Hampir satu tahun aku menikmati hariku di rumah, hanya menjalani bisnis pakaian dan menjaga Quenniera putri kecilku. Alhamdulillah bisnisku mulai terlihat ramai, banyak teman dan tetangga yang mulai berkunjung sekedar melihat-lihat atau malah mereka dengan baik memborong jualanku.
Hampir saty minggu sekali aku menyempatkan diri untuk membeli barang yang baru di toko suplier yang lebih besar di kotaku. Aku sangat menikmati masa-masa ini. Mengurus keluarga, suami anakku dan bisnis adalah sesuatu yang sudah aku idam-idamkan sejak lama. Aku sudah cukup lama kerja di bank dan aku sudah merasa lelah, bosan dan ingin kegiatan lain yang lebih baru.
Rahman, tampaknya dia selalu sibuk dengan pekerjaan kantornya kini. Dia selalu saja berangkat pagi, dan pulang larut malam. Tampaknya dia sudah mulai menikmati pekerjaannya sekarang atau terlalu menikmati sampai terlupa waktu.
Dan aku, sebagai istri hanya bisa mendukung segalanya, pekerjaan yang baik, rejeki yang baik. Ber
Semua wanita pasti iri dengan Sintia, karier bank sukses dulu, lepas itu Sintia memiliki usaha sendiri, tabungan, deposito, dompet yang tak pernah kosong dan rumah tangga yang Samawa. Rahman ku baik hati, suami yang aku banggakan rajin kerja dan sayang keluarga. Kami sangat harmonis, dan lebih senang menghabiskan waktu berdua saat sedang senggang. Dan intinya aku selalu mendapatkan semua yang aku inginkan dengan sangat mudah. Saat akhir pekan tiba kami selalu pergi jalan-jalan, kebetulan hobi ku adalah makan kuliner dan Shopping. Penghasilan aku sebagai karyawan Bank swasta memberikan kami kelonggaran ekonomi, apa yang kami ingin dan butuhkah kan selalu dapat di beli dengan mudah, dengan tambahan bisnis warnet dan jual pulsa dari suamiku dulu yang selalu aku tabung, hanya sekarang saja ada sedikit perubahan dalam kegiatan dan pekerjaan kami. Dan pastinya lebih padat dan menyita waktu kami berdua. Dua tahun pertama pernikahan kami tinggal di rumah p
Siapa wanita yang tak tergoda jika melihat penampilan dan perhatian baik yang di berikan oleh Rahman,kini jika Rahman pergi ke kantor selalu mengenakan pakaian, sepatu, jam tangan bermerek, begitu pun dengan motor dan mobil yang terus berganti-ganti jika kerja,pasti deh mereka akan menempel hanya sekedar untuk dekat atau apa itu istilahnya.Tak pernah aku bayangkan jika Rahman tega selingkuh di belakangku, secara diam-diam dan rapi.Lebaran Idul Fitri tahun 2015 adalah awal dari kehancuran rumah tanggaku. Siang itu bunda menelepon aku, dan meminta untuk dapat pergi mengunjunginya segera. Agak sedikit aneh, karena baru saja kemarin aku bermalam di rumah mertuaku maka aku pun bertanya-tanya ada masalah apa sebenarnya? Sampai aku harus balik lagi ke sana."Ada apa bun, kan kemarin baru saja kami berkunjung.""Iya ada sesuatu yang penting, ke sini saja ya Sintia harus bunda obrolkan secara langsung denganmu."Kemudian aku bersiap, men
Mengenang kisah lalu, yang membuat aku benar-benar cinta kepada Rahman.September 2015 lalu, aku melakukan perjalanan ke Bandung, kakak kandung ke empatku melaksanakan pernikahan. Tepat tanggal 25 September 2015. Aku, Mama dan Rahman pulang ke Bandung sejak tanggal 20 September. Karena itu acara pernikahan jelaslah kami membawa banyak persiapan pakaian pesta, seperti songket, kebaya, perhiasan dan lain-lain. Papa menunggu rumah saja dengan Om dan Tanteku.Kebetulan juga, tanggal 23 September tepat hari ulang tahun ku, kami pun memutuskan untuk pergi jalan-jalan terlebih dahulu, kami istirahat dan makan di Saung Mang Jajang di Lembang. Suasananya cukup asri, makanannya pun sangat lezat dan yang terpenting harganya terjangkau.Sejak lama Saung Mang Jajang menjadi tempat kegemaran Mama jika berkuliner di Lembang. Tak lupa aku membeli tahu susu khas Lembang sebagai oleh-oleh. Setelah kami puas bermain, akhirnya kami pun pulang,
