Suatu hari, berita mengejutkan tersebar bahwa Ruswanda, CEO yang dihormati telah masuk ke rumah sakit. Kabar ini membuat banyak orang khawatir terutama Sudarta teman dekatnya dan Subroto iparnya. Mereka segera bergegas ke rumah sakit untuk menjenguk Ruswanda.Di rumah sakit, Sudarta dan Subroto disambut oleh perawat yang mengarahkan mereka ke kamar Ruswanda. Ketika mereka masuk, mereka melihat Ruswanda terbaring di tempat tidur, terlihat lemah namun tetap berusaha tersenyum.“Ruswanda, bagaimana keadaanmu?” tanya Sudarta dengan suara penuh kekhawatiran.Ruswanda menghela nafas panjang. “Aku sudah tua, Sudarta. Tubuhku tidak sekuat dulu lagi. Tapi aku masih berjuang,” jawabnya dengan suara serak.Subroto duduk di samping tempat tidur Ruswanda. “Kamu harus kuat, Ruswanda. Kami semua mendukungmu. Perusahaan ini tidak akan sama tanpamu,” katanya dengan penuh semangat.Ruswanda tersenyum tipis. “Terima kasih, Subroto. Aku tahu kalian selalu ada untukku. Aku hanya berharap bisa melihat peru
Endah sedang termenung di kamarnya, merenungi kejadian-kejadian yang telah berlalu. Ia merasa beruntung karena Rihana, istri Marcel, telah memaafkannya. Kesalahan besar yang hampir membuatnya masuk penjara kini hanya menjadi kenangan pahit. Meskipun Rihana mengalami keguguran akibat insiden tersebut, ia tetap memaafkan Endah dengan hati yang besar.Hari-hari berlalu, namun rasa bersalah dan marah masih menghantui Endah. Ia tahu bahwa kesalahannya telah menyebabkan banyak penderitaan, terutama bagi Rihana dan Marcel. Namun, ada satu orang yang tidak bisa ia maafkan yaitu Tommy. Tommy adalah orang yang telah mengkhianatinya, menyebabkan semua masalah ini terjadi.Suatu hari, Endah memutuskan untuk menghadapi Tommy. Ia tidak bisa lagi menahan amarahnya. Dengan tekad yang bulat, ia pergi ke rumah Tommy. Ketika tiba di sana, ia merasa gugup namun tetap berusaha tegar. Ia mengetuk pintu dengan keras, berharap bisa melabrak Tommy dan menuntut penjelasan atas penghianatannya.Tommy membuka pi
Pagi harinya, Endah merasa heran mengapa foto wanita cantik yang menggoda Marcel sudah viral terlebih dahulu, padahal dia belum mengirimnya kepada siapapun. Rasa penasaran dan kekhawatiran mulai menghantui pikirannya. Dia segera menghubungi Tommy untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Tommy, aku heran, kenapa foto Marcel dan wanita itu sudah viral duluan? Aku belum mengirimnya kepada siapapun,” tanya Endah dengan nada bingung.Tommy, yang juga terkejut mendengar kabar itu, mencoba menenangkan Endah. “Aku tidak tahu, Endah. Mungkin ada orang lain yang juga mengambil foto mereka. Kita harus mencari tahu siapa yang menyebarkannya,” jawab Tommy dengan suara tenang.Endah merasa semakin cemas. “Tapi siapa yang bisa melakukan itu? Aku sudah merencanakan semuanya dengan hati-hati. Tidak mungkin ada orang lain yang tahu,” katanya sambil menggigit bibirnya.Tommy berpikir sejenak. “Mungkin ada seseorang yang diam-diam mengamati kita. Kita harus berhati-hati dan mencari tahu siapa yan
Di pagi hari yang tenang, Abidin membuka komputernya seperti biasa. Namun, ada sesuatu yang aneh. Beberapa file penting tampak telah diakses tanpa izin. Rasa curiga mulai merayapi pikirannya. Dengan cepat, Abidin memeriksa log aktivitas dan menemukan bahwa seseorang telah membobol komputernya.Dengan jantung berdebar, Abidin melacak jejak digital yang ditinggalkan oleh peretas tersebut. Setelah beberapa saat, ia menemukan bahwa Desi, seorang karyawan yang tampaknya tidak mencurigakan adalah pelakunya. Abidin merasa marah dan khawatir. Jika rencananya terbongkar, semua usahanya untuk menjatuhkan Marcel akan sia-sia.Abidin memutuskan untuk mengambil tindakan drastis. Ia mengirimkan pesan kepada Desi dengan nada yang sangat mengancam. “Desi, aku tahu apa yang telah kamu lakukan. Jika kamu berani membocorkan informasi ini, aku tidak akan ragu untuk menghabisimu. Ingat, aku bisa melakukan apa saja untuk melindungi rencanaku.”Desi, yang sedang duduk di mejanya, terkejut menerima pesan ter
