Sudah lama Sintia terluka oleh Rahman, Sintia pun sudah kuat memutuskan bercerai dari Rahman, keputusan yang sudah benar-benar bulat. Badanku kian kurus, air mata pun telah habis, berhari-hari dan bertahun-tahun aku selalu menangisi rasa sakit yang seharusnya dan lebih baik tak pernah aku tangisi. Aku akan pergi Rahman, hiduplah dengan dia bukan aku dan anakmu. Hari ini hatiku kuat untuk berkata itu, kata-kata yang mungkin terasa berat terucap dari mulutku 1 tahun lalu saat aku mengetahui kebusukan permainanmu dengan dia.
Dan kini, hampir setiap malam Rahman pulang larut selalu saja dia pulang di atas jam 20.00 WIB, badan kusut, bau bensin dan debu tampak habis melakukan perjalanan jauh. Ke mana dia pergi? padahal sudah tidak kerja lagi.Temanku yang aku tugaskan untuk mengikuti pun memberi kabar, kalau Rahman sering datang ke kosan selingkuhannya itu, hampir setiap hari dia menghabiskan waktunya di sana, buat apa lagi jika bukan menghabiskan waktu dan bersenang-
Beberapa minggu berlalu, ya kini aku benar-benar sudah terbebas, dan tampaknya dia sudah benar-benar tak peduli kepada kami lagi. Mungkin perpisahan ini yang sudah mereka harapkan, idam-idamkan, nantikan selama ini. Egi, dia main ke rumahku, aku ceritakan apa yang sudah terjadi, bahwa aku telah bercerai dari Rahman, dan aku cerita kan segala perasaan galau kepadanya. Aku ingin dia menjauh dariku, agar tidak terjadi fitnah di lingkungan kami. Egi meneteskan air mata, dia bilang kepadaku andai semua waktu bisa di putar ke saat tahun-tahun 2010 lalu. Mungkin semua hal yang buruk bisa berubah. Tapi kita juga harus paham, jika jodoh, maut, rejeki atau perpisahan sekalipun adalah takdir yang sudah di tetapkan Allah. ”Kenapa semuanya jadi harus berakhir seperti ini, kak Egi sudah ada pengganti Kamu, namanya Natalie, kakak pacaran dengannya setelah kamu pergi dan tak ada kabar berita lagi. Sulit dek melupakan Kamu.”“Iya maafkan Sintia ya Kak.”“Kak Egi benar-benar
April tahun 2017 aku pergi ke Jakarta untuk mengharapkan karier yang baru, serta kehidupan baru. Quenniera aku titipkan kepada mama dan papa di Lampung. Aku putuskan pindah kota dengan Alan memadu cerita asmara baru yang berawal dari status kawan lama saja. Akan tetapi cinta ku dengan Alan adalah cinta terlarang. Ya Alan belum sah bercerai dengan istrinya, dia lagi mengurus proses cerainya yang maju mundur. Singkat cerita, istri Alan terlalu matre dan mendewakan dunia, sehingga Alan merasa tidak kuat untuk melanjutkan pernikahan yang jauh dari prinsip hidupnya yang aku kenal sederhana.Alan adalah sahabat lamaku saat bekerja di salah satu Bank swasta di Lampung, hanya kami berbeda cabang saja. Aku di cabang Metro, dan Alan di cabang Sribawono. Awal berpisah dari Rahman hampir setiap saat aku bermain Face Book. Di Face Book yang menjadi awal pertemuan aku dan Alan, Alan meminta perkawanan dengan ku di Face Book. Setelah dua hari kemudian, Alan mengirimkan pesan kepadaku di d
Tiga tahun sudah Queeniera aku titip kan kepada orang tuaku di kampung. Aku bekerja berpindah-pindah untuk mencari kata tenang agar tidak di ganggu oleh mantan suami maupun pelakor jahat itu. Mama dan Papa tiriku tampak semakin tua setiap kali ku menjenguk tampak nyata guratan-guratan tua dan kesedihan di wajah mereka. Jelas, pasti saja berat mereka memikirkan nasib hidupku yang lagi tidak baik-baik saja ini.Kini aku tinggal dan bekerja di Jakarta, berat sih berat bahkan tidak pernah terbayangkan sejak dulu harus bisa berjuang di kota metro politan yang penuh kejahatan, pergelutan dalam dunia kerja dan yang pasti tak ada yang gratis disini. Aku harus menyewa kamar kos, harus mencari makan sendiri, dan berjuang pergi ke kantor sendiri berjubelan di atas kendaraan umum baik kereta maupun busway. Tidak banyak teman yang aku miliki karena ini adalah kota baru yang aku singgahi untuk mencari kerja dan rejeki yang baru.Setiap awal bulan aku selalu menyempatkan diri unt