Sejak 2014 aku sudah tidak bekerja lagi di Bank aku memutuskan untuk mengundurkan diri demi suami dan putriku, Rolling tugas keluar kota yang berjarak 8 jam dari rumahku tidak dapat aku penuhi. Karier bagiku memang penting, tapi meninggalkan putri kecilku sanggatlah berat untukku, kejenuhan untuk bekerjapun mulai mengekang hari-hariku untuk beberapa bulan ini, lelah yang aku rasakan saat mengurus Quenniera di kala malam sering membuatku tidak konsentrasi saat bekerja. Untuk pertama kalinya aku merasakan beban yang begitu berat, di satu sisi memikirkan kerja, bisnis yang aku rintis, mengurus anak dan setres memikirkan suami yang tergoda oleh pelakor.***Mau tak mau aku pun harus bekerja kembali, kali ini aku bekerja di sebuah koperasi yang bekerja sama di kantor pos kotaku. Pekerjaannya tidak menyita banyak waktu, dan aku sangat mengenal baik manajernya, ya dia sahabatku Widya. Memutuskan membuat bisnis pakaian ternyata tidak semudah yang aku bayangkan apalagi di kala kondisi
Kejenuhan akan hidup kian menggangguku, bayangan Rahman harus segera aku hapus dalam pikirku ini, biarlah jika kelak ia memilih wanita itu dari pada aku dan Queeniera. Ya aku harus sendiri dulu, aku ingin sendiri saja walau sebentar. Mematangkan niatku untuk berpisah dari Rahman.Tapi sebelum aku pergi berlibur, aku harus bertemu Febri terlebih dahulu, ya aku harus memohon maaf kepadanya. Dan jujur tentang kejadian saat SMA dahulu, kenapa aku sampai harus meninggalkan dia saat kuliah. Aku dengar dari teman-teman SMA karena aku, Febri belum bisa move on dan memiliki pendamping yang serius sampai kini. Aku menelponnya, jarak rumah Febri dari kantorku tidak jauh ya, 10 menit saja aku sudah di jemput olehnya.“Masuk Sin ke mobil.”“Ya Feb, terima kasih.”“Tumben, kenapa telepon Gue, sudah beberapa tahun ini gak ketemu, bodiguard Lo kemana Sin?”“Lagi pergi ke laut sama pelakor Feb.”“Serius Lo Sin? Sintia suaminya di rebut pelakor?”“Ya, kenapa musti kag
Satu tahun aku hidup di madu, ada yang bilang Rahman hanya pacaran, ada yang bilang Rahman telah menikah lagi di belakangku. Karier aku hancur, anak ku tumbuh tanpa ayah, Rahman tetap kerja, dia selalu pergi pagi dan pulang tengah malam bahkan hampir subuh. Hidupku bagaikan neraka. Sikap cueknya membuat aku muak. Semakin hari dia semakin dingin terhadapku, tetapi terhadap Queeniera rasa sayangnya masih tetap sama.Hilang sudah rasa romantis Rahman kepadaku, dulu yang selalu setia menemani aktivitasku kini nyaris tidak sama sekali. Aku pergi kerja sendiri, makan siang bersama teman-teman, Shopping , ke salon Rahman benar-benar tak peduli dengan apa yang kulakukan dan kian acuh dan makin acuh saja.Selain bekerja, aku tetap merintis usahaku di rumah, mulai dari toko pakaian anak, aksesoris Hp, pulsa Hp, obat herbal dan lain sebagainya. Semua kegiatan itu ku lakukan demi menghilang kan rasa sepi ku. Terkadang mama dan Egi yang selalu mendukungku untuk bisnis, tak ada rasa m
