"Lihatlah."
Thana, Drake, First, dan Khema langsung saja mengerubungi ponsel Wave yang diletakkan pemiliknya di tengah-tengah meja.
"Kosong?"
Khema memandang bingung dan menatap Wave yang mengangguk, meyakinkan teman-temannya yang masih belum yakin dan masih mencoba untuk menggeser layar namun tidak menemukan apapun.
"Tapi aku kurang yakin, aku akan mencarinya kembali. Kalian ikut?"
Wave meletakkan gelasnya dan meraih ponsel miliknya, bertanya kepada teman-temannya seraya beranjak.
"Aku ikut."
Thana berujar dan berdiri dari duduknya, mengikuti langkah Wave menuju ruangan pribadi, ruangan Wave di lantai empat.
Wave merupakan pemilik bar yang mereka tempati berkumpul. Bar Wave sudah ada sejak pemuda itu berusia tujuh belas tahun. Dan sudah memiliki beberapa cabang.
Awalnya bar Wave dikelola oleh salah satu orang kepercayaan ayahnya, dan saat Wave memasuki tahun pertama kuliah. Wave mulai mengambil alih.
Tiba di ruang pribadi Wave, mereka semua duduk di sofa sedangkan Wave sendiri berjalan menuju meja yang letaknya di tengah ruangan. Mengutak-atik sesuatu kemudian muncul hologram yang memenuhi seluruh ruangan. Mengetik sesuatu di layar hologramnya kemudian menyeringai.
"Oh. Data dirinya memiliki keamanan tinggi ternyata. Pantas saja ponselku tidak tertandingi"
Semua dapat mendengar gumaman Wave karena heningnya ruangan. Sedangkan Wave masih sibuk dengan kode-kode rumit miliknya.
"Ketemu!"
Seruan Wave menyentak mereka, dan melihat apa yang ditampilkan hologram. Wave memandang Thana yang juga tengah memandang dirinya. Kontak mata mereka terputus saat ponsel Thana bergetar. Meraih ponselnya dan melihat pesan yang Wave kirim kemudian tersenyum.
"Thanks Wave."
Wave mengangguk dan mematikan hologram serta elektronik miliknya. Kemudian mengambil beberapa kaleng bir dan meletakkan di meja.
"Wah. Padahal bukan kali pertama aku melihatnya, tapi aku masih saja kagum."
Cerocos First hanya ditanggapi oleh kekehan mereka semua.
"Aku juga menyadap ponselnya, jika dia menerima panggilan atau pesan dari orang. Itu akan masuk keponselmu, Than."
Thana mengangguk dan kembali mengatakan terima kasih.
...
Akhir-akhir ini New selalu pulang larut dan berangkat ke kampus paling awal, bahkan beberapa kali tidak pulang. Begitu pula dengan Thana, yang jarang pulang karena kegiatan yang diikutinya mengadakan turnamen. Menyebabkan pemuda tampan itu lebih banyak menghabiskan waktunya di kampus ataupun di tempat latihan.
"New!"
Seruan itu menyentak sang pemilik nama, menatap kesal si pemanggil seraya mengusap dadanya yang berdetak kencang.
"Kakak ini, kalau manggil biasa saja. New kaget."
Sewot New kemudian melempar Krist dengan kotak pensil yang ditangkap Krist dengan mudah, membuat New semakin kesal.
"Kamu ini jarang kelihatan dirumah. Sibuk sekali."
Krist berkata dan duduk di samping New, memperhatikan yang lebih muda.
"Dua hari lagi New akan mengikuti lomba debat, kemudian hari berikutnya karya tulis ilmiah, berikutnya lagi olimpiade, berikut-"
"Okay. Kamu super sibuk."
Krist langsung saja memotong perkataan New yang mengikuti banyaknya perlombaan.
New dan Thana memiliki keahliannya masing-masing, New yang ahli dalam bidang akademik sedangkan Thana dibidang non akademik.
"Jangan memaksakan dirimu, New."