Malam ini, aku tersenyum sendiri di pojok kamarku. Senyum yang entah merasa sedih atau bahagia. Teringat hari itu di kala aku dan Hilda memutuskan mencari kerja di Jakarta. Nekad hanya beberapa jam saja mematangkan rencana mencari kerja berlima dengan Alan, Deo dan Wahyu. Ruru nugraha telah melarangku untuk ikut mereka, ya sahabartcenayangku dia bilang padaku.“Untuk apa ke Jakarta, urungkan saja jika masih mungkin, di sana mungkin akan ada kehidupan tapi tak jauh rumitnya seperti disini. ““Ya aku harus memberi kesempatan untuk Alan.”“Alan ingin pergi karena hatinya masih gelap, masih bingung diantara dua pilihan.”“Iya Ru, aku faham, tapi apa salahnya jika aku berusaha untuk percaya.”“Ya terserah Sin, tak bisa juga aku menahanmu, kau masih di butakan oleh cinta, hanya sedih saja aku melihat semua yang akan kamu lakukan adalah sia-sia belaka.”“Ru, doakan.”&ldqu
Hampir setahun aku menyendiri dan hanya fokus dengan kerja saja, semua lelaki yang mendekati hanya aku anggap teman semata, tidak ada perasaan lebih dari itu semua. Jujur sekarang aku lebih peka untuk menilai laki-laki. Sekiranya mereka yang hanya sekedar iseng, sekedar main-main, sekedar coba-coba aku juga sama cukup sekedar kenal saja dengan mereka itu. Hati dan perasaanku cukup mahal untuk sekedar main-main kini. Ya aku hanya ingin mencari pendamping yang pasti, yang mapan, yang memiliki kerja dan siap menghidupi aku dan Queeniera kelak. Saat menelepon putri ku sering sekali yang di tanyakan adalah sosok Papa. Ya di usia nya yang baru 3 tahun, antara mengenal dan mungkin lupa dengan sosok papa yang terkenang di memory otaknya itu."Mama beli papa baru dong." Atau, "Ma enak ya Aziz selalu di antarkan sekolah sama Papa dan mamanya Queeniera kapan Ma."Semua kata-kata yang Queeniera tanyakan dan lontarkan itu, terkadang aku hanya dapat menangis dan menjer
Jakarta - Bekasi jarak yang cukup menyita waktu perjuangan aku memadu kasih dengan mas Dwi, cukuplah bagi ku mengenal calon imam ku itu, dan mungkin sudah saatnya untuk ku membawa pulang ke Lampung. Ya Dwi akan aku perkenalkan dengan Mama, Papa dan anakku. Semoga, semoga kali ini pilihanku tepat. Dan semoga ini jodoh yang Allah benar-benar kirimkan untukku bukan sekedar ujian atau main-main semata.Libur Lebaran pun tiba, kami pun pergi ke Lampung, aku perkenalkan Dwi kepada mama, papa dan anakku. Alhamdulillah mereka menerima niat baik kami untuk menikah. Sekitar tiga hari kami berlibur dan berlebaran di Lampung. Kami habiskan waktu untuk saling mengenal dan tentunya mendekatkan mas Dwi kepada kedua anakku dan orang tuaku.Alhamdulillah mas Dwi orang yang mudah bergaul dan sangat menyayangi anak kecil, kami pergi ke pantai, ke Mall dan bermain di taman bermain bersama Queeniera. Cukuplah menjadi awal yang baik untuk kami, khususnya anakku. Akhirnya Queeniera mendapatkan
