"Adik biadab."
Thana mendesis saat mengatakan itu, menyebabkan teman-temannya mematung dan melepas pegangannya kepada Thana. "Thana." Panggilan Phan tidak dihiraukan oleh Thana. Pemuda itu masih mengatur napasnya yang tidak beraturan akibat emosi yang tidak dapat dikontrol."Bocah itu...."Melihat Thana yang mulai mengontrol emosinya, Lion menyentuh pundak pemuda yang lebih muda darinya, namun dengan kasar Thana menghempaskan tangan Lion dan mendorongnya hingga terjatuh di lantai. Dan untung saja punggung Lion tidak terkena meja televisi."LEPASKAN! BRENGSEK!"Teriakan dan tindakan Thana mengejutkan semua orang. Dimana pemuda itu semakin marah, dan emosinya kembali naik.Namun, detik berikutnya bunyi pukulan menyentak mereka. Phan yang kali pertamanya mengangkat tangan untuk memukul seseorang, dan itu adalah sahabatnya sendiri, Thana.Thana yang mendapat pSudah satu minggu sejak pertengkaran antara New dengan Thana, dan selama itu pula keadaan rumah sangat tidak nyaman. Di mana Phan dan Thana yang hanya sekedar saling bertegur sapa. Krist yang merasa canggung karena Lion dan Jump memiliki project berdua serta selalu menghabiskan waktu di studio karena deadline yang sudah dekat. Sedangkan New, setelah keluar dari rumah hari itu belum pernah kembali hingga saat ini.Dan itu tentu saja membuat Krist khawatir, namun Phan berkata jika dia pernah melihat New di sekitar kampus. Mengetahui itu, Krist sedikit tenang karena dia bisa menduga jika New tidak terluka.Thana yang merasa bosan, memutuskan untuk keluar sekedar menghirup udara segar di taman yang tidak jauh dari kediaman.Tiba di taman, Thana langsung saja mendudukkan dirinya di kursi yang terletak lumayan jauh dari jalan. Suasana yang nyaman membuat Thana hampir saja mengarungi mimpi, namun dirinya dikejutkan oleh tepukan ringan di bahunya. Memb
"New."Merasa terpanggil, New sontak menoleh dan melihat seorang gadis yang tidak dikenalinya. Berdiri canggung di samping tempat duduknya."Eum.... Ya?"Bingung, New merespon seadanya. Bukan maksud sombong, hanya saja New benar-benar tidak pernah bertemu, bahkan melihat gadis tersebut."Itu.... Tadi saya bertemu dengan dosen Mata Kuliah Sosiologi. Beliau memanggilmu, dan mengatakan untuk datang ke ruangannya."Mendengar itu New mengangguk mengerti seraya tersenyum manis dan mendapat respon yang sama dari gadis tersebut."Terima kasih, ya."Gadis itu mengangguk dan beranjak meninggalkan New beserta teman-temannya yang sejak tadi hanya diam, menyimak pembicaraan New dengan gadis asing itu."Dia cantik, New."New langsung saja menoleh saat mendengar salah satu temannya berbicara. Tersenyum sinis dan merampas ponselnya yang seenaknya digunakan oleh temannya itu.
"Hei. Kalian tahu? Pak Arief itu suka dengan New, makanya dia mengajak New ke Jerman."Thana yang sedang duduk di cafe seorang diri, sayup-sayup mendengar percakapan seorang pemuda yang diketahuinya sebagai Mahasiswa Keperawatan."Kau ini. Sudah pasti pak Arief menyukai New, kau tahu sendiri pemuda itu terlalu baik, ditambah dia memiliki otak cerdas. Bagaimana pak Arief tidak membawanya ke Jerman, jika dia baru saja memenangkan Karya Tulis Ilmiah yang bersangkutan dengan seminar di Jerman nantinya."Pembicaraan itu berlanjut dengan tanggapan temannya, yang dengan santai berbicara sembari memakan makanan yang tersedia di atas meja.Tuk!"Au. Kenapa kau menyentil dahiku? Kau kira itu tidak menyakitkan!"Thana masih saja menyimak pembicaraan kedua pemuda itu tanpa disadarinya. Bahkan kini Thana berpindah duduk di dekat mereka, penasaran dengan kelanjutan gosip tersebut.Mahasiswa yang menggosipka
"First, bantu aku."First langsung saja tersedak saat mendengar suara Thana juga tepukan di bahunya. Menatap tajam Thana yang dengan santainya duduk di hadapannya."Bisakah kau datang dengan pemberitahuan? Kau hampir membuatku mati."First bersungut-sungut, sedangkan Thana hanya merespon dengan alis yang terangkat."Tapi kau belum mati, bukan?"First melotot saat mendengar pertanyaan sarkas yang Thana ucapkan kepadanya. Membuat pemuda cerewet itu melempar Thana dengan sendok garpu kecil yang sebelumnya digunakan untuk makan kue bolu.Thana yang tidak sempat menghindar meringis lantaran lemparan First yang mengenai pelipisnya."Bantuan apa yang kau inginkan?"First bertanya sinis dan mengambil kembali sendok garpu yang sempat melayang dan mendarat di pelipis Thana. Kemudian dengan santai memakan kue bolu yang belum habis."Kau tahu sendiri tentang apa itu."