New mengangguk tanpa menatap Krist yang menasehatinya. Sedangkan Krist menatap prihatin pemuda yang sudah seperti adiknya sendiri itu.
"Lalu, bagaimana dengan gadismu?"
New langsung saja menghentikan kegiatannya dan menatap Krist dengan mata membulat.
"Kak Krist!"
Pekik New seraya memukul bahu Krist, menyebabkan pemuda yang lebih tua itu meringis akibat pukulan New yang tidak main-main.
"Sakit New, astaga."
"Salah kak Krist. Kenapa bertanya seperti itu. Dan apa-apaan sebutan itu?"
New bersungut-sungut dan memasukkan alat tulis beserta buku-bukunya kedalam tas. Melenggang tanpa menatap Krist yang berteriak memanggil namanya.
"Astaga, bocah itu."
Krist mendengus kesal dan beranjak meninggalkan taman. Tujuannya adalah kantin, tenggorokannya kering akibat menyumpahi bocah yang sialnya sudah dianggapnya adik.
Tiba di kantin, Krist melihat teman-temannya. Mereka sedang makan sambil berbincang dan sesekali terbahak. Krist yang melihat itu mendengus kesal. Dan menggebrak meja.
"Holy.... Shit?!"
"Damn...."
Umpat Jump dan Thana bersamaan seraya berteriak keras kearah Krist. Sedangkan Phan menatap kesal Krist seraya memegang dadanya yang berdetak kencang.
"Apa-apaan kau ini. Kau fikir harga jantung itu murah!"
Sembur Phan masih dengan tangan yang memegang dadanya, menatap murka pemuda yang lebih tua.
"LION!"
Krist tidak menghiraukan perkataan Phan dan berteriak tepat di depan wajah Lion seraya meraih gelas minuman Phan dan menyiram wajah Lion.
"KRIST!"
Raung Lion sedangkan Krist menatap Lion dengan tatapan tajam, menantang teman seumurannya tanpa menyadari jika mereka telah menjadi tontonan menarik.
"APA!"
Lion yang awalnya berdiri langsung saja duduk kembali dan meraih tisu yang disodorkan oleh Jump. Membersihkan wajahnya dari minuman Phan yang berwarna hijau.
"Kenapa kau menyemburkan air ke wajahku, hah!"
Krist bertanya murka, dan masih menatap tajam Lion. Tidak menghiraukan Phan yang sejak tadi menariknya untuk tenang dan duduk di kursi kosong antara Jump dan Phan.
"Salah sendiri. Kenapa kau datang-datang menggebrak meja. Kau fikir kita semua tidak rerkejut."
Lion menjawab kesal dengan tangan yang masih sibuk membersihkan pakaiannya, walau itu percuma. Karena minuman Phan yang berwarna hijau dan kemeja yang digunakannya berwarna putih.
"Itu juga salahmu, Krist. Ada apa denganmu? Kau sendiri tahu kau yang bersalah. Namun kenapa kau yang marah? Seperti gadis sedang datang bulan saja."
Phan berkata santai dan Krist yang mendengar itu melotot tidak terima. Kemudian menundukkan kepalanya, membuat teman-temannya semakin bingung dengan tingkah laku Krist.
"Itu karena kalian sudah tidak peduli lagi dengan New."
Krist berkata lirih dengan tangan yang meraih tisu, berniat membersihkan wajahnya.
"HAH!"
Setelah insiden di kantin Fakultas Seni Musik, dimana Krist yang mengomel tanpa menghiraukan jika mereka menjadi tontonan. Satu bulan telah berlalu, New yang membawa banyak penghargaan karena mengikuti berbagai lomba. Juga Thana yang sama seperti adiknya, membawa penghargaan setelah memenangkan turnamen.Kini akhirnya mereka semua berkumpul di meja makan. Memakan hidangan yang dimasak khusus oleh member tertua, Lion dan Krist. Semua menyantap hidangan dengan lahap dengan sesekali mengobrol ringan."Kak. Besok New mau ajak Claire pacaran."Celetuk New, membuat sebagian besar yang lebih tua tersedak. Bahkan Thana pun juga tersedak, namun dengan pandainya Thana menahannya hingga netranya berkaca-kaca."Kalian kenapa? Kenapa tersedak berjamaah?"New menatap semua orang di meja makan bingung. Sedang yang lain dengan serentak meneguk air minum untuk meredakan tenggorokan mereka yang perih."Yah. Kecuali Thana."
