"Kakak! New jatuh cinta!"
Teriakan New memenuhi seluruh penjuru rumah. Menyebabkan semua penghuni tergopoh-gopoh keluar dari kamar minus Thana, menemui termuda.
New yang memang memiliki kelas sore tiba paling akhir di rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 19.30 malam saat New tiba dan berteriak.
"Astaga. Kamu ini, kenapa harus berteriak?"
Lion berkata dengan tangan yang memijat kepala, kepalang gemas dengan tingkah New. Sedangkan New hanya menampilkan cengirannya.
"New jatuh cinta kak Singa."
New berkata antusias, binar matanya menunjukkan betapa gembiranya dia.
"Sama siapa?"
Krist bertanya malas, namun antusias New semakin meningkat saat salah satu kakaknya menanggapi ucapannya.
"Claire, mahasiswi pertukaran dari Jerman."
Ucapnya menggebu-gebu dan yang lebih tua hanya menghela nafas. Sedangkan Thana yang baru tiba di ruang tamu masa bodoh dan duduk di sofa.
"Kak Krath, New jatuh cinta."
New dengan semangat berkata kepada Thana, duduk di samping kakaknya dengan tangan yang memegang pergelangan Thana. Melihat itu Thana langsung saja menyentak tangan New dan beranjak.
"Aku ada janji. Jangan menungguku."
Setelah itu Thana melesat meninggalkan kediaman dengan keheningan yang ditinggalkannya. Melihat itu Phan hanya menggelengkan kepala. Dan merasa prihatin dengan New.
"Jadi? Apa dia gadis yang cantik?"
Tidak ingin semakin membuat yang termuda sedih, akhirnya Jump angkat bicara. Dan berhasil, New langsung saja mengangguk semangat dan tersenyum lebar.
"Dia cantik kak. Baik, ramah juga. Suaranya indah. Tapi dia seumuran dengan kak Singa juga kak Krist. Tapi tidak apa-apa, New tetap suka kok."
New bercerita dengan antusias, dan mereka dengan sabar mendengarkan setiap cerita yang mengalir dari termuda.
"New juga sudah punya nomor ponselnya. Kita bertukar nomor ponsel saat New mengantar Claire pulang."
Jump langsung saja melotot saat mendengar kalimat terakhir New, tidak jauh berbeda dengan yang lainnya. Mereka menatap New dengan mulut terbuka saat mendengar kalimat terakhir yang New utarakan. Sedangkan New sendiri menatap bingung yang lebih tua.
"Ka-kau mengantarnya pulang?"
Jump bertanya yang mendapat anggukan serta tatapan polos New. Mereka menggeleng saat mendapat jawaban dari New.
"Dimana rumahnya?"
Pertanyaan Krist membuat senyuman New semakin lebar.
"Dia tinggal di asrama."
Secara bersamaan mereka mendengus saat mendengar jawaban yang New utarakan.
"Dasar bocah."
Ucapan serempak mereka membuat New kesal dan melempar Lion dengan bantal sofa. Membuat Lion meringis, karena lemparan New tepat mengenai wajahnya.
"Kenapa melempar kakak?"
Raung Lion yang tidak mendapat jawaban dari New. Karena pemuda itu sudah melesat meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya.
"Astaga, kenapa harus aku?"
Krist, Phan, dan Jump hanya tertawa mengejek kemudian meninggalkan Lion yang semakin meraung karena diabaikan oleh seluruh orang.
...
Sedangkan Thana yang meninggalkan kediaman melesatkan mobilnya menuju bar. Tempat janjiannya bersama dengan Drake, teman perkumpulannya.
Thana bertemu dengan Drake saat ospek di kampus. Dan kebetulan Drake memiliki gang yang beranggotakan lima orang sudah termasuk dirinya.
Tiba di bar, Thana langsung saja menuju meja yang sudah mereka pesan. Disana sudah berkumpul semua.
"Kau terlambat bung."
First, salah satu teman Drake yang paling cerewet angkat bicara saat Thana duduk di dekatnya.
"Sorry, pulang kampus aku langsung mengerjakan tugas."
Thana menjawab sambil menerima gelas yang Drake berikan. Menyesapnya dan bersandar di sofa.
