"Semalam kamu nginep di mana?" tanya Rania dengan wajah datar, begitu Bryan masuk ke kamar.
Bryan sempat terperanjat kaget melihat keberadaan Rania. Bukannya di jam segini Rania, sudah harus pergi ke butik? Bahkan Bryan sengaja datang di jam segini untuk menghindari Rania dan pertanyaan-pertanyaan yang akan di lontarkan oleh Rania. Tentang dimana dia semalam? Kenapa tidak pulang? Dan masih banyak lagi."A-aku ...," Bryan sedikit gelagapan karena jujur saat ini dia tidak bisa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Rania. Pikirannya sedang kacau."Sebenarnya kamu lagi menyembunyikan apa dari aku Bi?" tanya Rania tegas.Entah hanya firasatnya atau memang ini adalah sebuah kebenaran, tapi entah mengapa Rania merasa akhir-akhir ini Bryan agak sedikit berbeda dari yang biasanya.Bryan yang dulu dia kenal tidak seperti ini. Dari raut wajah Bryan, terlihat bahwa ada sesuatu yang sedang disembunyikan. Tapi apa."Please jujur sama aku, kalau memang ada yang kamu sembunyikan ... atau mungkin kamu ada masalah, kamu bisa cerita ke aku. Aku ini istri kamu Bi, cerita ke aku." Rania berjalan ke arah Bryan yang saat ini penampilannya benar-benar jauh dari kata rapi.Untuk pertama kalinya Rania melihat seorang Bryan yang selalu rapi dengan setelan kemejanya ketika pulang kerja, tiba-tiba hari ini pulang dengan keadaan lusuh.Bryan mengusap wajahnya kasar, kemudian menghela nafas berat. Dia tidak bisa menceritakan yang sebenarnya kepada Rania, wanita yang sangat dia cintai sekaligus wanita yang sudah dia sakiti secara perlahan dengan menyimpan wanita lain dibelakang."Bi, maaf tapi ... aku nggak bisa cerita ini ke kamu sekarang. I'm so sorry. Tapi aku janji, kalau udah waktunya pasti aku akan ceritakan semuanya." Bryan menatap Rania sendu.Rania tersenyum tipis. "Okey, kalau kamu nggak mau menceritakan semuanya ke aku sekarang. Tapi kamu harus janji untuk menceritakan ke aku semuanya kalo udah waktunya.""I'm promise."Saat ini memang Rania tidak bisa memaksakan agar Bryan menceritakan kepadanya tentang apa yang sebenarnya telah terjadi, mungkin ini bukan saat dan waktu yang tepat. Tetapi Rania yakin, Bryan pasti akan menceritakannya kelak. Bryan adalah orang yang terbuka menurut seorang Rania, mungkin memang belum waktunya saja atau mungkin Bryan memang tidak ingin menambah beban pikiran Rania, pikir Rania."Okey, kalau gitu sekarang kamu mandi trus nanti aku bawain sarapan ke sini. Air panas udah aku siapin."Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian santainya, Rania kemudian masuk dan membawa satu nampan berisi sarapan pagi untuk Bryan."Ini di makan. Trus hari ini kamu nggak ke kantor Bi?" Rania sambil menyodorkan sendok dan garpu ke Bryan."Aku mau istirahat dulu Bi. Untuk pekerjaan aku udah serahkan semua ke sekertaris ku."Rania mengangguk seadanya, sambil memperhatikan Bryan yang kini tengah lahap memakan sarapan paginya."Kamu sendiri nggak ke butik?" tanya Bryan begitu menghabiskan suapan terakhirnya."Aku pergi ke butik, cuma hari ini agak kesiangan karena tadi aku cemas nunggu kamu. Hari ini aku ada janji sama Dinda mau fitting gaun pernikahannya.""Ngomong-ngomong soal Dinda, tolong sampaikan maaf aku ke Dinda dan calon suaminya karena nggak sempat hadir di makan malam kemarin," sesal Bryan."It's okey, nanti aku sampaikan." Senyum tulus Rania walaupun tipis, tak pernah luntur dari bibir mungilnya, membuat perasaan bersalah itu selalu menghantui Bryan.Bagaimana bisa dia telah menyakiti hati wanita setulus Rania."Thank you Bi," ucap Bryan tiba-tiba.Rania menyerit. "Untuk?""Semuanya.""Ini udah kewajiban aku sebagai istri kamu Bi," jelas Rania. "Nggak perlu bilang terima kasih. Ini adalah tugas aku. Dan tugas kamu adalah menjadi kepala keluarga dan ayah yang baik, yang tidak akan pernah mengkhianati kepercayaan aku dan Ruby." Rania kembali tersenyum.Deg!!"Maaf aku tidak bisa menjadi seperti itu. Karena sekarang aku udah menjadi kepala keluarga sekaligus ayah yang buruk. Aku harap kamu bisa memaafkan aku, jika suatu saat kamu tahu yang sebenarnya terjadi," batin Bryan.