"Adik biadab."Thana mendesis saat mengatakan itu, menyebabkan teman-temannya mematung dan melepas pegangannya kepada Thana."Thana."Panggilan Phan tidak dihiraukan oleh Thana. Pemuda itu masih mengatur napasnya yang tidak beraturan akibat emosi yang tidak dapat dikontrol."Bocah itu...."Melihat Thana yang mulai mengontrol emosinya, Lion menyentuh pundak pemuda yang lebih muda darinya, namun dengan kasar Thana menghempaskan tangan Lion dan mendorongnya hingga terjatuh di lantai. Dan untung saja punggung Lion tidak terkena meja televisi."LEPASKAN! BRENGSEK!"Teriakan dan tindakan Thana mengejutkan semua orang. Dimana pemuda itu semakin marah, dan emosinya kembali naik.Namun, detik berikutnya bunyi pukulan menyentak mereka. Phan yang kali pertamanya mengangkat tangan untuk memukul seseorang, dan itu adalah sahabatnya sendiri, Thana.Thana yang mendapat p
Sudah satu minggu sejak pertengkaran antara New dengan Thana, dan selama itu pula keadaan rumah sangat tidak nyaman. Di mana Phan dan Thana yang hanya sekedar saling bertegur sapa. Krist yang merasa canggung karena Lion dan Jump memiliki project berdua serta selalu menghabiskan waktu di studio karena deadline yang sudah dekat. Sedangkan New, setelah keluar dari rumah hari itu belum pernah kembali hingga saat ini.Dan itu tentu saja membuat Krist khawatir, namun Phan berkata jika dia pernah melihat New di sekitar kampus. Mengetahui itu, Krist sedikit tenang karena dia bisa menduga jika New tidak terluka.Thana yang merasa bosan, memutuskan untuk keluar sekedar menghirup udara segar di taman yang tidak jauh dari kediaman.Tiba di taman, Thana langsung saja mendudukkan dirinya di kursi yang terletak lumayan jauh dari jalan. Suasana yang nyaman membuat Thana hampir saja mengarungi mimpi, namun dirinya dikejutkan oleh tepukan ringan di bahunya. Memb
"New."Merasa terpanggil, New sontak menoleh dan melihat seorang gadis yang tidak dikenalinya. Berdiri canggung di samping tempat duduknya."Eum.... Ya?"Bingung, New merespon seadanya. Bukan maksud sombong, hanya saja New benar-benar tidak pernah bertemu, bahkan melihat gadis tersebut."Itu.... Tadi saya bertemu dengan dosen Mata Kuliah Sosiologi. Beliau memanggilmu, dan mengatakan untuk datang ke ruangannya."Mendengar itu New mengangguk mengerti seraya tersenyum manis dan mendapat respon yang sama dari gadis tersebut."Terima kasih, ya."Gadis itu mengangguk dan beranjak meninggalkan New beserta teman-temannya yang sejak tadi hanya diam, menyimak pembicaraan New dengan gadis asing itu."Dia cantik, New."New langsung saja menoleh saat mendengar salah satu temannya berbicara. Tersenyum sinis dan merampas ponselnya yang seenaknya digunakan oleh temannya itu.