"Bisa kalian membantuku?"
"Apa?"
Drake langsung saja bertanya saat mendengar permintaan Thana.
"Cari tahu tentangnya."
Thana menyerahkan satu lembar foto, melihat itu Drake mengangguk dan menepuk paha Wave. Sedangkan Wave mengangguk tanda menyetujui permintaan Thana.
"Paling lambat besok aku kirim."
Wave berujar santai dan kembali menyesap birnya dengan jemari mengetuk gelas seirama musik yang mengalun di bar.
"Tidak biasanya? Kau tertarik dengannya?"
Khema yang sejak tadi terdiam akhirnya angkat bicara. Dan menatap Thana dengan alis terangkat.
"Aku tidak tertarik untuk pacaran."
Jawaban Thana membuat semua temannya mendesah kecewa. Bosan dengan jawaban yang selalu Thana utarakan jika mereka bertanya tentang asmara.
"Bisa-bisa semua orang mengira kau gay. Atau, kau memang gay?"
Thana melotot saat mendengar perkataan First yang kelewat enteng.
"Mau mati?!"
First hanya mengangkat bahu acuh tak acuh. Tidak peduli dengan ekspresi dan ancaman Thana.
"Ayolah. Jika tersinggung itu artinya kau benar-benar gay."
Jawaban First membuat Thana naik pitam. Namun, detik berikutnya ekspresi Thana berubah. Tersenyum miring dan mengangkat salah satu alisnya seraya melipat tangannya di depan dada dan menyilangkan kakinya.
"Cukup kau saja yang gay. Aku tidak."
First melotot tidak percaya saat mendengar perkataan Thana yang tersirat akan nada ejekan.
"Hei. Darimana kau mendapat pemikiran seperti itu?"
First berkata tidak santai, dan Thana masih dengan ekspresi menyebalkan miliknya.
"Oh? Kau saja memiliki fikiran seperti itu kepadaku. Mengapa aku tidak bisa?"
"Itu karena aku mengatakan yang sebenarnya, kau tidak pernah berkencan dengan gadis manapun. Dan tidak tertarik dengan gadis manapun juga."
First dan Thana masih beradu mulut dengan sengit, sementara yang lain hanya asyik menonton sembari menyesap bir masing-masing. Mereka sudah terbiasa dengan perdebatan tidak bermutu antara First dan Thana. Itu sebabnya mereka tidak melerainya melainkan menontonnya, karena mereka juga menikmati perdebatan mereka.
"Kau tidak memiliki cermin? Ingin aku belikan sekaligus pabriknya? Kau juga tidak pernah berkencan!"
Thana yang awalnya santai mulai tersulut saat First mengeluarkan kata-kata menyebalkan miliknya. Sedang First yang mendapat respon seperti itu melotot tidak terima.
"Hei-"
"Apa? Bukankah yang aku katakan itu fakta? Kau tidak pernah berkencan dengan gadis manapun. Kau hanya terus-terusan menempel bersama dengan Khett."
Khema menyemburkan birnya saat mendengar perkataan Thana, dan memukul tengkuknya cukup keras. Membuat Thana menatap garang sang pelaku, tidak terima.
"Apa-apaan kau ini."
"Kau. Kau. Astaga. Namaku Khemakheet Deetawat."
Keluh Khema frustasi karena semua temannya tidak ada yang memanggilnya dengan benar.
"Khett lebih mudah. Juga, Khett itu masih ada miripnya dengan namamu."
Drake berujar santai dan Khema hanya bisa menghela nafas frustasi. Memilih mengalah, namun saat mengingat kalimat awal yang Thana utarakan, membuatnya kembali memukul tengkuk Thana.
"Astaga. Apalagi kali ini? Kau fikir pukulanmu tidak menyakitkan?"
Raung Thana dan akan membalas pukulan Khema namun First menghentikannya.
"Itu karena mulutmu, mengatakan hal tidak bermutu. Aku dan Khett sudah berteman sejak-"
"Cukup, okay. Thana, sepertinya kau harus kecewa kali ini."
Perkataan First terpotong akibat kalimat serius yang Wave utarakan.