Sudah lama Sintia terluka oleh Rahman, Sintia pun sudah kuat memutuskan bercerai dari Rahman, keputusan yang sudah benar-benar bulat. Badanku kian kurus, air mata pun telah habis, berhari-hari dan bertahun-tahun aku selalu menangisi rasa sakit yang seharusnya dan lebih baik tak pernah aku tangisi. Aku akan pergi Rahman, hiduplah dengan dia bukan aku dan anakmu. Hari ini hatiku kuat untuk berkata itu, kata-kata yang mungkin terasa berat terucap dari mulutku 1 tahun lalu saat aku mengetahui kebusukan permainanmu dengan dia. Dan kini, hampir setiap malam Rahman pulang larut selalu saja dia pulang di atas jam 20.00 WIB, badan kusut, bau bensin dan debu tampak habis melakukan perjalanan jauh. Ke mana dia pergi? padahal sudah tidak kerja lagi. Temanku yang aku tugaskan untuk mengikuti pun memberi kabar, kalau Rahman sering datang ke kosan selingkuhannya itu, hampir setiap hari dia menghabiskan waktunya di sana, buat apa lagi jika bukan menghabiskan waktu dan bersenang-
Beberapa minggu berlalu, ya kini aku benar-benar sudah terbebas, dan tampaknya dia sudah benar-benar tak peduli kepada kami lagi. Mungkin perpisahan ini yang sudah mereka harapkan, idam-idamkan, nantikan selama ini. Egi, dia main ke rumahku, aku ceritakan apa yang sudah terjadi, bahwa aku telah bercerai dari Rahman, dan aku cerita kan segala perasaan galau kepadanya. Aku ingin dia menjauh dariku, agar tidak terjadi fitnah di lingkungan kami. Egi meneteskan air mata, dia bilang kepadaku andai semua waktu bisa di putar ke saat tahun-tahun 2010 lalu. Mungkin semua hal yang buruk bisa berubah. Tapi kita juga harus paham, jika jodoh, maut, rejeki atau perpisahan sekalipun adalah takdir yang sudah di tetapkan Allah. ”Kenapa semuanya jadi harus berakhir seperti ini, kak Egi sudah ada pengganti Kamu, namanya Natalie, kakak pacaran dengannya setelah kamu pergi dan tak ada kabar berita lagi. Sulit dek melupakan Kamu.”“Iya maafkan Sintia ya Kak.”“Kak Egi benar-benar
Bagian 1 (Kisah Masa Lalu)Hari KelahirankuNamaku Sintia, aku terlahir di Bandung tanggal 23 September 1985, di seorang Bidan desa teman ibuku. Aku dilahirkan dari ibunda yang bernama Eni suryani dan ayah yang bernama Wito. Bagi mereka lahir itu anugerah, tetapi bagiku itu awal kepergianku, ya aku akan di adopsi. Tidak lain tidak bukan yang akan mengadopsi ku adalah Kakak dari papa kandungku sendiri, yang tidak punya keturunan karena menderita penyakit dan sangat menginginkan keberadaan anak dalam rumah tangganya.Hal itu berawal saat ibu kandungku yang sedang mengandungku tiga bulan bingung mendapatkan kenyataan bahwa ia akan memiliki seorang anak kembali, Sedangkan beliau sudah memiliki empat orang anak yang masih kecil - kecil. Akhirnya mereka berniat membantu kakaknya agar memiliki anak, ahli waris dan teman saat tua nanti. Ya mungkin saja keputusan yang mereka ambil telah di diskusikan dan menjadi jalan keluar yang tepat.“Wito ke mana En, mas
Sudah hampir tiga tahun sejak ayah dan ibuku meninggal. Namun faktanya, kini persoalan sengketa tanah dan rumah tampaknya belum juga usai. Aku lelah, dan bisa dibilang jika aku sudah menyerah.Saya telah memberikan amanah kepada kakak laki-laki saya, untuk membantu mengurus semua ini. Entah kenapa hal yang biasanya mudah menjadi sulit dan rumit seperti ini mereka buat. Ya, itu karena bibi dan paman saya terus bertindak buruk, seolah-olah mereka tidak puas dengan hasil yang saya berikan dan jalan yang saya berikan. Saya telah pasrah dengan semua permintaan mereka untuk menjual harta dan warisan mama dan papa. Dan pada saat proses penjualan pertama saya juga hadir dalam transaksi tersebut. Padahal dari kecil hati saya menjerit dan sakit hati karena kehilangan warisan yang saya miliki dari ibu dan ayah. Meski sangat berat, terpaksa saya jual, dengan alasan menjaga hubungan baik antar keluarga. Saya berharap dengan keputusan saya semuanya akan berakhir, tetapi
