Share

SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU
SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU
Penulis: Vanya Ringostar

Bab 1 Adu Banteng

Penulis: Vanya Ringostar
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-29 08:53:53

"Tahu, arem-arem, kacang-kacang buk." Seorang pedagang kaki lima mendekati jendela Davina sambil menawarkan barang dagangannya. 

"Mineralnya satu berapaan Mang?" tanya Davina setelah kaca mobil turun. 

"Lima ribu aja Buk, mau berapa? " jawab si mang penjual. 

"Dua aja deh Mang." Davina mengeluarkan uang ratusan ribu tiga lembar dan Anggara sedikit melirik dari ekor matanya.

"Jadi sepuluh ribu ya Bu, loh uang kecil aja Buk. Saya belum ada kembalian, " ucap mang penjual. Beliau menolak uang dari Davina.

"Udah, ini buat Mamang aja semuanya, semoga dagangannya laris manis ya mang. " Davina segera menutup kaca mobil kembali setelah uang diterima. 

Wajahnya sumringah, ada kelegaan tersendiri dengan berbagi sedikit ke sesama. Namun, kebahagiaan itu seketika sirna saat suaminya buka suara. "Teruus, terus aja kayak gitu hambur-hamburin duit. Kamu fikir nyari duit itu gampang? Mentang-mentang kerja sendiri buang-buang duit terus. Lagian kamu itu udah punya suami Davina, ngapain sih harus baik sama semua pria. Tadi anak magang, sekarang kang asongan. Jangan-jangan kalau digodain sama semua lelaki iya iya aja kamu ya! " cetus Anggara.

"Astaga … Mas, kok jahat banget sih mulutmu itu ngomong. Aku itu berbagi Mas sama mereka, karena sebagian dari rejeki kita itu ada hak mereka juga. Jadi aku bukan buang-buang duit, justru harta kita yang sesungguhnya itu adalah apa yang kita sedekahkan. Sedangkan yang kita miliki dan kita nikmati ini semua hanyalah titipan, yang sewaktu-waktu bisa diambil pemiliknya," jawab Davina. 

"Hallah udah macam bener aja kamu ngomong, lagian kalau mau sedekah itu dikit aja, nggak perlu banyak-banyak gitu. Nanti malah buat mereka jadi malas kerja," bantahnya. 

Belum sempat Davina menjawab lagi Anggara sudah kembali berkata, "lagipula apa salahnya sih nurut apa kata suami. Bukankah itu pahalanya lebih besar, termasuk nurutin perintah suami?"

Perasaan Davina sudah semakin tak enak saat suaminya berkata seperti itu. "Apalagi maksudmu Mas? " tanya Davina. 

"Ya aku tuh cuma mau kamu duduk manis aja di rumah, jadi ibu rumah tangga yang baik. Fokus buat promil kita, fokus buat ngurusin aku aja, tapi kamu terus aja nolak. Kamu nggak yakin sama aku, aku bisa kok ngebiyayain hidup kamu yang hedon itu. Kalau kamu menghawatirkan Ayahmu, aku juga bisa membantunya sedikit-sedikit di kantor. " Kali ini Anggara kembali memasang wajah yang serius. 

Akan tetapi, Davina hanya menggelengkan kepalanya dan sambil menjawab, "nggak Mas!"

"Kamu masih mau nolak lagi? " tanya Anggara kembali. 

"Sampai kapanpun aku tidak akan berhenti dari perusahaan. Mas kan tau kalau aku ini anak tunggal, dan hanya aku yang dipercaya Ayah untuk mengurus perusahaan," sahut Davina yang sudah sedikit tersulut emosi. 

"Kamu nggak percaya sama aku, suamimu sendiri! " Anggara mulai menaikkan nada bicaranya. Suasananya pun berubah menjadi tegang, apalagi cuaca diluar tiba-tiba turun hujan yang lebat. Seolah alam tahu tentang perasaan suami istri itu. 

"Bukannya aku nggak percaya Mas, hanya saja aku tidak ingin mengecewakan Ayah. Beliau juga berharap aku bisa melanjutkan dan membuat perusahaan itu semakin besar nantinya." Davina berusaha menjelaskan, tetapi matanya sudah mulai berkaca-kaca.