"Lihatlah."Thana, Drake, First, dan Khema langsung saja mengerubungi ponsel Wave yang diletakkan pemiliknya di tengah-tengah meja."Kosong?"Khema memandang bingung dan menatap Wave yang mengangguk, meyakinkan teman-temannya yang masih belum yakin dan masih mencoba untuk menggeser layar namun tidak menemukan apapun."Tapi aku kurang yakin, aku akan mencarinya kembali. Kalian ikut?"Wave meletakkan gelasnya dan meraih ponsel miliknya, bertanya kepada teman-temannya seraya beranjak."Aku ikut."Thana berujar dan berdiri dari duduknya, mengikuti langkah Wave menuju ruangan pribadi, ruangan Wave di lantai empat.Wave merupakan pemilik bar yang mereka tempati berkumpul. Bar Wave sudah ada sejak pemuda itu berusia tujuh belas tahun. Dan sudah memiliki beberapa cabang.Awalnya bar Wave dikelola ol
Setelah insiden di kantin Fakultas Seni Musik, dimana Krist yang mengomel tanpa menghiraukan jika mereka menjadi tontonan. Satu bulan telah berlalu, New yang membawa banyak penghargaan karena mengikuti berbagai lomba. Juga Thana yang sama seperti adiknya, membawa penghargaan setelah memenangkan turnamen.Kini akhirnya mereka semua berkumpul di meja makan. Memakan hidangan yang dimasak khusus oleh member tertua, Lion dan Krist. Semua menyantap hidangan dengan lahap dengan sesekali mengobrol ringan."Kak. Besok New mau ajak Claire pacaran."Celetuk New, membuat sebagian besar yang lebih tua tersedak. Bahkan Thana pun juga tersedak, namun dengan pandainya Thana menahannya hingga netranya berkaca-kaca."Kalian kenapa? Kenapa tersedak berjamaah?"New menatap semua orang di meja makan bingung. Sedang yang lain dengan serentak meneguk air minum untuk meredakan tenggorokan mereka yang perih."Yah. Kecuali Thana."
"Adik biadab."Thana mendesis saat mengatakan itu, menyebabkan teman-temannya mematung dan melepas pegangannya kepada Thana."Thana."Panggilan Phan tidak dihiraukan oleh Thana. Pemuda itu masih mengatur napasnya yang tidak beraturan akibat emosi yang tidak dapat dikontrol."Bocah itu...."Melihat Thana yang mulai mengontrol emosinya, Lion menyentuh pundak pemuda yang lebih muda darinya, namun dengan kasar Thana menghempaskan tangan Lion dan mendorongnya hingga terjatuh di lantai. Dan untung saja punggung Lion tidak terkena meja televisi."LEPASKAN! BRENGSEK!"Teriakan dan tindakan Thana mengejutkan semua orang. Dimana pemuda itu semakin marah, dan emosinya kembali naik.Namun, detik berikutnya bunyi pukulan menyentak mereka. Phan yang kali pertamanya mengangkat tangan untuk memukul seseorang, dan itu adalah sahabatnya sendiri, Thana.Thana yang mendapat p
Sudah satu minggu sejak pertengkaran antara New dengan Thana, dan selama itu pula keadaan rumah sangat tidak nyaman. Di mana Phan dan Thana yang hanya sekedar saling bertegur sapa. Krist yang merasa canggung karena Lion dan Jump memiliki project berdua serta selalu menghabiskan waktu di studio karena deadline yang sudah dekat. Sedangkan New, setelah keluar dari rumah hari itu belum pernah kembali hingga saat ini.Dan itu tentu saja membuat Krist khawatir, namun Phan berkata jika dia pernah melihat New di sekitar kampus. Mengetahui itu, Krist sedikit tenang karena dia bisa menduga jika New tidak terluka.Thana yang merasa bosan, memutuskan untuk keluar sekedar menghirup udara segar di taman yang tidak jauh dari kediaman.Tiba di taman, Thana langsung saja mendudukkan dirinya di kursi yang terletak lumayan jauh dari jalan. Suasana yang nyaman membuat Thana hampir saja mengarungi mimpi, namun dirinya dikejutkan oleh tepukan ringan di bahunya. Memb
"New."Merasa terpanggil, New sontak menoleh dan melihat seorang gadis yang tidak dikenalinya. Berdiri canggung di samping tempat duduknya."Eum.... Ya?"Bingung, New merespon seadanya. Bukan maksud sombong, hanya saja New benar-benar tidak pernah bertemu, bahkan melihat gadis tersebut."Itu.... Tadi saya bertemu dengan dosen Mata Kuliah Sosiologi. Beliau memanggilmu, dan mengatakan untuk datang ke ruangannya."Mendengar itu New mengangguk mengerti seraya tersenyum manis dan mendapat respon yang sama dari gadis tersebut."Terima kasih, ya."Gadis itu mengangguk dan beranjak meninggalkan New beserta teman-temannya yang sejak tadi hanya diam, menyimak pembicaraan New dengan gadis asing itu."Dia cantik, New."New langsung saja menoleh saat mendengar salah satu temannya berbicara. Tersenyum sinis dan merampas ponselnya yang seenaknya digunakan oleh temannya itu.