"Hei. Kalian tahu? Pak Arief itu suka dengan New, makanya dia mengajak New ke Jerman."Thana yang sedang duduk di cafe seorang diri, sayup-sayup mendengar percakapan seorang pemuda yang diketahuinya sebagai Mahasiswa Keperawatan."Kau ini. Sudah pasti pak Arief menyukai New, kau tahu sendiri pemuda itu terlalu baik, ditambah dia memiliki otak cerdas. Bagaimana pak Arief tidak membawanya ke Jerman, jika dia baru saja memenangkan Karya Tulis Ilmiah yang bersangkutan dengan seminar di Jerman nantinya."Pembicaraan itu berlanjut dengan tanggapan temannya, yang dengan santai berbicara sembari memakan makanan yang tersedia di atas meja.Tuk!"Au. Kenapa kau menyentil dahiku? Kau kira itu tidak menyakitkan!"Thana masih saja menyimak pembicaraan kedua pemuda itu tanpa disadarinya. Bahkan kini Thana berpindah duduk di dekat mereka, penasaran dengan kelanjutan gosip tersebut.Mahasiswa yang menggosipka
"First, bantu aku."First langsung saja tersedak saat mendengar suara Thana juga tepukan di bahunya. Menatap tajam Thana yang dengan santainya duduk di hadapannya."Bisakah kau datang dengan pemberitahuan? Kau hampir membuatku mati."First bersungut-sungut, sedangkan Thana hanya merespon dengan alis yang terangkat."Tapi kau belum mati, bukan?"First melotot saat mendengar pertanyaan sarkas yang Thana ucapkan kepadanya. Membuat pemuda cerewet itu melempar Thana dengan sendok garpu kecil yang sebelumnya digunakan untuk makan kue bolu.Thana yang tidak sempat menghindar meringis lantaran lemparan First yang mengenai pelipisnya."Bantuan apa yang kau inginkan?"First bertanya sinis dan mengambil kembali sendok garpu yang sempat melayang dan mendarat di pelipis Thana. Kemudian dengan santai memakan kue bolu yang belum habis."Kau tahu sendiri tentang apa itu."
"New."New yang sedang menikmati semilir angin sore di taman menoleh. Dan mendapati seorang pemuda yang sangat dikenalinya sedang berjalan menghampirinya."Kak Joss?" New tersenyum dan bergeser saat pemuda tersebut sudah berada di hadapannya."Tumben kakak ke sini sore-sore." New memulai percakapan saat Joss sudah duduk di sampingnya. Dan yang lebih tua terkekeh kecil menanggapi kebingungan yang lebih muda."Tadi kakak beli makanan, dan melihatmu duduk di sini," ujar Joss masih dengan kekehannya, dan New hanya mengangguk mengerti."Beberapa hari yang lalu kakak bertemu dengan Krath."New langsung saja menatap penuh Joss, saat ia menyelesaikan kalimatnya. Setelahnya New menunduk dengan tujuan menyembunyikan netranya yang mulai berkaca-kaca. Joss yang melihat itu langsung saja menepuk pundak New, membuat yang lebih muda mengangkat kepalanya dan menatap Joss yang tersenyum mene
"Apa kita tidak terlalu keras kepadanya?" Phan berujar saat New sudah tidak ada lagi di ruang tengah. Pemuda yang lebih pendek dari kelima temannya itu menatap penghuni ruang tengah satu-persatu. Dan terakhir dirinya melihat Thana menyebabkan kontak mata selama lima detik."Persetan dengan dirinya," Thana berujar acuh tak acuh setelah melepas kontak mata antara dirinya dan Phan yang membuat Krist melemparnya dengan bantal sofa, dan secara kebetulan tepat mengenai wajahnya."Aku sangat ingin menghajar mulut busukmu itu," rutuk Krist sembari merampas bantal sofa yang telah dilemparnya dari tangan Thana.Thana yang melihat hal tersebut hanya membuang muka dan kembali memainkan ponselnya. Sedang Krist yang mendapat respon seperti itu berang dan kembali melempar Thana."Krist!" pekik Thana karena kembali terganggu. Dan mendapat tatapan tajam Krist."Apa?!" hardik Krist yang mendapat gelengan serta senyum kecut Thana.