Share

Bab 4

last update Last Updated: 2025-01-29 09:30:43

Matahari mulai menampakkan sinarnya pagi itu. Suara burung yang bernyanyi di depan jendela kamar Davina membuatnya terusik. Matanyanya mulai terbuka lebar, tapi tak ada satu hal pun yang dapat ia lihat. Tangannya meraba kasur disebelahnya, ternyata kosong dan suaminya tidak ada. 

"Mas, Mas Angga …, kemana ya Mas Angga kok nggak ada? Mas…." Davina terus saja memanggil-manggil suaminya sambil berjalan keluar kamar secara perlahan. 

Setelah dia keluar kamar barulah terdengar suara suaminya yang sedang bersenda gurau dengan seorang wanita. "Itu seperti suaranya Mas Angga sama Michelle ya," gumamnya sendiri. Bersama bantuan tongkatnya, Davina terus menyusuri jalan. 

"Mas Angga, kamu lagi sama Michelle?" tanyanya saat merasa sudah dekat dengan sang suami. 

"Eh, Davina udah bangun. Kok nggak panggil aku, aku kan bisa bantu kamu. Sini, pelan-pelan ya." Michelle berinisiatif untuk memapah Davina dan didudukkan nya di kursi. 

"Aku tadi udah panggil-panggil kalian, tapi nggak ada jawaban. Eh nggak taunya ada disini toh, kalian sedang apa emangnya?" tanya Davina.

"Aku lagi bantu Mas Angga melatih otot tangan dan kakinya Vin. Kata dokter harus sering dilatih agar tidak kaku nantinya," jawab Michelle. 

"Oh gitu ya, makasih banyak ya Chelle kamu udah banyak bantuin aku." Tak ada rasa curiga apapun dibenak Davina. Wanita itu justru berterima kasih pada orang yang telah merusak rumah tangganya itu. 

Terdengar suara bel rumah berbunyi menandakan ada tamu di luar sana. Tanpa berbasa-basi, Michelle berjalan mendekati pintu utama dan membukakan pintu. Ada seorang wanita muda dengan penampilan yang sangat sederhana telah berdiri di depan pintu. 

"Iya, cari siapa ya Mbak?" Michelle bertanya sambil melihat wanita itu. 

"Saya Nisa Kak, pembantu yang dikirim ke rumah ini. Apa betul ini rumahnya Bapak Anggara dan Ibu Michelle?" ucap Nisa. 

Seketika Michelle terkejut, kenapa bisa jadi dia yang menjadi tuan rumah. 'Ah, mungkin saja dia salah paham, tapi bagus juga sih kalau dia menganggap aku tuan rumahnya, hahaha…,' kelakarnya dalam hati. 

"Iya Mbak bener, ayo silahkan masuk." Michelle mengajaknya masuk seolah dialah pemilik rumah. 

"Oh ya Mbak, perkenalkan ini Mas Anggara, dan ini Davina. Kamu bisa memanggilnya Tuan dan Nyonya juga, dan tugasmu disini mengerjakan semua pekerjaan rumah. Untuk masalah baju ada orang yang akan menghendelnya setiap dua hari sekali, tapi yang paling penting adalah menjaga Nyonya Davina. Soalnya dia sedang sakit, jadi kamu harus selalu berada disampingnya saat dibutuhkan. Apa kamu siap?" terang Michelle panjang lebar. 

Tanpa berfikir lama,wanita itu segera mengangguk sambil berkata, "baik Nyah. Saya mengerti dan akan melaksanakan tugas saya dengan baik."

"Bagus, sekarang saya antar kamu ke kamarmu ya. Istirahat dulu sebentar, baru nanti bisa mulai bekerja," sahutnya. Lalu Michelle beralih ke Angga dan Davina. "Aku anter Nisa dulu ya, kalian bisa santai dulu disini."

"Iya Chelle, terima kasih banyak ya." Davina membalas dengan senyuman. 