"New."New yang sedang menikmati semilir angin sore di taman menoleh. Dan mendapati seorang pemuda yang sangat dikenalinya sedang berjalan menghampirinya."Kak Joss?" New tersenyum dan bergeser saat pemuda tersebut sudah berada di hadapannya."Tumben kakak ke sini sore-sore." New memulai percakapan saat Joss sudah duduk di sampingnya. Dan yang lebih tua terkekeh kecil menanggapi kebingungan yang lebih muda."Tadi kakak beli makanan, dan melihatmu duduk di sini," ujar Joss masih dengan kekehannya, dan New hanya mengangguk mengerti."Beberapa hari yang lalu kakak bertemu dengan Krath."New langsung saja menatap penuh Joss, saat ia menyelesaikan kalimatnya. Setelahnya New menunduk dengan tujuan menyembunyikan netranya yang mulai berkaca-kaca. Joss yang melihat itu langsung saja menepuk pundak New, membuat yang lebih muda mengangkat kepalanya dan menatap Joss yang tersenyum mene
"Apa kita tidak terlalu keras kepadanya?" Phan berujar saat New sudah tidak ada lagi di ruang tengah. Pemuda yang lebih pendek dari kelima temannya itu menatap penghuni ruang tengah satu-persatu. Dan terakhir dirinya melihat Thana menyebabkan kontak mata selama lima detik."Persetan dengan dirinya," Thana berujar acuh tak acuh setelah melepas kontak mata antara dirinya dan Phan yang membuat Krist melemparnya dengan bantal sofa, dan secara kebetulan tepat mengenai wajahnya."Aku sangat ingin menghajar mulut busukmu itu," rutuk Krist sembari merampas bantal sofa yang telah dilemparnya dari tangan Thana.Thana yang melihat hal tersebut hanya membuang muka dan kembali memainkan ponselnya. Sedang Krist yang mendapat respon seperti itu berang dan kembali melempar Thana."Krist!" pekik Thana karena kembali terganggu. Dan mendapat tatapan tajam Krist."Apa?!" hardik Krist yang mendapat gelengan serta senyum kecut Thana.
Setelah semua situasi kembali kondusif, dengan member B2F2 yang tersisa di rumah. Mereka duduk di ruang tengah dengan keheningan. Sibuk dengan fikirannya masing-masing. Kecuali Thana yang masih asyik memainkan game di ponsel pintarnya.Jump yang melihat hal tersebut merasa jengah. Menyebabkan pemuda tampan itu menendang tangan Thana dan membuat ponselnya terjatuh, yang untung saja jatuhnya di karpet bulu."Sial! Jump!" teriak Thana dan menendang balik karena permainannya berakhir dengan kekalahan, hal tersebut malah mendapat tatapan tajam dari Jump. Membuat Thana menaikkan salah satu alisnya, bingung akan respon yang Jump berikan kepadanya. Padahal jelas-jelas Jump yang bersalah di sini, karena dialah yang memulai keributan."Tidak tahukah kau? Kita sibuk berfikir dan kau asyik memainkan ponsel jelek mu itu?" geram Jump masih dengan tatapan tajamnya, bahkan nada suara yang digunakannya sangat rendah akibat emosi yang ditahannya."A
Pukul 08.00 pagi keadaan rumah B2F2 kacau, teriakan juga tangisan serta perasaan khawatir memenuhi seluruh penghuni rumah. Keadaan itu berawal dari aktivitas rutin mereka, yaitu sarapan bersama. Namun, dua member yang sejak tiga tahun berperang dingin tidak terlihat batang hidungnya, membuat leader B2F2 itu panik dan menelfon mereka.Lion sedikit tenang saat Thana mengangkat panggilannya. Dan mengatakan jika dirinya pergi ke studio terlebih dahulu, juga mengucapkan permintaan maaf karena tidak sempat memberi kabar. Serta bertanya apa yang membuat Lion sebegitu khawatirnya. Dan saat mendapat jawaban dari sang leader. Thana hampir saja murka, namun dia masih bisa menahan diri.Dan yang membuat keadaan asrama semakin kacau adalah New yang meninggalkan ponselnya di meja nakas samping tempat tidurnya. Meninggalkan tempat tidur yang tersusun rapi juga dingin. Terlihat bila pemuda itu telah meninggalkan asrama sejak subuh atau bahkan saat sem