"Hallah, bulsyit!  Omong kosong itu, jelas kamu tidak setuju jika aku bergabung di perusahaan Ayahmu. Pasti kamu takut aku menghabiskan harta Ayahmu kan? Ingat Davina, disini bukan cuma kamu yang kaya. Orang tuaku memiliki kursi penting di pemerintahan, aku juga sudah memiliki perusahaan sendiri, bahkan sebelum aku menikahimu, " jelas Anggara secara gamblang. 

"Tidak Mas, bukan itu maksudku. Aku sama sekali tidak mempermasalahkan hartamu, sungguh. Aku hanya menuruti apa kata Ayah. Bahkan sekalipun kamu dari orang biasa, aku tetep cinta sama kamu Mas, tapi tolong jangan larang aku untuk tetap bekerja," pinta Davina. 

"Kalau emang kamu udah nggak mau nurut lagi sama aku, buat apa kita bersama Davina! Lebih baik kita sudahi semua ini," sahut Anggara. 

"Mas! jangan pernah bicara seperti itu." Davina reflek memegang tangan kiri Anggara yang sedang fokus mengemudi dan membuat stir mengarah ke kiri. 

"Lepaskan tanganmu, apa yang kau lakukan!" sentak Anggara. 

Kemudian mobil dibanting stir kanan untuk mengembalikan ke jalur pertama, tetapi tanpa Anggara sadari ada mobil truck fuso dari arah berlawanan yang jaraknya sudah cukup dekat dengan mobilnya. Davina yang lebih dulu mengetahui sontak saja berteriak. 

"Mas awas! Aaaaaa …." 

Brak!! 

Bab terkait

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 2

    Hari sudah berganti, pagi itu seorang perawat menghantarkan sarapan untuk pasien. Setelah memastikan nama pasien sesuai, perawat itu mulai meletakkan makanan di meja makan pasien sambil berkata, "makanannya harus dihabiskan ya Pak Buk.""Terimakasih," jawab mereka lirih. Sebelum perawat keluar dari ruangan VVIP itu, ia kembali menoleh kebelakang. "Bu, tolong dahulukan Ibu Davina untuk disuapi ya agar beliau tidak terlalu kesulitan makan," kata perawat itu. Kemudian dia menghilang dari balik pintu. "Ciih, aku disuruh nyuapin menantu durhaka ini? Rak sudi," bantah Maya secara ketus. "Mama, kok gitu sih? Davina kan menantu Mama juga." Anggara menampilkan suara lembutnya, tetapi tidak dengan wajahnya. "Maafin aku Ma, hiks hiks…." Isak tangis Davina terdengar menyayat hati. "Maaf? mau seribu kali kamu minta maaf pun aku udah nggak peduli lagi. Kamu itu hanya menantu sekaligus istri durhaka yang gak nurut sama suami. Seandainya dari kemarin kamu mau mematuhi apa kata suamimu untuk berh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 3

    "Apa yang terjadi Chelle, kenapa suaramu seperti itu? " Davina langsung bertanya saat mendengar suara anehnya Michelle. "E… anu, itu Vin, a-aku kejepit tadi. Iya kejepit, " jawab Michelle asal. "Mangkanya hati-hati Chelle, kok bisa sih kejepit? " timpal Anggara. Pria itu tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Michelle menahan geram dengan tingkah pria dihadapannya itu. "Iya Chelle hati-hati, jangan sampai kamu terluka. " Tanpa menaruh curiga apapun terhadap Michelle, justru Davina bersimpati padanya. "Iya Vin, lain kali aku bakalan lebih 'hati-hati' kok!" Michelle sengaja memberi penekanan pada kata hati-hati dan mengarahkan wajahnya pada Anggara, hingga membuat pria itu tersenyum lebar tanpa suara. Yah, ternyata selama ini Michelle dan Anggara telah menjalin hubungan terlarang. Entah dari sejak kapan hal itu terjadi, yang jelas mereka telah menutupinya dengan sangat rapi dari Davina. Sampai pada hari ini, saat Michelle mendengar kabar jikalau Davina telah buta, jelas saja ha