Setelah melihat Abidin memiliki anak, Rihana merasa hatinya hancur. Kenangan pahit tentang kegugurannya sendiri kembali menghantui pikirannya. Meskipun ia berusaha tersenyum dan memberikan ucapan selamat kepada Abidin dan Destia, rasa sedih itu tetap tidak bisa disembunyikan. Marcel, yang selalu peka terhadap perasaan istrinya, merasakan perubahan suasana hati Rihana. Ia menggenggam tangan Rihana dengan erat, mencoba memberikan dukungan dan kekuatan. “Sayang, aku tahu ini sulit bagimu,” bisik Marcel lembut. “Tapi kita akan melalui ini bersama.” Rihana mengangguk pelan, air mata mulai mengalir di pipinya. “Aku hanya merasa begitu kosong, Kak Marcel. Melihat Abidin dan Destia dengan bayi mereka membuatku teringat akan kehilangan bayi kita.” Marcel memeluk Rihana erat-erat. “Kita akan mencoba lagi, dan aku yakin kita akan diberkati dengan anak suatu hari nanti.” Sementara itu, di sudut lain, Tommy dan Endah sedang merencanakan sesuatu yang jahat. Mereka telah lama menyimpan denda
Keesokan paginya, seluruh karyawan berkumpul di ruang rapat, menunggu pengumuman penting dari dewan direksi. Suasana tegang terasa di udara. Akankah Abidin dipecat, atau akankah dewan memberikan kesempatan kedua? Semua mata tertuju pada pintu ruang rapat, menunggu dengan napas tertahan.Pak Haris akhirnya muncul dan berdiri di depan ruangan. “Setelah mempertimbangkan semua bukti dan penjelasan, dewan direksi telah memutuskan bahwa Abidin akan diberhentikan dari jabatannya sebagai pemimpin perusahaan cabang.”Suara gemuruh terdengar di ruangan itu. Beberapa karyawan tampak lega, sementara yang lain masih terkejut. Abidin, yang berdiri di sudut ruangan, merasa dunianya runtuh. Ia tahu bahwa ini adalah akhir dari kariernya di perusahaan ini.Marcel, yang juga berada di ruangan itu, merasa campur aduk. Di satu sisi, ia merasa simpati terhadap Abidin, tetapi di sisi lain, ia tahu bahwa ini adalah kesempatan baginya untuk membuktikan dirinya. Pak Haris melanjutkan, “Kami juga telah memutusk
Pagi itu, Ruswanda, seorang direktur dari perusahaan PT.RSTI, akhirnya keluar dari rumah sakit. Dokter mendiagnosa bahwa Ruswanda sembuh total setelah menjalani perawatan intensif selama beberapa bulan. Sudarta, sahabat sekaligus rekan kerja Ruswanda, merasa sangat bahagia melihat Ruswanda kembali sehat dan siap bekerja seperti biasa.Setibanya di kantor, Ruswanda disambut dengan hangat oleh para karyawan. Mereka semua merasa lega dan senang melihat direktur mereka kembali. Ruswanda langsung menuju ruangannya, diikuti oleh Sudarta yang tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya.“Pak Sudarta,” sahut Ruswanda sambil duduk di kursinya. “Selama saya tidak ada, ada kejadian apa saja di perusahaan kita?”Sudarta dengan cepat menjawab, “Pak Ruswanda, ada beberapa hal penting yang perlu Bapak ketahui. Salah satunya adalah Abidin telah dikeluarkan dari perusahaan.”Ruswanda mengernyitkan dahi, terkejut mendengar kabar tersebut. “Mengapa Abidin dikeluarkan? Apa yang terjadi?”Sudarta menghela n
“Nayla!” kata Sudarta dengan nada terkejut. “Jadi kamu yang menjadi investor kami?”Nayla, yang kini dikenal sebagai Mrs. Andrian, hanya bisa tersenyum tipis. “Ya, Pak Sudarta. Saya yang akan menjadi investor untuk kantor cabang di Tegal.”“Ya Tuhan, bagaimana ceritanya? Dulu kamu hanyalah seorang sekretaris, sekarang kamu menjadi orang hebat,” kata Sudarta, masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Nayla tersenyum lebih lebar. “Waktu dan kerja keras bisa mengubah banyak hal, Pak Sudarta. Saya telah bekerja keras untuk mencapai posisi ini.”Tiba-tiba, dari balik kerumunan, Abidin muncul dan berdiri di hadapan Sudarta. Wajah Sudarta berubah menjadi pucat. “Abidin, kaukah itu?” tanyanya dengan suara gemetar.“Benar, Pak! Saya Abidin yang sekarang menjadi bagian dari perusahaan Mrs. Andrian,” jawab Abidin dengan nada penuh kemenangan.Sudarta tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia merasa dunia seakan berputar di sekelilingnya. Dengan tangan gemetar, ia mempersilahkan Nayla dan Abidin