"Mas, kita beruntung banget ya punya teman sebaik Michelle," ucapnya pada suami. 

"Hem, dia emang baik." Anggara meraih gelas yang ada di atas meja untuk minum. 

"Aku sih berharap dia bisa dapet jodoh yang baik. Eh, omong-omong kamu punya temen yang bisa di jodohin sama Michelle nggak Mas?" tanya Davina. 

"Uhuk uhuk, uhuk!" Seketika Anggara batuk mendengar ucapan istrinya barusan dan langsung membuat Davina khawatir. 

"Ya ampun Mas, kenapa kok tiba-tiba batuk. Minum dulu Mas," titahnya. 

"Iya, ini aku minum kok," jawabnya. 

"Kenapa bisa keselek sih Mas?" Lagi-lagi Davina bertanya, tapi Anggara merasa bingung untuk menjawab pertanyaan itu. Untung saja Michelle segera kembali dan membuat Anggara terselamatkan. 

"Vin, siang ini aku mau nganterin Mas Anggara kontrol ke rumah sakit ya. Kemarin sebelum keluar dari rumah sakit, dokter sempet ngasih jadwal cek up buat kamu sama Mas Anggara, dan hari ini jadwalnya Mas Anggara," jelas Michelle. 

"Oh iya Chelle, makasih banyak ya untuk semua bantuannya. Aku jadi ngerepotin kamu terus." Sebenarnya Davina merasa sedikit sungkan.

"Ah nggak apa-apa kok Vin, chill aja. Lagian aku juga lagi free nih belum ada kerjaan, nanti kalau udah sibuk juga pasti jarang di negara ini kan," tutur Michelle. 

Akhirnya, siang itu Michelle membawa Anggara untuk cek up ke rumah sakit lagi. Saat ditinggal,  Davina sedang tidur siang dan Nisa si pembantu baru itu sudah mulai bekerja di dapur. Namun, sampai sore hari setelah Davina bangun, suaminya belum juga datang ke kamar untuk sekedar melihat kondisinya. 

"Mas Angga udah pulang belum ini ya?" gumamnya sendiri. Kali itu ia tidak mau memanggil siapapun, dia berusaha untuk keluar sendiri. 

"Wah, hujannya lebat sekali sepertinya. Mas Angga udah pulang belum ya?" Lagi-lagi ia mengkhawatirkan suaminya sebab hari sudah semakin malam dan hujan sangat deras. Bahkan Vina juga sempat memanggil-manggil Nisa tapi tidak ada jawaban. 

"Sepertinya ada suara di kamar ini, suara siapa ya?" Davina mulai mendekatkan telinganya ke tembok, tetapi suara yang didengarnya belum jelas. Tangannya mulai meraba dan ia menemukan pintu ruangan tersebut. 

Perlahan-lahan ia menempelkan telinganya ke daun pintu sambil terus mendengarkan suara siapa itu. "Hah, i-itu sepertinya suara Mas Angga. Kok suaranya aneh gitu ya, seperti ada suara cewek juga?" terkanya sendiri. 

Tiba-tiba muncul suara aneh yang mengerikan. 'Ah usshh oh yes baby', suara itu sangat jelas di telinga Davina. Bahkan bukan hanya suara suaminya saja, ada suara seorang wanita juga di dalam sana. Banyak kemungkinan yang terjadi, mungkin saja itu suara Michelle, Nisa, atau mungkin malah wanita lain. 

"Apa yang terjadi, kamu selingkuh di belakangku Mas? Kok tega kamu, huhuhu…." Ia tergugu dalam tangisannya tanpa seorang pun yang tau. Tanpa memikirkan keselamatannya lagi, Davina berdiri dan mulai berjalan cepat. Sekuat tenaga ia mencari pintu keluar dari rumah neraka itu.

"Hiks hiks, apa kamu benar menduakan aku Mas. Apa tadi cuma perasaanku saja, tapi kenapa suaranya begitu jelas terdengar." Sejujurnya Davina masih bingung, apakah tuduhannya benar. 

