," ucap Gio saat memasuki rumahnya. "Waalaikumsalam," jawab Sri, Bundanya dari arah dapur. Gio langsung menghampiri Bundanya lalu mencium punggung tangannya."Ihh ... tangan Bunda bau bawang." Gio langsung menuju wastafel untuk mencuci tangannya."Lebay kamu," cibir Bunda."Angga sama Anggi mana?" tanya Bunda. Pasalnya dia tidak melihat kedua anaknya itu, biasanya jika pulang sekolah bareng dengan Gio."Bentar lagi juga nyampe Bund," jawab Gio."Assalamu'alaikum ... Anggi pulang!!!""Tuh kan." Seorang gadis memasuki rumah tersebut dengan teriakan khasnya. Diikuti seorang pria di belakangnya sambil menutup kedua telinganya dengan telapak tangan."Gak usah teriak-teriak nji
Saat sampai di rumahnya setelah kembali dari cafe, Salsa langsung membersihkan diri untuk segera beristirahat.Namun pikirannya melayang pada nasi goreng milik Mang Ujang yang berada di depan komplek yang tidak jauh dari rumah. "Jadi pengen kan," gumamnya, Salsa yang sudah bersiap untuk tidur dengan setengah badannya yang sudah tertutup oleh selimut berwarna putih itu, langsung menyibak selimutnya, mengambil cardingan yang tergantung di balik pintu, lalu memakainya.22:30Sudah cukup malam, emang masih buka? Tenang Mang Ujang kan jualannya sampai dini hari. Walaupun sudah malam Salsa tetap keluar. Biarlah yang penting perutnya keisi dulu, jalan kaki? Iyalah deket ini, Salsa berjalan keluar rumah, saat melewati rumah besar berlantai empat itu Salsa berhenti sejenak tiba-tiba seorang pria keluar dari balik pagar hitam dan tinggi yang akan Salsa lewati."Ngapain lo depan rumah gue? mau maling?
Teriakan Audrey dan juga Thania membuat Salsa terkejut dan ikut berteriak, dan membuat seluruh murid di kelas menatap mereka penasaran ada juga beberapa yang kesal karena teriakan mereka membuat beberapa orang terkejut untungnya mereka tidak memiliki riwayat penyakit jantung. "Ada apaan sih?" Galih dan Revan mendekat penasaran dengan isi kotak tadi, dan ternyata isinya hanyalah sebuah parfum. Orang-orang pikir Salsa baru saja mendapat teror dari seseorang, nyatanya dia baru saja mendapatkan hadiah apa mungkin Salsa memiliki pengagum rahasia? "Yaelah, gue kirain kepala kerbau!" ucap Galih. "Gue mikirnya kepala manusia malah!" balas Revan. "Tau lebay banget sih lo, parfum doang bikin orang panik aja!" lanjut Galih. "Lo liat dong njirr itu parfum ap
Cinta mungkin akan membuatmu terlukaTapi ia membuatmu semakin dewasaJadilah pribadi yang selalu memaafkanTerutama hatimu. Sorakan demi sorakan terdengar, masing-masing dari mereka mengangkat ponselnya untuk mengabadikan momen yang sangat besar dalam sejarah Erlangga. Beberapa orang menatap mereka tidak percaya, tatapan tidak suka dan iri itu Salsa dapatkan dari beberapa pasang mata yang berada di pinggir lapangan. Salsa mengambil balonnya sesaat dia menggenggam tali balon itu. "Tapi gue gak bisa Gar." Lalu Salsa melepaskan balon tersebut dan mengambil bunganya. "Terima kasih buat bunganya," ucap Salsa sebelum pergi dari kerumunan tersebut. Garaga mencekal pergelangan tangan Salsa, membuat Salsa menghentikan langkahnya. "Tapi gue gak bakalan nyerah sampai sini," ucapnya lalu melepaskan Salsa dan membiarkannya pergi
Malam ini, malam sabtu. Besok sekolah libur sampai hari minggu, jadi malam ini mereka akan begadang dengan maraton nonton drama-drama favorit mereka. karena hari senin akan mengadakan UAS dan besok mereka akan belajar bersama untuk persiapan UAS nanti. Oleh karena itu malam ini akan mereka habiskan untuk bersenang-senang sebelum bertemu dengan kertas-kertas yang membuat kepala seakan ingin meledak. Yah, itu sungguh menguras otak, di mana kita harus bener-bener memahami materi yang sudah disampaikan oleh guru dan berusaha untuk mendapatkan nilai yang lebih baik.Namun, karena insiden tadi siang Salsa harus menceritakan semuanya pada sahabat-sahabatnya, mungkin memang sudah waktunya mereka tahu. Rahasia itu seperti bangkai, mau ditutup-tutupin juga bakalan tetep tercium baunya. Salsa akan terima bagaimanapun, tanggapan yang diberikan oleh mereka. Sekarang mereka sedang berkumpul di ruang tengah, rumah Salsa.