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 4

    Matahari mulai menampakkan sinarnya pagi itu. Suara burung yang bernyanyi di depan jendela kamar Davina membuatnya terusik. Matanyanya mulai terbuka lebar, tapi tak ada satu hal pun yang dapat ia lihat. Tangannya meraba kasur disebelahnya, ternyata kosong dan suaminya tidak ada. "Mas, Mas Angga …, kemana ya Mas Angga kok nggak ada? Mas…." Davina terus saja memanggil-manggil suaminya sambil berjalan keluar kamar secara perlahan. Setelah dia keluar kamar barulah terdengar suara suaminya yang sedang bersenda gurau dengan seorang wanita. "Itu seperti suaranya Mas Angga sama Michelle ya," gumamnya sendiri. Bersama bantuan tongkatnya, Davina terus menyusuri jalan. "Mas Angga, kamu lagi sama Michelle?" tanyanya saat merasa sudah dekat dengan sang suami. "Eh, Davina udah bangun. Kok nggak panggil aku, aku kan bisa bantu kamu. Sini, pelan-pelan ya." Michelle berinisiatif untuk memapah Davina dan didudukkan nya di kursi. "Aku tadi udah panggil-panggil kalian, tapi nggak ada jawaban. Eh ngg

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 5

    "Dokter, Suster, tolong!" teriak pria itu dengan wajah panik. "Letakkan di sini Pak, mari saya bantu." Seorang perawat pria menghampirinya dengan brankar pasien yang ia dorong. Perlahan mereka meletakkan Davina di atas brankar, lalu di dorongnya menuju ruang UGD. Setelah brankar masuk ke ruangan, pintu ditutup dan seorang perawat berhenti. Kemudian perawat tersebut bertanya, "bagaimana kronologinya tadi Kak? Kenapa pasien bisa terluka?""Aku tidak sengaja menyerempetnya tadi, dia berjalan seperti orang mabuk. Aku kira dia akan baik-baik saja, tapi saat dalam perjalanan ke sini dia tidak sadarkan diri," jelas pria itu. "Baiklah, kalau begitu kami akan segera menanganinya. Mohon untuk segera mendaftarkan administrasinya," titah perawat itu. Pria itu mengangguk mantap, tetapi sebelum ia pergi kembali berkata, " Pak saya mohon tangani dia dengan sebaik-baiknya. Kalau perlu datangkan dokter terbaik untuknya, saya akan bertanggung jawab penuh untuknya.""Baik Kak, semuanya akan baik-bai

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29

Bab terbaru

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 5

    "Dokter, Suster, tolong!" teriak pria itu dengan wajah panik. "Letakkan di sini Pak, mari saya bantu." Seorang perawat pria menghampirinya dengan brankar pasien yang ia dorong. Perlahan mereka meletakkan Davina di atas brankar, lalu di dorongnya menuju ruang UGD. Setelah brankar masuk ke ruangan, pintu ditutup dan seorang perawat berhenti. Kemudian perawat tersebut bertanya, "bagaimana kronologinya tadi Kak? Kenapa pasien bisa terluka?""Aku tidak sengaja menyerempetnya tadi, dia berjalan seperti orang mabuk. Aku kira dia akan baik-baik saja, tapi saat dalam perjalanan ke sini dia tidak sadarkan diri," jelas pria itu. "Baiklah, kalau begitu kami akan segera menanganinya. Mohon untuk segera mendaftarkan administrasinya," titah perawat itu. Pria itu mengangguk mantap, tetapi sebelum ia pergi kembali berkata, " Pak saya mohon tangani dia dengan sebaik-baiknya. Kalau perlu datangkan dokter terbaik untuknya, saya akan bertanggung jawab penuh untuknya.""Baik Kak, semuanya akan baik-bai

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 4

    Matahari mulai menampakkan sinarnya pagi itu. Suara burung yang bernyanyi di depan jendela kamar Davina membuatnya terusik. Matanyanya mulai terbuka lebar, tapi tak ada satu hal pun yang dapat ia lihat. Tangannya meraba kasur disebelahnya, ternyata kosong dan suaminya tidak ada. "Mas, Mas Angga …, kemana ya Mas Angga kok nggak ada? Mas…." Davina terus saja memanggil-manggil suaminya sambil berjalan keluar kamar secara perlahan. Setelah dia keluar kamar barulah terdengar suara suaminya yang sedang bersenda gurau dengan seorang wanita. "Itu seperti suaranya Mas Angga sama Michelle ya," gumamnya sendiri. Bersama bantuan tongkatnya, Davina terus menyusuri jalan. "Mas Angga, kamu lagi sama Michelle?" tanyanya saat merasa sudah dekat dengan sang suami. "Eh, Davina udah bangun. Kok nggak panggil aku, aku kan bisa bantu kamu. Sini, pelan-pelan ya." Michelle berinisiatif untuk memapah Davina dan didudukkan nya di kursi. "Aku tadi udah panggil-panggil kalian, tapi nggak ada jawaban. Eh ngg