***"Iya sih, parah banget kan aku-""Eh, ini pagi-pagi malah mengosip bukannya kerja," tegur Rania yang baru saja datang dan melihat karyawan-karyawanya yang sudah berkumpul entah membicarakan apa."Ah ibu, ini lho Bu kita lagi ngebahas soal Suci," timpal Airin.Rania mengerutkan keningnya. "Suci? Suci yang karyawan baru itu?" Ya, memang Suci adalah karyawan baru yang menggantikan Fitri yang sudah resign karena menikah."Iya Bu. Saya kan tetanggaan sama dia. Trus saya denger info dari ibu-ibu kompleks katanya suaminya Suci itu berselingkuh Bu. Makanya kita lagi ngebahas soal itu. Kasihan Suci Bu," tambah Wati."Iya Bu, saya turut prihatin lho. Kok bisa-bisanya Suci di selingkuhin, padahal Suci tuh udah cantik, baik, sopan, pinter cari duit pula. Emang ya laki-laki jaman sekarang itu nggak akan pernah puas hanya dengan satu wanita saja," ucap Airin dengan raut wajah penuh amarah."Jadi tambah takut buat nikah nih, kayanya harus dipikir 1000 kali deh," tambah wanita berkacamata bulat dengan rambut dikuncir kuda, Rere."Nggak semua laki-laki seperti itu kok," ucap Rania mengingatkan. Dan memang kenyataannya seperti itu, setiap orang memiliki sisi positif dan negatifnya berbeda-beda."Iya deh Bu, kaya Pak Bryan kan maksudnya hehehe. Andaikan ya Bu, semua laki-laki di dunia ini kaya Pak Bryan. Udah ganteng, tajir, setia dan baik hati. Huh, udah dipastikan saya bakal nikah muda deh hehehe," canda Wati."Dan tentunya nggak makan hati," timpal Rere."Plus nggak akan ada yang namanya patah hati club.""Apalagi sakit hati karena diselingkuhin.""Hahaha, kalian nih bisa aja. Pokoknya kita doakan yang terbaik saja untuk Suci, dan ingat jangan ngegibahin orang terus. Daripada pusing mikirin orang lain, mending pusing mikirin kerjaan yang ngasilin duit. Lagian Tuhan tuh udah punya rencana yang baik untuk Suci kok.""Iya juga ya Bu. Yaudah balik kerja guys. Deadline mengejar, tagihan mengejar dan cicilan mobil mengejar. Semangat!! semangat!! semangat!!" teriak Rere penuh semangat.Mereka pun kembali melanjutkan pekerjaan mereka yang tadi sempat tertunda.***"Sampai kapan kamu akan menjadi cewek simpanan terus? Apa kamu nggak cape, hah?"Wanita yang ditanyai itu hanya tersenyum miring. "Aku nggak cape, karena aku mencintai Bryan. Cinta aku tulus ke Bryan, begitu pun sebaliknya dan sampai kapanpun aku nggak akan pernah meninggalkan Bryan. Sekalipun aku harus berurusan dengan keluarga besar kalian.""Kamu harus ingat satu hal, aku mengingatkan ini sebagai seorang sahabat. Please kamu stop buat ganggu kehidupan rumah tangga Bryan, dia udah punya istri dan anak. Kamu harus berhenti, sebelum hidup kamu hancur," jelas wanita itu frustasi kepada sahabat kecilnya yang tidak mau melepaskan Bryan sama sekali.Entah harus bagaimana lagi dia harus menasehati Sahabat masa kecilnya ini."Aku nggak peduli, karena aku cinta sama Bryan dan begitu pun sebaliknya.""Kamu hanya dibutakan oleh cinta. Ini adalah peringatan terakhirku, tolong jauhi Bryan atau hidup kamu akan hancur begitu mereka tau yang sebenarnya." Wanita yang menggunakan dress merah maron selutut itu langsung pergi meninggalkan Sahabatnya.Ia hanya berniat untuk membuka pikiran Sahabat masa kecilnya itu sekaligus memperingati, agar meninggalkan Bryan sebelum semua tahu kebenarannya."Okey, fitting untuk acara akad nikahnya udah selesai. Tinggal nambahin beberapa ornamen dan kecilin bagian lengannya lagi kan biar keliatan pas sama badan