Cinta yang sesungguhnya adalah mereka yang tak berkata tapi bertindak. Dan bukan melepaskan, tetapi mengikhlaskan.Disaat mata itu mulai terbuka timbul berbagai macam pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Ini di mana, sedang apa aku di sini? Kenapa aku bisa ada di tempat ini? Mengapa kepalaku rasanya sangat berat, dan seluruh tubuh ini seperti remuk tak berbentuk bahkan untuk bergerak saja rasanya sakit. Benak seorang gadis malang yang tak pernah ingin berada dalam situasi seperti sekarang.Ingatannya berputar pada kejadian di hari itu, Salsa memejamkan matanya sesaat. Suara klakson kereta api melebihi kerasnya klakson truk maupun bus, yakni berfrekuensi sebesar 400-700 HzV. Anehnya kenapa saat Salsa akan melintasi perlintasan kereta api tersebut, seakan dia tiba-tiba tuli tak mendengar suara apapun, atau mungkin karena Salsa sedang panik waktu itu mengingat Gio yang berlumur darah
Sahabat.Kita memang dipertemukan oleh pendidikan, tapi seiring berjalannya waktu kebersamaan kita menciptakan sebuah kekeluargaan. Apa itu sahabat? Orang pikir sahabat adalah mereka yang selalu bersama kita disaat suka maupun duka, kenyataannya tidak lah seperti itu. Terkadang yang selalu bersama kita pun mempunyai niat lain bukan untuk menjadi sahabat melainkan memanfaatkan. Perlu diketahui jika sahabat yang sebenarnya adalah mereka yang selalu memberi support system, bukan hanya itu mereka juga teman yang baik paling tidak pendengar yang baik. Dia memperhatikan bagaimana hal sehari-hari yang remeh-temeh mempengaruhi kita. Dia tidak bisa membaca pikiran kita tapi dia tahu kapan kita sedang berbahagia, sedih, bersemangat atau cemas. Seperti persahabatan antara Salsa, Gio, dkk. Bahkan disaat Sals
Sesakit apapun fisiknya, hati akan jauh lebih merasakan sakit ketika separuh jiwanya tengah terluka.Ternyata apa yang Ethan ucapkan tadi pada Revan dan Galih hanya omong kosong belaka, dia bilang akan pulang sebentar untuk bersih-bersih ternyata Ethan malah menuju rumah sakit sebelah yang tidak jauh dari rumah sakit tempat Gio dan Salsa dirawat.Sesampainya di parkiran rumah sakit Ethan memarkirkan mobilnya, dengan cepat lelaki itu keluar dari mobil sampai-sampai dia lupa jika sudah meninggalkan ponselnya di dalam mobil. Kaki panjangnya melangkah dengan cepat menyusuri koridor, melewati beberapa ruangan wajahnya terlihat marah tangannya pun mengepal kuat, ntah siapa yang akan Ethan temui sampai membuatnya bersikap aneh seperti itu.Tepat di depan salah satu ruangan Ethan menghentikan langkahnya, menarik nafas panjang lalu kakinya kembali melangkah untuk memasuki ruangan itu. Di dalam sana terdapat seorang
Bukan dunianya yang kejam, tetapi manusianya yang tidak bisa memanusiakan, manusia.Suasana kali ini cukup panas karena perdebatan dua orang yang terpaut usianya cukup jauh, yang satu masih remaja sedangkan satunya lagi sudah berkepala empat. Aksi cekcok itu terjadi karena keduanya yang saling menyalahkan, tepatnya di hadapan Polisi. Mereka sedang diwawancarai oleh pihak kepolisian atas kejahatan yang telah mereka lakukan, terduga kejahatan tersebut sudah direncanakan sejak lama, dan disusun sedemikian rupa."Saudara Dirga, jadi benar jika anda adalah dalang dibalik kejahatan yang diterima oleh keluarga Pak Agra?" tanya Pak Polisi yang berada di hadapan mereka."Benar pak! Semua ini salah dia!" Rio berseru dengan lantang."Tutup mulut kamu Rio!" bentak Dirga. "Dasar anak tidak tahu terima kasih."Ucapan Rio tadi cukup menyulut emosi Dirga, tetapi