Tahun pertama pernikahan pasti perlu adanya penyesuaian diri, rumah yang masih kosong, dan bentuk standar develover yang harus di renovasi, aku yang masih harus kerja demi membantu perekonomian keluarga, dan masih banyak impianku bersama Dwi, masih ingin melewati bulan madu kami, ingin merenovasi rumah dan isi rumah dengan furnitur-furnitur yang cantik. Tentu aku harus lanjutkan bekerja seperti biasa, anak ku pun masih kutitipkan mama di Lampung. Aku harus memberikan waktu lebih untuk suamiku, perlahan-lahan merubah kebiasaan dan keadaan agar semuanya tidak kaget dengan perubahan ini. Bahkan aku masih harus stay di Jakarta dan bekerja di Jakarta sama seperti dulu.Setiap akhir minggu selalu kami habiskan bersama, melewati masa-masa indah dan bulan maduku. Rekreasi ke Puncak, Bandung atau pun ke Garut. Satu demi satu destinasi wisata kami kunjungi. Setelah beberapa bulan menikah, ternyata kami memiliki kegemaran yang sama seperti mendengarkan musik, jalan-jalan dan tak l
Dwi, dia sosok suami yang baik bagiku, sekaligus dia pun seorang ayah yang penyayang dan bertanggung jawab kepada Queeniera. Tapi terkadang dia sedikit cerewet dan bawel kepada kami, ada sisi galak dari diri Dwi. Semua di lakukan karena rasa sayang dan khawatir kepada kami. Walaupun kami hidup dengan sederhana tapi lahir batin kami sangat di penuhi dengan baik dan kebahagiaan penuh selalu dia berikan. Dia suami yang suka bekerja keras dan berusaha memenuhi segala kebutuhan hidup kami. Mungkin kali ini, tidak perlu hidup dengan bergelimpangan harta, tapi cukup hidup secara sederhana, tetapi bahagia dan dapat berkumpul dengan anak- anak dan orang tua kami dalam 1 rumah lagi. Empat tahun kemudian, Setelah melahirkan anak ketigaku, aku berusaha utarakan niat ku kepada Mama dan Papa, untuk mengambil kedua putra - putri yang kami titipkan. Dan pastinya, mereka sudah sangat banyak berjasa dan membantu kami selama 3 tahun ini. Membantu merawat anak-anak k
Bagian 1 (Kisah Masa Lalu)Hari KelahirankuNamaku Sintia, aku terlahir di Bandung tanggal 23 September 1985, di seorang Bidan desa teman ibuku. Aku dilahirkan dari ibunda yang bernama Eni suryani dan ayah yang bernama Wito. Bagi mereka lahir itu anugerah, tetapi bagiku itu awal kepergianku, ya aku akan di adopsi. Tidak lain tidak bukan yang akan mengadopsi ku adalah Kakak dari papa kandungku sendiri, yang tidak punya keturunan karena menderita penyakit dan sangat menginginkan keberadaan anak dalam rumah tangganya.Hal itu berawal saat ibu kandungku yang sedang mengandungku tiga bulan bingung mendapatkan kenyataan bahwa ia akan memiliki seorang anak kembali, Sedangkan beliau sudah memiliki empat orang anak yang masih kecil - kecil. Akhirnya mereka berniat membantu kakaknya agar memiliki anak, ahli waris dan teman saat tua nanti. Ya mungkin saja keputusan yang mereka ambil telah di diskusikan dan menjadi jalan keluar yang tepat.“Wito ke mana En, mas
Sudah hampir tiga tahun sejak ayah dan ibuku meninggal. Namun faktanya, kini persoalan sengketa tanah dan rumah tampaknya belum juga usai. Aku lelah, dan bisa dibilang jika aku sudah menyerah.Saya telah memberikan amanah kepada kakak laki-laki saya, untuk membantu mengurus semua ini. Entah kenapa hal yang biasanya mudah menjadi sulit dan rumit seperti ini mereka buat. Ya, itu karena bibi dan paman saya terus bertindak buruk, seolah-olah mereka tidak puas dengan hasil yang saya berikan dan jalan yang saya berikan. Saya telah pasrah dengan semua permintaan mereka untuk menjual harta dan warisan mama dan papa. Dan pada saat proses penjualan pertama saya juga hadir dalam transaksi tersebut. Padahal dari kecil hati saya menjerit dan sakit hati karena kehilangan warisan yang saya miliki dari ibu dan ayah. Meski sangat berat, terpaksa saya jual, dengan alasan menjaga hubungan baik antar keluarga. Saya berharap dengan keputusan saya semuanya akan berakhir, tetapi
