Endah duduk di kamarnya, merencanakan langkah berikutnya dengan hati-hati. Dia tahu bahwa untuk menghancurkan kebahagiaan Marcel dan Rihana, dia harus melakukan sesuatu yang lebih drastis. Pikiran jahatnya berputar-putar, dan akhirnya dia menemukan cara yang kejam untuk mencapai tujuannya: membuat Rihana keguguran.Endah tahu bahwa Tommy, mantan kekasih Rihana, masih memiliki perasaan yang kuat terhadapnya. Dia memutuskan untuk memperalat Tommy tanpa memberitahunya bahwa Rihana sedang mengandung. Dengan cara ini, Tommy akan menjadi alat yang sempurna untuk melaksanakan rencananya tanpa menyadari dampak sebenarnya dari tindakannya.Endah menghubungi Tommy dan mengatur pertemuan di tempat yang sepi. Ketika mereka bertemu, Endah mulai berbicara dengan nada yang penuh simpati. “Tommy, aku tahu kamu masih mencintai Rihana. Aku juga tahu bahwa kamu ingin melihat Marcel menderita.”Tommy mengangguk, matanya penuh dengan kebencian. “Ya, aku ingin dia merasakan sakit yang sama seperti yang aku
Polisi datang ke rumah Endah untuk memberikan keterangan. Endah membuka pintu dengan wajah tenang, meskipun hatinya berdebar kencang. Dua polisi berpakaian dinas berdiri di depan pintu, salah satunya memperkenalkan diri sebagai Inspektur Rahman.“Selamat pagi, Bu Endah. Kami dari kepolisian. Kami ingin berbicara dengan Anda mengenai insiden yang terjadi di taman beberapa hari yang lalu,” kata Inspektur Rahman dengan suara tegas namun sopan.Endah mengangguk dan mempersilahkan mereka masuk. “Silakan masuk, Pak. Ada apa ini sebenarnya?”Setelah duduk di ruang tamu, Inspektur Rahman mulai menjelaskan. “Kami sedang menyelidiki insiden yang menyebabkan Rihana mengalami keguguran. Kami memiliki bukti CCTV yang menunjukkan bahwa Tommy, seorang kenalan Anda, meletakkan kulit pisang di jalur yang dilalui Rihana, menyebabkan dia jatuh.”Endah berpura-pura terkejut. “Tommy? Saya tidak mengenal siapapun bernama Tommy. Dan saya tidak tahu apa-apa tentang insiden itu.”Polisi lainnya, Sersan Budi,
Angin malam berhembus lembut di sebuah kafe yang terletak di sudut kota. Abidin duduk di salah satu meja, ditemani oleh temannya, Rukyadi. Kafe itu cukup sepi, hanya ada beberapa pengunjung yang menikmati minuman mereka dalam keheningan. Abidin menatap cangkir kopinya dengan tatapan kosong, pikirannya melayang jauh.“Rukyadi, aku baru saja mendengar berita bahwa Rihana mengalami keguguran,” kata Abidin dengan suara rendah, hampir berbisik.Rukyadi, seorang konselor yang sudah lama mengenal Abidin, mengangguk pelan. “Aku juga mendengarnya. Itu berita yang sangat menyedihkan.”Abidin menghela nafas panjang. “Aku masih dendam dengan Marcel dan ayahnya sudarta, begitu juga dengan Ruswanda. Mereka telah menghancurkan hidup ayahku, Mustafa. Perusahaan yang seharusnya menjadi milik ayahku sekarang berada di tangan mereka.”Rukyadi menatap Abidin dengan penuh perhatian. Dia tahu betapa dalamnya ambisi Abidin untuk menguasai perusahaan Ruswanda. “Abidin, aku mengerti perasaanmu. Tapi dendam ti
Suatu hari, berita mengejutkan tersebar bahwa Ruswanda, CEO yang dihormati telah masuk ke rumah sakit. Kabar ini membuat banyak orang khawatir terutama Sudarta teman dekatnya dan Subroto iparnya. Mereka segera bergegas ke rumah sakit untuk menjenguk Ruswanda.Di rumah sakit, Sudarta dan Subroto disambut oleh perawat yang mengarahkan mereka ke kamar Ruswanda. Ketika mereka masuk, mereka melihat Ruswanda terbaring di tempat tidur, terlihat lemah namun tetap berusaha tersenyum.“Ruswanda, bagaimana keadaanmu?” tanya Sudarta dengan suara penuh kekhawatiran.Ruswanda menghela nafas panjang. “Aku sudah tua, Sudarta. Tubuhku tidak sekuat dulu lagi. Tapi aku masih berjuang,” jawabnya dengan suara serak.Subroto duduk di samping tempat tidur Ruswanda. “Kamu harus kuat, Ruswanda. Kami semua mendukungmu. Perusahaan ini tidak akan sama tanpamu,” katanya dengan penuh semangat.Ruswanda tersenyum tipis. “Terima kasih, Subroto. Aku tahu kalian selalu ada untukku. Aku hanya berharap bisa melihat peru