Akan tetapi, semuanya percuma saat ini dia sudah berjalan terlalu jauh dari rumah. Disaat yang bersamaan, ada seorang pengendara motor dari arah belakang dengan kecepatan sedang. Lantaran Davina tidak bisa jalan lurus, ia pun terserempet motor itu.

Brak!! 

"Auwh sakit," rintihnya. Dari pelipisnya tampak terluka dan mengeluarkan sedikit cairan merah. 

Related chapters

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 5

    "Dokter, Suster, tolong!" teriak pria itu dengan wajah panik. "Letakkan di sini Pak, mari saya bantu." Seorang perawat pria menghampirinya dengan brankar pasien yang ia dorong. Perlahan mereka meletakkan Davina di atas brankar, lalu di dorongnya menuju ruang UGD. Setelah brankar masuk ke ruangan, pintu ditutup dan seorang perawat berhenti. Kemudian perawat tersebut bertanya, "bagaimana kronologinya tadi Kak? Kenapa pasien bisa terluka?""Aku tidak sengaja menyerempetnya tadi, dia berjalan seperti orang mabuk. Aku kira dia akan baik-baik saja, tapi saat dalam perjalanan ke sini dia tidak sadarkan diri," jelas pria itu. "Baiklah, kalau begitu kami akan segera menanganinya. Mohon untuk segera mendaftarkan administrasinya," titah perawat itu. Pria itu mengangguk mantap, tetapi sebelum ia pergi kembali berkata, " Pak saya mohon tangani dia dengan sebaik-baiknya. Kalau perlu datangkan dokter terbaik untuknya, saya akan bertanggung jawab penuh untuknya.""Baik Kak, semuanya akan baik-bai

    Last Updated : 2025-01-29
  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 1 Adu Banteng

    "Tahu, arem-arem, kacang-kacang buk." Seorang pedagang kaki lima mendekati jendela Davina sambil menawarkan barang dagangannya. "Mineralnya satu berapaan Mang?" tanya Davina setelah kaca mobil turun. "Lima ribu aja Buk, mau berapa? " jawab si mang penjual. "Dua aja deh Mang." Davina mengeluarkan uang ratusan ribu tiga lembar dan Anggara sedikit melirik dari ekor matanya."Jadi sepuluh ribu ya Bu, loh uang kecil aja Buk. Saya belum ada kembalian, " ucap mang penjual. Beliau menolak uang dari Davina."Udah, ini buat Mamang aja semuanya, semoga dagangannya laris manis ya mang. " Davina segera menutup kaca mobil kembali setelah uang diterima. Wajahnya sumringah, ada kelegaan tersendiri dengan berbagi sedikit ke sesama. Namun, kebahagiaan itu seketika sirna saat suaminya buka suara. "Teruus, terus aja kayak gitu hambur-hamburin duit. Kamu fikir nyari duit itu gampang? Mentang-mentang kerja sendiri buang-buang duit terus. Lagian kamu itu udah punya suami Davina, ngapain sih harus baik s

    Last Updated : 2025-01-29
  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 2

    Hari sudah berganti, pagi itu seorang perawat menghantarkan sarapan untuk pasien. Setelah memastikan nama pasien sesuai, perawat itu mulai meletakkan makanan di meja makan pasien sambil berkata, "makanannya harus dihabiskan ya Pak Buk.""Terimakasih," jawab mereka lirih. Sebelum perawat keluar dari ruangan VVIP itu, ia kembali menoleh kebelakang. "Bu, tolong dahulukan Ibu Davina untuk disuapi ya agar beliau tidak terlalu kesulitan makan," kata perawat itu. Kemudian dia menghilang dari balik pintu. "Ciih, aku disuruh nyuapin menantu durhaka ini? Rak sudi," bantah Maya secara ketus. "Mama, kok gitu sih? Davina kan menantu Mama juga." Anggara menampilkan suara lembutnya, tetapi tidak dengan wajahnya. "Maafin aku Ma, hiks hiks…." Isak tangis Davina terdengar menyayat hati. "Maaf? mau seribu kali kamu minta maaf pun aku udah nggak peduli lagi. Kamu itu hanya menantu sekaligus istri durhaka yang gak nurut sama suami. Seandainya dari kemarin kamu mau mematuhi apa kata suamimu untuk berh