"Hei. Kalian tahu? Pak Arief itu suka dengan New, makanya dia mengajak New ke Jerman."Thana yang sedang duduk di cafe seorang diri, sayup-sayup mendengar percakapan seorang pemuda yang diketahuinya sebagai Mahasiswa Keperawatan."Kau ini. Sudah pasti pak Arief menyukai New, kau tahu sendiri pemuda itu terlalu baik, ditambah dia memiliki otak cerdas. Bagaimana pak Arief tidak membawanya ke Jerman, jika dia baru saja memenangkan Karya Tulis Ilmiah yang bersangkutan dengan seminar di Jerman nantinya."Pembicaraan itu berlanjut dengan tanggapan temannya, yang dengan santai berbicara sembari memakan makanan yang tersedia di atas meja.Tuk!"Au. Kenapa kau menyentil dahiku? Kau kira itu tidak menyakitkan!"Thana masih saja menyimak pembicaraan kedua pemuda itu tanpa disadarinya. Bahkan kini Thana berpindah duduk di dekat mereka, penasaran dengan kelanjutan gosip tersebut.Mahasiswa yang menggosipka
"First, bantu aku."First langsung saja tersedak saat mendengar suara Thana juga tepukan di bahunya. Menatap tajam Thana yang dengan santainya duduk di hadapannya."Bisakah kau datang dengan pemberitahuan? Kau hampir membuatku mati."First bersungut-sungut, sedangkan Thana hanya merespon dengan alis yang terangkat."Tapi kau belum mati, bukan?"First melotot saat mendengar pertanyaan sarkas yang Thana ucapkan kepadanya. Membuat pemuda cerewet itu melempar Thana dengan sendok garpu kecil yang sebelumnya digunakan untuk makan kue bolu.Thana yang tidak sempat menghindar meringis lantaran lemparan First yang mengenai pelipisnya."Bantuan apa yang kau inginkan?"First bertanya sinis dan mengambil kembali sendok garpu yang sempat melayang dan mendarat di pelipis Thana. Kemudian dengan santai memakan kue bolu yang belum habis."Kau tahu sendiri tentang apa itu."
"New."New yang sedang menikmati semilir angin sore di taman menoleh. Dan mendapati seorang pemuda yang sangat dikenalinya sedang berjalan menghampirinya."Kak Joss?" New tersenyum dan bergeser saat pemuda tersebut sudah berada di hadapannya."Tumben kakak ke sini sore-sore." New memulai percakapan saat Joss sudah duduk di sampingnya. Dan yang lebih tua terkekeh kecil menanggapi kebingungan yang lebih muda."Tadi kakak beli makanan, dan melihatmu duduk di sini," ujar Joss masih dengan kekehannya, dan New hanya mengangguk mengerti."Beberapa hari yang lalu kakak bertemu dengan Krath."New langsung saja menatap penuh Joss, saat ia menyelesaikan kalimatnya. Setelahnya New menunduk dengan tujuan menyembunyikan netranya yang mulai berkaca-kaca. Joss yang melihat itu langsung saja menepuk pundak New, membuat yang lebih muda mengangkat kepalanya dan menatap Joss yang tersenyum mene