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 3

    "Apa yang terjadi Chelle, kenapa suaramu seperti itu? " Davina langsung bertanya saat mendengar suara anehnya Michelle. "E… anu, itu Vin, a-aku kejepit tadi. Iya kejepit, " jawab Michelle asal. "Mangkanya hati-hati Chelle, kok bisa sih kejepit? " timpal Anggara. Pria itu tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Michelle menahan geram dengan tingkah pria dihadapannya itu. "Iya Chelle hati-hati, jangan sampai kamu terluka. " Tanpa menaruh curiga apapun terhadap Michelle, justru Davina bersimpati padanya. "Iya Vin, lain kali aku bakalan lebih 'hati-hati' kok!" Michelle sengaja memberi penekanan pada kata hati-hati dan mengarahkan wajahnya pada Anggara, hingga membuat pria itu tersenyum lebar tanpa suara. Yah, ternyata selama ini Michelle dan Anggara telah menjalin hubungan terlarang. Entah dari sejak kapan hal itu terjadi, yang jelas mereka telah menutupinya dengan sangat rapi dari Davina. Sampai pada hari ini, saat Michelle mendengar kabar jikalau Davina telah buta, jelas saja ha

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 2

    Hari sudah berganti, pagi itu seorang perawat menghantarkan sarapan untuk pasien. Setelah memastikan nama pasien sesuai, perawat itu mulai meletakkan makanan di meja makan pasien sambil berkata, "makanannya harus dihabiskan ya Pak Buk.""Terimakasih," jawab mereka lirih. Sebelum perawat keluar dari ruangan VVIP itu, ia kembali menoleh kebelakang. "Bu, tolong dahulukan Ibu Davina untuk disuapi ya agar beliau tidak terlalu kesulitan makan," kata perawat itu. Kemudian dia menghilang dari balik pintu. "Ciih, aku disuruh nyuapin menantu durhaka ini? Rak sudi," bantah Maya secara ketus. "Mama, kok gitu sih? Davina kan menantu Mama juga." Anggara menampilkan suara lembutnya, tetapi tidak dengan wajahnya. "Maafin aku Ma, hiks hiks…." Isak tangis Davina terdengar menyayat hati. "Maaf? mau seribu kali kamu minta maaf pun aku udah nggak peduli lagi. Kamu itu hanya menantu sekaligus istri durhaka yang gak nurut sama suami. Seandainya dari kemarin kamu mau mematuhi apa kata suamimu untuk berh

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 1 Adu Banteng

    "Tahu, arem-arem, kacang-kacang buk." Seorang pedagang kaki lima mendekati jendela Davina sambil menawarkan barang dagangannya. "Mineralnya satu berapaan Mang?" tanya Davina setelah kaca mobil turun. "Lima ribu aja Buk, mau berapa? " jawab si mang penjual. "Dua aja deh Mang." Davina mengeluarkan uang ratusan ribu tiga lembar dan Anggara sedikit melirik dari ekor matanya."Jadi sepuluh ribu ya Bu, loh uang kecil aja Buk. Saya belum ada kembalian, " ucap mang penjual. Beliau menolak uang dari Davina."Udah, ini buat Mamang aja semuanya, semoga dagangannya laris manis ya mang. " Davina segera menutup kaca mobil kembali setelah uang diterima. Wajahnya sumringah, ada kelegaan tersendiri dengan berbagi sedikit ke sesama. Namun, kebahagiaan itu seketika sirna saat suaminya buka suara. "Teruus, terus aja kayak gitu hambur-hamburin duit. Kamu fikir nyari duit itu gampang? Mentang-mentang kerja sendiri buang-buang duit terus. Lagian kamu itu udah punya suami Davina, ngapain sih harus baik s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status