    Last Updated : 2025-01-29
  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 3

    "Apa yang terjadi Chelle, kenapa suaramu seperti itu? " Davina langsung bertanya saat mendengar suara anehnya Michelle. "E… anu, itu Vin, a-aku kejepit tadi. Iya kejepit, " jawab Michelle asal. "Mangkanya hati-hati Chelle, kok bisa sih kejepit? " timpal Anggara. Pria itu tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Michelle menahan geram dengan tingkah pria dihadapannya itu. "Iya Chelle hati-hati, jangan sampai kamu terluka. " Tanpa menaruh curiga apapun terhadap Michelle, justru Davina bersimpati padanya. "Iya Vin, lain kali aku bakalan lebih 'hati-hati' kok!" Michelle sengaja memberi penekanan pada kata hati-hati dan mengarahkan wajahnya pada Anggara, hingga membuat pria itu tersenyum lebar tanpa suara. Yah, ternyata selama ini Michelle dan Anggara telah menjalin hubungan terlarang. Entah dari sejak kapan hal itu terjadi, yang jelas mereka telah menutupinya dengan sangat rapi dari Davina. Sampai pada hari ini, saat Michelle mendengar kabar jikalau Davina telah buta, jelas saja ha

    Last Updated : 2025-01-29

Latest chapter

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 5

    "Dokter, Suster, tolong!" teriak pria itu dengan wajah panik. "Letakkan di sini Pak, mari saya bantu." Seorang perawat pria menghampirinya dengan brankar pasien yang ia dorong. Perlahan mereka meletakkan Davina di atas brankar, lalu di dorongnya menuju ruang UGD. Setelah brankar masuk ke ruangan, pintu ditutup dan seorang perawat berhenti. Kemudian perawat tersebut bertanya, "bagaimana kronologinya tadi Kak? Kenapa pasien bisa terluka?""Aku tidak sengaja menyerempetnya tadi, dia berjalan seperti orang mabuk. Aku kira dia akan baik-baik saja, tapi saat dalam perjalanan ke sini dia tidak sadarkan diri," jelas pria itu. "Baiklah, kalau begitu kami akan segera menanganinya. Mohon untuk segera mendaftarkan administrasinya," titah perawat itu. Pria itu mengangguk mantap, tetapi sebelum ia pergi kembali berkata, " Pak saya mohon tangani dia dengan sebaik-baiknya. Kalau perlu datangkan dokter terbaik untuknya, saya akan bertanggung jawab penuh untuknya.""Baik Kak, semuanya akan baik-bai

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 4

    Matahari mulai menampakkan sinarnya pagi itu. Suara burung yang bernyanyi di depan jendela kamar Davina membuatnya terusik. Matanyanya mulai terbuka lebar, tapi tak ada satu hal pun yang dapat ia lihat. Tangannya meraba kasur disebelahnya, ternyata kosong dan suaminya tidak ada. "Mas, Mas Angga …, kemana ya Mas Angga kok nggak ada? Mas…." Davina terus saja memanggil-manggil suaminya sambil berjalan keluar kamar secara perlahan. Setelah dia keluar kamar barulah terdengar suara suaminya yang sedang bersenda gurau dengan seorang wanita. "Itu seperti suaranya Mas Angga sama Michelle ya," gumamnya sendiri. Bersama bantuan tongkatnya, Davina terus menyusuri jalan. "Mas Angga, kamu lagi sama Michelle?" tanyanya saat merasa sudah dekat dengan sang suami. "Eh, Davina udah bangun. Kok nggak panggil aku, aku kan bisa bantu kamu. Sini, pelan-pelan ya." Michelle berinisiatif untuk memapah Davina dan didudukkan nya di kursi. "Aku tadi udah panggil-panggil kalian, tapi nggak ada jawaban. Eh ngg