Tahun terus berjalan walau sering terseok-seok dalam masalah. Malam ini aku iseng mulai melihat tentang hoki, keberuntungan, rasi bintang, shio ataupun tentang tarot. Kebetulan ada tarot online yang melintas di dinding Geoglle info saat membaca berita. Tak harus tunggu lama aku langsung mengklik nya dengan cepat. Aku masuk ke link admin, mereka meminta aku memasukan nama, tanggal lahir dan jenis kelamin. Langsung deh iseng, aku isi semua itu tanpa ragu. Beberapa detik kemudian aku berganti layar. Admin meminta agar aku memilih kartu tarot secara online sebanyak 3 lembar. Karena ketutup semua jelas saja aku klik secara acak. Tak lama kemudian layar HP memperlihatkan layar 3 kartu yang aku pilih. Sosok wanita sederhana itu kartu pertama yang aku dapat, sosok permaisuri dalam kematian, dan sosok permaisuri yang tampak duduk anggun dalam singgasananya. Tak lama berselang setelah aku melanjutkan pilihan lanjutan munculnya penjelasan dari ke tiga kartu
Semenjak mama dan papa meninggal, selain mengurus Suami dan anak aku pun mulai mengisi kekosongan hariku dan kegiatanku, aku berjualan pulsa HP dan token listrik, membantu suami menjalani bisnis percetakan, jualan Online Shop kecil-kecilan, dan menulis puisi dan novel di sela-sela mengajar. Itu merupakan hobi dan kegiatan baruku. Walau aku tidak bisa berkarier seperti dulu lagi tapi aku harus tetap dapat berkarya di kelilingi kegiatan anak-anak. Alhamdulillah mas Dwi sebagai suami sangat mengertikan aku, beliau selalu mendukungku, walau tidak banyak modal yang dapat di berikan tapi dukungan itu menjadi sangat penting dan berharga sekali. Begitu pun aku, dengan kebebasan untuk berkarya, bergaul dan berkegiatan dari yang Dwi berikan padaku aku harus berikan segala yang terbaik, seperti mengurus rumah ku, anak-anakku dan keperluan mereka dengan baik. Apalagi jika mereka sakit, merawat, menjaga dan memperhatikannya menjadi hal yang lebih penting dari segala aktiv
Sudah hampir dua tahun mama dan papa meninggal. Terkadang masih timbul rasa sedih yang masih sesekali muncul di benakku. Teringat masa kecilku dulu, di saat mama dan papa yang sangat mencintaiku, dan memberikan ku segala hal yang terbaik. Rindu sekali saat-saat itu Mama yang sering menelepon ku, mengingatkan aku makan, mengingatkan aku Shalat, aturan jam 21.00 malam harus sudah ada di rumah saat pacaran, atau berbeda pendapat dalam mengasuh ketiga anakku, dan segala celoteh Mama yang sering membuatku gemas dan kesal. Atau sosok dia papaku, kalau aku sakit atau jatuh papa akan menjadi orang yang paling cemas, buru-buru membawa aku ke dokter atau mengurut kaki dan tangan ku jika terkilir, bahkan papa jua lah yang selalu menangis kalau dulu melihat aku di putus in pacar-pacarku atau gagal mengarungi rumah tangga. Terkadang beliau menjadi teman, dan kadang menjadi musuh terbesarku jika beda pendapat. Tapi kini mereka sudah tiada, aku pun hanya dapat merin