Tahun terus berjalan walau sering terseok-seok dalam masalah. Malam ini aku iseng mulai melihat tentang hoki, keberuntungan, rasi bintang, shio ataupun tentang tarot. Kebetulan ada tarot online yang melintas di dinding Geoglle info saat membaca berita. Tak harus tunggu lama aku langsung mengklik nya dengan cepat. Aku masuk ke link admin, mereka meminta aku memasukan nama, tanggal lahir dan jenis kelamin. Langsung deh iseng, aku isi semua itu tanpa ragu. Beberapa detik kemudian aku berganti layar. Admin meminta agar aku memilih kartu tarot secara online sebanyak 3 lembar. Karena ketutup semua jelas saja aku klik secara acak. Tak lama kemudian layar HP memperlihatkan layar 3 kartu yang aku pilih. Sosok wanita sederhana itu kartu pertama yang aku dapat, sosok permaisuri dalam kematian, dan sosok permaisuri yang tampak duduk anggun dalam singgasananya. Tak lama berselang setelah aku melanjutkan pilihan lanjutan munculnya penjelasan dari ke tiga kartu
Semenjak mama dan papa meninggal, selain mengurus Suami dan anak aku pun mulai mengisi kekosongan hariku dan kegiatanku, aku berjualan pulsa HP dan token listrik, membantu suami menjalani bisnis percetakan, jualan Online Shop kecil-kecilan, dan menulis puisi dan novel di sela-sela mengajar. Itu merupakan hobi dan kegiatan baruku. Walau aku tidak bisa berkarier seperti dulu lagi tapi aku harus tetap dapat berkarya di kelilingi kegiatan anak-anak. Alhamdulillah mas Dwi sebagai suami sangat mengertikan aku, beliau selalu mendukungku, walau tidak banyak modal yang dapat di berikan tapi dukungan itu menjadi sangat penting dan berharga sekali. Begitu pun aku, dengan kebebasan untuk berkarya, bergaul dan berkegiatan dari yang Dwi berikan padaku aku harus berikan segala yang terbaik, seperti mengurus rumah ku, anak-anakku dan keperluan mereka dengan baik. Apalagi jika mereka sakit, merawat, menjaga dan memperhatikannya menjadi hal yang lebih penting dari segala aktiv
Sudah hampir dua tahun mama dan papa meninggal. Terkadang masih timbul rasa sedih yang masih sesekali muncul di benakku. Teringat masa kecilku dulu, di saat mama dan papa yang sangat mencintaiku, dan memberikan ku segala hal yang terbaik. Rindu sekali saat-saat itu Mama yang sering menelepon ku, mengingatkan aku makan, mengingatkan aku Shalat, aturan jam 21.00 malam harus sudah ada di rumah saat pacaran, atau berbeda pendapat dalam mengasuh ketiga anakku, dan segala celoteh Mama yang sering membuatku gemas dan kesal. Atau sosok dia papaku, kalau aku sakit atau jatuh papa akan menjadi orang yang paling cemas, buru-buru membawa aku ke dokter atau mengurut kaki dan tangan ku jika terkilir, bahkan papa jua lah yang selalu menangis kalau dulu melihat aku di putus in pacar-pacarku atau gagal mengarungi rumah tangga. Terkadang beliau menjadi teman, dan kadang menjadi musuh terbesarku jika beda pendapat. Tapi kini mereka sudah tiada, aku pun hanya dapat merin