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 3

    "Apa yang terjadi Chelle, kenapa suaramu seperti itu? " Davina langsung bertanya saat mendengar suara anehnya Michelle. "E… anu, itu Vin, a-aku kejepit tadi. Iya kejepit, " jawab Michelle asal. "Mangkanya hati-hati Chelle, kok bisa sih kejepit? " timpal Anggara. Pria itu tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Michelle menahan geram dengan tingkah pria dihadapannya itu. "Iya Chelle hati-hati, jangan sampai kamu terluka. " Tanpa menaruh curiga apapun terhadap Michelle, justru Davina bersimpati padanya. "Iya Vin, lain kali aku bakalan lebih 'hati-hati' kok!" Michelle sengaja memberi penekanan pada kata hati-hati dan mengarahkan wajahnya pada Anggara, hingga membuat pria itu tersenyum lebar tanpa suara. Yah, ternyata selama ini Michelle dan Anggara telah menjalin hubungan terlarang. Entah dari sejak kapan hal itu terjadi, yang jelas mereka telah menutupinya dengan sangat rapi dari Davina. Sampai pada hari ini, saat Michelle mendengar kabar jikalau Davina telah buta, jelas saja ha

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 2

    Hari sudah berganti, pagi itu seorang perawat menghantarkan sarapan untuk pasien. Setelah memastikan nama pasien sesuai, perawat itu mulai meletakkan makanan di meja makan pasien sambil berkata, "makanannya harus dihabiskan ya Pak Buk.""Terimakasih," jawab mereka lirih. Sebelum perawat keluar dari ruangan VVIP itu, ia kembali menoleh kebelakang. "Bu, tolong dahulukan Ibu Davina untuk disuapi ya agar beliau tidak terlalu kesulitan makan," kata perawat itu. Kemudian dia menghilang dari balik pintu. "Ciih, aku disuruh nyuapin menantu durhaka ini? Rak sudi," bantah Maya secara ketus. "Mama, kok gitu sih? Davina kan menantu Mama juga." Anggara menampilkan suara lembutnya, tetapi tidak dengan wajahnya. "Maafin aku Ma, hiks hiks…." Isak tangis Davina terdengar menyayat hati. "Maaf? mau seribu kali kamu minta maaf pun aku udah nggak peduli lagi. Kamu itu hanya menantu sekaligus istri durhaka yang gak nurut sama suami. Seandainya dari kemarin kamu mau mematuhi apa kata suamimu untuk berh

  • SAHABATKU GUNDIK SUAMIKU   Bab 1 Adu Banteng

    "Tahu, arem-arem, kacang-kacang buk." Seorang pedagang kaki lima mendekati jendela Davina sambil menawarkan barang dagangannya. "Mineralnya satu berapaan Mang?" tanya Davina setelah kaca mobil turun. "Lima ribu aja Buk, mau berapa? " jawab si mang penjual. "Dua aja deh Mang." Davina mengeluarkan uang ratusan ribu tiga lembar dan Anggara sedikit melirik dari ekor matanya."Jadi sepuluh ribu ya Bu, loh uang kecil aja Buk. Saya belum ada kembalian, " ucap mang penjual. Beliau menolak uang dari Davina."Udah, ini buat Mamang aja semuanya, semoga dagangannya laris manis ya mang. " Davina segera menutup kaca mobil kembali setelah uang diterima. Wajahnya sumringah, ada kelegaan tersendiri dengan berbagi sedikit ke sesama. Namun, kebahagiaan itu seketika sirna saat suaminya buka suara. "Teruus, terus aja kayak gitu hambur-hamburin duit. Kamu fikir nyari duit itu gampang? Mentang-mentang kerja sendiri buang-buang duit terus. Lagian kamu itu udah punya suami Davina, ngapain sih harus baik s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status