Share

BAB 114

Dua bulan setelahnya,

"Silahkan dinikmati tehnya, Nyonya Lucca."

"Terima kasih."

Panggilan itu masih terasa asing baginya meski pernikahan sudah berjalan selama dua bulan tanpa masalah.

Memasuki bulan Desember, atmosfir natal mungkin sudah mulai terasa di luar sana. Nyatanya, menjadi istri Lucca tidak serta merta bisa melakukan hal semaunya. Meski sekarang dia begitu dilindungi oleh Lucca sendiri tapi Abigail masih merasakan sesuatu yang begitu mengganggu.

Abigail merasakan semilir angin membelai wajahnya, tidak pernah membayangkan bisa duduk tanpa perlu khawatir di bunuh oleh Lucca karena menikmati segarnya pagi dengan secangkir teh herbal di bangku taman bunga mawar hitam memandangi patung wanita bersayap yang begitu indah. Membangkitkan kenangan akan mimpi yang dia dapatkan saat awal-awal tinggal di manison. Sentuhan Lucca yang terasa bukan hanya halusinasinya belaka. Namun berkali-kalipun dia berpikir, sentuhan itu tetaplah seperti mimpi baginya sebelum ini.

Sekarang, setia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status