Usia kami aku dan mas Dwi kini sudah tak muda lagi, Mas Dwi sudah 43 tahun dan aku hampir 37 tahun. Belum lama sih kami mengarungi hidup bersama membentuk rumah tangga, yang baru ini, tak terasa sudah menginjak 5 tahunan bersama dalam rumah tangga. Tiga orang anak-anak yang lucu pun memberikan keindahan dan kebahagiaan tersendiri bagi hari-hari kami, dan mas Dwi kian rajin bekerja, demi memberikan segala kebutuhan yang terbaik untuk kami, begitu pun aku yang terus berusaha membantu dengan cara dan gayaku kini. Walau semua itu perlu 1 kata iklas dan perjuangan. Iklas menerima takdir tuhan baik kebaikan ataupun paket ujian-ujian yang Allah berikan kepada kami. Mas Dwi masih selalu romantis, jika saja aku masih muda pasti ingin menambah seorang anak lagi, hal itu mungkin akan memberikan keramaian lebih di rumah ini, tapi sudah cukup tiga anak saja. zaman sekarang memiliki anak banyak cendrung harus memiliki finansial yang baik, kita harus ter
Tak terasa sudah hampir lima tahun pernikahan aku dengan mas Dwi. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar, ketenangan hidup perlahan - lahan pun aku peroleh. Kami pasangan yang di naungi dua bintang yang menurut primbon saling besebrangan, suamiku Taurus dan aku libra. Istilah perbintangan kami berasal dari unsur yang bertolak belakang, bumi dan langit. Di satu sisi kami sama-sama sosok yang romantis, di satu sisi kami sama-sama sosok yang pendiam atau sulit berkomunikasi. Komunikasi cendrung ke arah datar, dewasa dan secukupnya saja. Mungkin awalnya terasa canggung, tapi lama-lama kami saling terbiasa. Setiap hari kegiatanku adalah menjaga ketiga buah hati yang sangat lucu - lucu, selain memilih bekerja membuka pendidikan bimbingan belajar anak-qnak kelas dasar dan menggeluti dunia sebagai penulis. Semua kegiatan positif itu memberikan ku kebahagiaan dan hiburan tersendiri. Walaupun 1000 kenakalan anak-anak sering muncul, ya seperti itul
Memilih tinggal dan berada di tempat yang asing dengan di kelilingi orang yang masih tampak asing bukanlah hal yang mudah. Dan untuk hidup di sebuah perumahan itu ternyata gampang-gampang susah. Kendatinya selalu ada yang suka, atau sebaliknya, ada saja yang tidak suka dengan tingkah kita, gaya kita atau apapun hal kecil tentang kita, bagiku semua itu sah-sah saja. Aku lebih berprinsip ingin hidup tenang tanpa mengurus hal-hal yang tidak penting termasuk hal-hal sepele tentang tetangga. Banyak tetangga yang lain yang lebih suka saling balas dengan kelakuan-kelakuan konyol tetangga yang lain. Kebiasaan buruk ibu-ibu yang hobi kumpul, ngerumpi dan saling menjelekkan suka berdampak cekcok. Tapi beda dengan prinsipku yang cendrung cuek dan tak mau KEPO( ikut campur) dengan masalah kehidupan orang lain. Ada beberapa dari mereka yang suka cari gara-gara kepadaku atau anggota keluargaku lainnya. Tapi dengan sikap kami yang kompak cuek, alhasil merekapun ca
Pagi ini aku menerima pesan masuk di Face book aplikasi, cukup banyak pesan iseng yang masuk, dan aku terbiasa untuk menghapusnya satu - persatu, aku lebih suka mengabaikan karna F******k lebih banyak kawan yang terbilang hanya kawan dalam dunia Maya saja. Lain halnya dengan pesan satu ini, pesan masuk dari Rahman. Aku berpikir Rahman seperti dulu, memberi pesan ancaman atau makian karena perpisahan kami masa lalu. Tidak halnya dengan hari ini aku tetap membacanya dan aku beranikan diri untuk membaca pesan dari Rahman itu, ternyata dia mengucapkan bela sungkawa atas kepergian mama dan papaku. Cukup terlambat sih, tapi aku bersyukur dia masih ada rasa perduli kepada kami. Peduli atas kesedihan dan rasa kehilanganku atas mama dan papa. “Assalamualaikum Sin, aku mengucapkan turut bela sungkawa ya atas kepergian Mama dan Papa, semoga Sintia dan keluarga bisa sabar dan iklas dan sabar.”Akupun membalasnya“Waalaikum salam Rahman, terima kasih