Endah sedang termenung di kamarnya, merenungi kejadian-kejadian yang telah berlalu. Ia merasa beruntung karena Rihana, istri Marcel, telah memaafkannya. Kesalahan besar yang hampir membuatnya masuk penjara kini hanya menjadi kenangan pahit. Meskipun Rihana mengalami keguguran akibat insiden tersebut, ia tetap memaafkan Endah dengan hati yang besar.Hari-hari berlalu, namun rasa bersalah dan marah masih menghantui Endah. Ia tahu bahwa kesalahannya telah menyebabkan banyak penderitaan, terutama bagi Rihana dan Marcel. Namun, ada satu orang yang tidak bisa ia maafkan yaitu Tommy. Tommy adalah orang yang telah mengkhianatinya, menyebabkan semua masalah ini terjadi.Suatu hari, Endah memutuskan untuk menghadapi Tommy. Ia tidak bisa lagi menahan amarahnya. Dengan tekad yang bulat, ia pergi ke rumah Tommy. Ketika tiba di sana, ia merasa gugup namun tetap berusaha tegar. Ia mengetuk pintu dengan keras, berharap bisa melabrak Tommy dan menuntut penjelasan atas penghianatannya.Tommy membuka pi
Pagi harinya, Endah merasa heran mengapa foto wanita cantik yang menggoda Marcel sudah viral terlebih dahulu, padahal dia belum mengirimnya kepada siapapun. Rasa penasaran dan kekhawatiran mulai menghantui pikirannya. Dia segera menghubungi Tommy untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Tommy, aku heran, kenapa foto Marcel dan wanita itu sudah viral duluan? Aku belum mengirimnya kepada siapapun,” tanya Endah dengan nada bingung.Tommy, yang juga terkejut mendengar kabar itu, mencoba menenangkan Endah. “Aku tidak tahu, Endah. Mungkin ada orang lain yang juga mengambil foto mereka. Kita harus mencari tahu siapa yang menyebarkannya,” jawab Tommy dengan suara tenang.Endah merasa semakin cemas. “Tapi siapa yang bisa melakukan itu? Aku sudah merencanakan semuanya dengan hati-hati. Tidak mungkin ada orang lain yang tahu,” katanya sambil menggigit bibirnya.Tommy berpikir sejenak. “Mungkin ada seseorang yang diam-diam mengamati kita. Kita harus berhati-hati dan mencari tahu siapa yan
Di pagi hari yang tenang, Abidin membuka komputernya seperti biasa. Namun, ada sesuatu yang aneh. Beberapa file penting tampak telah diakses tanpa izin. Rasa curiga mulai merayapi pikirannya. Dengan cepat, Abidin memeriksa log aktivitas dan menemukan bahwa seseorang telah membobol komputernya.Dengan jantung berdebar, Abidin melacak jejak digital yang ditinggalkan oleh peretas tersebut. Setelah beberapa saat, ia menemukan bahwa Desi, seorang karyawan yang tampaknya tidak mencurigakan adalah pelakunya. Abidin merasa marah dan khawatir. Jika rencananya terbongkar, semua usahanya untuk menjatuhkan Marcel akan sia-sia.Abidin memutuskan untuk mengambil tindakan drastis. Ia mengirimkan pesan kepada Desi dengan nada yang sangat mengancam. “Desi, aku tahu apa yang telah kamu lakukan. Jika kamu berani membocorkan informasi ini, aku tidak akan ragu untuk menghabisimu. Ingat, aku bisa melakukan apa saja untuk melindungi rencanaku.”Desi, yang sedang duduk di mejanya, terkejut menerima pesan ter
Setelah melihat Abidin memiliki anak, Rihana merasa hatinya hancur. Kenangan pahit tentang kegugurannya sendiri kembali menghantui pikirannya. Meskipun ia berusaha tersenyum dan memberikan ucapan selamat kepada Abidin dan Destia, rasa sedih itu tetap tidak bisa disembunyikan. Marcel, yang selalu peka terhadap perasaan istrinya, merasakan perubahan suasana hati Rihana. Ia menggenggam tangan Rihana dengan erat, mencoba memberikan dukungan dan kekuatan. “Sayang, aku tahu ini sulit bagimu,” bisik Marcel lembut. “Tapi kita akan melalui ini bersama.” Rihana mengangguk pelan, air mata mulai mengalir di pipinya. “Aku hanya merasa begitu kosong, Kak Marcel. Melihat Abidin dan Destia dengan bayi mereka membuatku teringat akan kehilangan bayi kita.” Marcel memeluk Rihana erat-erat. “Kita akan mencoba lagi, dan aku yakin kita akan diberkati dengan anak suatu hari nanti.” Sementara itu, di sudut lain, Tommy dan Endah sedang merencanakan sesuatu yang jahat. Mereka telah lama menyimpan denda