Usia kami aku dan mas Dwi kini sudah tak muda lagi, Mas Dwi sudah 43 tahun dan aku hampir 37 tahun. Belum lama sih kami mengarungi hidup bersama membentuk rumah tangga, yang baru ini, tak terasa sudah menginjak 5 tahunan bersama dalam rumah tangga. Tiga orang anak-anak yang lucu pun memberikan keindahan dan kebahagiaan tersendiri bagi hari-hari kami, dan mas Dwi kian rajin bekerja, demi memberikan segala kebutuhan yang terbaik untuk kami, begitu pun aku yang terus berusaha membantu dengan cara dan gayaku kini. Walau semua itu perlu 1 kata iklas dan perjuangan. Iklas menerima takdir tuhan baik kebaikan ataupun paket ujian-ujian yang Allah berikan kepada kami. Mas Dwi masih selalu romantis, jika saja aku masih muda pasti ingin menambah seorang anak lagi, hal itu mungkin akan memberikan keramaian lebih di rumah ini, tapi sudah cukup tiga anak saja. zaman sekarang memiliki anak banyak cendrung harus memiliki finansial yang baik, kita harus ter
Tak terasa sudah hampir lima tahun pernikahan aku dengan mas Dwi. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar, ketenangan hidup perlahan - lahan pun aku peroleh. Kami pasangan yang di naungi dua bintang yang menurut primbon saling besebrangan, suamiku Taurus dan aku libra. Istilah perbintangan kami berasal dari unsur yang bertolak belakang, bumi dan langit. Di satu sisi kami sama-sama sosok yang romantis, di satu sisi kami sama-sama sosok yang pendiam atau sulit berkomunikasi. Komunikasi cendrung ke arah datar, dewasa dan secukupnya saja. Mungkin awalnya terasa canggung, tapi lama-lama kami saling terbiasa. Setiap hari kegiatanku adalah menjaga ketiga buah hati yang sangat lucu - lucu, selain memilih bekerja membuka pendidikan bimbingan belajar anak-qnak kelas dasar dan menggeluti dunia sebagai penulis. Semua kegiatan positif itu memberikan ku kebahagiaan dan hiburan tersendiri. Walaupun 1000 kenakalan anak-anak sering muncul, ya seperti itul
Memilih tinggal dan berada di tempat yang asing dengan di kelilingi orang yang masih tampak asing bukanlah hal yang mudah. Dan untuk hidup di sebuah perumahan itu ternyata gampang-gampang susah. Kendatinya selalu ada yang suka, atau sebaliknya, ada saja yang tidak suka dengan tingkah kita, gaya kita atau apapun hal kecil tentang kita, bagiku semua itu sah-sah saja. Aku lebih berprinsip ingin hidup tenang tanpa mengurus hal-hal yang tidak penting termasuk hal-hal sepele tentang tetangga. Banyak tetangga yang lain yang lebih suka saling balas dengan kelakuan-kelakuan konyol tetangga yang lain. Kebiasaan buruk ibu-ibu yang hobi kumpul, ngerumpi dan saling menjelekkan suka berdampak cekcok. Tapi beda dengan prinsipku yang cendrung cuek dan tak mau KEPO( ikut campur) dengan masalah kehidupan orang lain. Ada beberapa dari mereka yang suka cari gara-gara kepadaku atau anggota keluargaku lainnya. Tapi dengan sikap kami yang kompak cuek, alhasil merekapun ca
Pagi ini aku menerima pesan masuk di Face book aplikasi, cukup banyak pesan iseng yang masuk, dan aku terbiasa untuk menghapusnya satu - persatu, aku lebih suka mengabaikan karna F******k lebih banyak kawan yang terbilang hanya kawan dalam dunia Maya saja. Lain halnya dengan pesan satu ini, pesan masuk dari Rahman. Aku berpikir Rahman seperti dulu, memberi pesan ancaman atau makian karena perpisahan kami masa lalu. Tidak halnya dengan hari ini aku tetap membacanya dan aku beranikan diri untuk membaca pesan dari Rahman itu, ternyata dia mengucapkan bela sungkawa atas kepergian mama dan papaku. Cukup terlambat sih, tapi aku bersyukur dia masih ada rasa perduli kepada kami. Peduli atas kesedihan dan rasa kehilanganku atas mama dan papa. “Assalamualaikum Sin, aku mengucapkan turut bela sungkawa ya atas kepergian Mama dan Papa, semoga Sintia dan keluarga bisa sabar dan iklas dan sabar.”Akupun membalasnya“Waalaikum salam Rahman, terima kasih