Matanya perlahan terbuka, samar-samar ia seperti menangkap bayangan seseorang yang akhir-akhir ini terus berada dalam pikirannya, seakan tidak percaya Gio berusaha menyadarkan dirinya dengan kembali menutup matanya dan membukanya kembali, berulang kali dia melakukannya sampai pada akhirnya Gio benar-benar sadar jika apa yang dilihatnya bukanlah halusinasi semata. Melihat gadisnya tak sadarkan diri di hadapannya dengan posisi yang sama-sama terikat oleh tali. Gio rasa ia sudah gagal melindungi Salsa, amanah dari Juna belum sepenuhnya Gio laksanakan seharusnya Salsa tidak berada di tempat ini. Gio benar-benar khawatir melihat keadaan Salsa sekarang, ntah bagaimana bisa Salsa sampai sini dalam keadaan pingsan pasti terjadi sesuatu padanya. Gio sekarang sangat merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Salsa, sekarang malah Salsa yang kena imbasnya, rasanya air mata ingin tumpah melihat orang-orang sekitarnya satu persatu terluka karenanya
Bugh! Satu pukulan tersebut mampu membuat seseorang tersungkur, beberapa pria berbadan besar dengan seragam yang sama-sama serba hitam itu langsung maju bersiap untuk membalas tetapi, langsung dihentikan oleh Dirga yang mengangkat tangannya sambil berusaha bangun dibantu dengan beberapa anak buahnya, dengan sombongnya dia meludah tepat di hadapan Agra. Agra yang sudah tak lagi dapat menahan amarahnya dia kembali maju dan meraih kerah kemeja Dirga, lagi-lagi beberapa anak buah Dirga maju bersiap menghentikan Agra tetapi Dirga melarangnya dan membiarkan Agra. "Hentikan semua ini!" ucap Agra penuh penekanan. Prok! Prok! Prok!... Dirga tertawa sambil berte
Jangankan orang yang baru kita kenal, Bahkan seseorang yang berkata mencintai kita pun dia bisa pergi karena setelah kamu, Masih ada prioritas yang lebih besar yang dia prioritaskan.Sekarang satu rombongan terpisah menjadi dua, mobil Garaga sudah jalan lebih dulu sedangkan mobil Ethan sempat tertinggal karena harus mengisi bahan bakar, begitu juga dengan Galih yang membawa motor, dia selalu membuntuti mobil Ethan. Galih membawa motor sendiri dengan alasan tidak ingin mabuk karena naik mobil, sebenarnya tidak sampai muntah-muntah hanya saja perutnya selalu tidak enak jika terlalu lama di dalam mobil.Kini mobil Ethan melaju dengan sangat lancar melewati jalanan dengan aspal hitam serta udara yang cukup sejuk karena mereka sudah memasuki kawasan bukit, terlihat dari sekitar yang penuh dengan pepohonan dan udara yang berbeda.Sebenarnya jarak yang mereka tempuh masih sangat jauh, Ethan melihatnya
Manusia selalu gegabah memutuskan suatu keputusan ketika emosi menyelimuti.•-•Betapa jahatnya takdir yang membuat rindu ini bergerumuh tanpa henti, tanpa pengobatan akan kehadirannya walau hanya lewat mimpi. ^-^---"Bokap gue punya villa di puncak, tapi villa itu udah kosong sih bisa jadi Bokap gue suru Rio bawa Gio ke tempat itu 'kan?" ucap Garaga setelah sekian lama dia berpikir sambil menunggu Ethan yang tengah melacak lokasi di mana keberadaan Gio."Bisa jadi, kita harus coba cek ke sana," ucap Darren menanggapi."Tapi, villa itu udah kosong sejak 5 tahun yang lalu apa mungkin?" tanya Garaga terselip sedikit rasa ragu dalam benaknya.
Bahagia itu akan datang tepat pada waktunya, semua orang menunggu waktu di mana kebahagiaan itu akan tiba sampai-sampai mereka melupakan sesuatu jika hal sekecil atom pun mampu membuat orang tersenyum.0_0Salsa diam termengu dalam duduknya. Menunduk lesu, matanya menatap ujung sepatu miliknyanya yang terkena sedikit lumpur, beralih pada tali sepatu yang terikat tidak benar. Sudut bibir Salsa sedikit terangkat dikala mengingat kebersamaanya dengan Gio, biasanya jika Gio melihat tali sepatunya yang terikat tidak benar dia akan marah-marah dan terus berbicara.Lalu Gio akan berakhir mengatakan, 'bisa nggak kalo nggak ceroboh? Kayaknya lo idup cuman buat bikin gue repot ya, ini jangan sampe lepas lagi kalo lepas langsung benerin, nanti kalo gak sengaja keijek talinya lo bakal jatuh gue kan gak mau liat lo luka.' Begitulah Gio