Share

Bab 6 : Kesibukan New

"Lihatlah."

Thana, Drake, First, dan Khema langsung saja mengerubungi ponsel Wave yang diletakkan pemiliknya di tengah-tengah meja.

"Kosong?"

Khema memandang bingung dan menatap Wave yang mengangguk, meyakinkan teman-temannya yang masih belum yakin dan masih mencoba untuk menggeser layar namun tidak menemukan apapun.

"Tapi aku kurang yakin, aku akan mencarinya kembali. Kalian ikut?"

Wave meletakkan gelasnya dan meraih ponsel miliknya, bertanya kepada teman-temannya seraya beranjak.

"Aku ikut."

Thana berujar dan berdiri dari duduknya, mengikuti langkah Wave menuju ruangan pribadi, ruangan Wave di lantai empat.

Wave merupakan pemilik bar yang mereka tempati berkumpul. Bar Wave sudah ada sejak pemuda itu berusia tujuh belas tahun. Dan sudah memiliki beberapa cabang. 

Awalnya bar Wave dikelola oleh salah satu orang kepercayaan ayahnya, dan saat Wave memasuki tahun pertama kuliah. Wave mulai mengambil alih.

Tiba di ruang pribadi Wave, mereka semua duduk di sofa sedangkan Wave sendiri berjalan menuju meja yang letaknya di tengah ruangan. Mengutak-atik sesuatu kemudian muncul hologram yang memenuhi seluruh ruangan. Mengetik sesuatu di layar hologramnya kemudian menyeringai.

"Oh. Data dirinya memiliki keamanan tinggi ternyata. Pantas saja ponselku tidak tertandingi"

Semua dapat mendengar gumaman Wave karena heningnya ruangan. Sedangkan Wave masih sibuk dengan kode-kode rumit miliknya. 

"Ketemu!"

Seruan Wave menyentak mereka, dan melihat apa yang ditampilkan hologram. Wave memandang Thana yang juga tengah memandang dirinya. Kontak mata mereka terputus saat ponsel Thana bergetar. Meraih ponselnya dan melihat pesan yang Wave kirim kemudian tersenyum.

"Thanks Wave."

Wave mengangguk dan mematikan hologram serta elektronik miliknya. Kemudian mengambil beberapa kaleng bir dan meletakkan di meja.

"Wah. Padahal bukan kali pertama aku melihatnya, tapi aku masih saja kagum."

Cerocos First hanya ditanggapi oleh kekehan mereka semua.

"Aku juga menyadap ponselnya, jika dia menerima panggilan atau pesan dari orang. Itu akan masuk keponselmu, Than."

Thana mengangguk dan kembali mengatakan terima kasih.

...

Akhir-akhir ini New selalu pulang larut dan berangkat ke kampus paling awal, bahkan beberapa kali tidak pulang. Begitu pula dengan Thana, yang jarang pulang karena kegiatan yang diikutinya mengadakan turnamen. Menyebabkan pemuda tampan itu lebih banyak menghabiskan waktunya di kampus ataupun di tempat latihan.

"New!"

Seruan itu menyentak sang pemilik nama, menatap kesal si pemanggil seraya mengusap dadanya yang berdetak kencang.

"Kakak ini, kalau manggil biasa saja. New kaget."

Sewot New kemudian melempar Krist dengan kotak pensil yang ditangkap Krist dengan mudah, membuat New semakin kesal.

"Kamu ini jarang kelihatan dirumah. Sibuk sekali."

Krist berkata dan duduk di samping New, memperhatikan yang lebih muda.

"Dua hari lagi New akan mengikuti lomba debat, kemudian hari berikutnya karya tulis ilmiah, berikutnya lagi olimpiade, berikut-"

"Okay. Kamu super sibuk."

Krist langsung saja memotong perkataan New yang mengikuti banyaknya perlombaan.

New dan Thana memiliki keahliannya masing-masing, New yang ahli dalam bidang akademik sedangkan Thana dibidang non akademik.

"Jangan memaksakan dirimu, New."

New mengangguk tanpa menatap Krist yang menasehatinya. Sedangkan Krist menatap prihatin pemuda yang sudah seperti adiknya sendiri itu.

"Lalu, bagaimana dengan gadismu?"

New langsung saja menghentikan kegiatannya dan menatap Krist dengan mata membulat. 

"Kak Krist!"

Pekik New seraya memukul bahu Krist, menyebabkan pemuda yang lebih tua itu meringis akibat pukulan New yang tidak main-main.

"Sakit New, astaga."

"Salah kak Krist. Kenapa bertanya seperti itu. Dan apa-apaan sebutan itu?"

New bersungut-sungut dan memasukkan alat tulis beserta buku-bukunya kedalam tas. Melenggang tanpa menatap Krist yang berteriak memanggil namanya.

"Astaga, bocah itu."

Krist mendengus kesal dan beranjak meninggalkan taman. Tujuannya adalah kantin, tenggorokannya kering akibat menyumpahi bocah yang sialnya sudah dianggapnya adik.

Tiba di kantin, Krist melihat teman-temannya. Mereka sedang makan sambil berbincang dan sesekali terbahak. Krist yang melihat itu mendengus kesal. Dan menggebrak meja.

"Holy.... Shit?!"

"Damn...."

Umpat Jump dan Thana bersamaan seraya berteriak keras kearah Krist. Sedangkan Phan menatap kesal Krist seraya memegang dadanya yang berdetak kencang.

"Apa-apaan kau ini. Kau fikir harga jantung itu murah!"

Sembur Phan masih dengan tangan yang memegang dadanya, menatap murka pemuda yang lebih tua.

"LION!"

Krist tidak menghiraukan perkataan Phan dan berteriak tepat di depan wajah Lion seraya meraih gelas minuman Phan dan menyiram wajah Lion.

"KRIST!"

Raung Lion sedangkan Krist menatap Lion dengan tatapan tajam, menantang teman seumurannya tanpa menyadari jika mereka telah menjadi tontonan menarik.

"APA!"

Lion yang awalnya berdiri langsung saja duduk kembali dan meraih tisu yang disodorkan oleh Jump. Membersihkan wajahnya dari minuman Phan yang berwarna hijau.

"Kenapa kau menyemburkan air ke wajahku, hah!"

Krist bertanya murka, dan masih menatap tajam Lion. Tidak menghiraukan Phan yang sejak tadi menariknya untuk tenang dan duduk di kursi kosong antara Jump dan Phan.

"Salah sendiri. Kenapa kau datang-datang menggebrak meja. Kau fikir kita semua tidak rerkejut."

Lion menjawab kesal dengan tangan yang masih sibuk membersihkan pakaiannya, walau itu percuma. Karena minuman Phan yang berwarna hijau dan kemeja yang digunakannya berwarna putih.

"Itu juga salahmu, Krist. Ada apa denganmu? Kau sendiri tahu kau yang bersalah. Namun kenapa kau yang marah? Seperti gadis sedang datang bulan saja."

Phan berkata santai dan Krist yang mendengar itu melotot tidak terima. Kemudian menundukkan kepalanya, membuat teman-temannya semakin bingung dengan tingkah laku Krist.

"Itu karena kalian sudah tidak peduli lagi dengan New."

Krist berkata lirih dengan tangan yang meraih tisu, berniat membersihkan wajahnya.

"HAH!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status