kamu." Rania membaca note yang ditulisnya tadi."Yup bener banget, perfecto. Aku puas banget lho sama desain baju akad ini Nia. Ini tuh gaun impian aku banget." Dinda sangat bahagia.Syukurlah kalau Dinda sangat menyukainya, inilah salah satu tujuan butik milik Rania ini. Selalu memberikan pelayanan terbaik kepada para kliennya, hingga kliennya puas."Ohiya, kamu yakin mau nambah satu gaun lagi buat acara resepsi? Padahal kalau menurut aku ini udah pas banget buat akad sama resepsi, ini aku buat khusus satu gaun tapi 2 look." Rania memperhatikan gaun yang dikenakan Dinda."Iya tapi masalahnya aku pengen warna yang berbeda. Yah walaupun gaun ini tuh sebenarnya udah pas banget dipakai untuk akad dan resepsi karena bisa diubah-ubah. Tapi aku pengen warna yang berbeda antara di akad sama resepsi nanti."Rania mengangguk mengerti, maklu
Selamat Membaca Manteman😉🥀***Matahari pagi menyelinap masuk lewat celah- celah tirai, menyilaukan manik mataku.Aku mengerjap beberapa kali, mencoba menyesuaikan cahaya matahari yang menerpa wajah cantikku. Aku kemudian berbalik menatap wajah tampan orang yang sangat ku cintai, dia adalah suamiku, dan hal ini sudah merupakan rutinitasku setiap kali bangun tidur.Wajah tampan suamiku memang selalu menjadi candu bagiku dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah bosan untuk selalu memandangi wajah tampan itu."Morning bi ..." Sapa Bryan dengan suara seraknya, lalu memelukku dari samping sambil memejamkan mata. Kembali tertidur.Aku hanya mendengus melihat tingkah manja suami tampanku ini. Bagaimana bisa dia kembali tertidur, sedangkan sebentar lagi akan ada rapat dengan klien penting."Bi bangun ih ... nanti kamu telat lho. Hari ini kan k
Setelah selesai mambantu Bi Iyem membereskan sisa sarapan pagi tadi, aku segera menuju ke butik yang jaraknya tak jauh dari rumah.Sesampainya di sana, seperti biasa aku menyapa para karyawan-karyawanku dengan senyuman dan sesekali menanyakan kabar mereka."Selamat pagi Bu Rania," sapa Arini asisten pribadiku sekaligus tangan kananku di butik ini. Karena jika aku tidak bisa ke butik kalau Ruby sakit atau ada urusan lain, biasanya Arini lah yang akan selalu menghandle butik."Pagi Rin." Balasku dengan senyuman manis."Ini Bu, saya mau ngasih detail rancangan gaun pernikahan yang kemarin udah saya konfirmasi sama klien kita." Ucap Arini sambil menyodorkan beberapa desain kepadaku.Aku mengambilnya dan langsung berjalan menuju ruangan ku di lantai 2."Untuk sampel kainnya udah beres?""Udah Bu, sudah saya selesaikan juga kemarin." Ucap Arini
Malam harinya seperti biasa setelah Rania menidurkan Ruby dengan membacakan dongeng kesukaan Ruby, Rania segera menuju kamarnya dan Bryan, untuk segera beristirahat karena hari ini begitu sangat melelahkan baginya.Sesampainya di kamar, Rania tak mendapati Bryan di kamar. Tak biasanya Bryan jam segini belum pulang, padahal ini sudah pukul 21.45. Dan di jam begitu, biasanya Bryan sudah pulang dari kantor dan beristirahat di kamar.Tetapi entah mengapa, malam ini Bryan pulangnya terlambat."Ah, mungkin Mas Bryan lagi ada lembur. Kan akhir-akhir ini Mas Bryan lagi nanganin banyak proyek besar," ucap Rania berusaha menutupi segala fikiran negatif yang melayang di otaknya saat ini.Ia kemudian segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tetapi sebelum memejamkan mata sebuah notifikasi muncul di layar ponsel milik Rania.My Husband❤️*Bi ... malam ini aku ada
"Morning Bi ...," ucap Rania dari arah meja makan, begitu dia melihat Bryan yang baru saja pulang dan akan segera menaikki tangga yang berada tak jauh dari ruang makan keluarga.Bryan yang agaknya sedikit terburu-buru sedikit tersentak dengan sapaan sang istri.Bryan pun segera menghampiri Rania yang tengah menyiapkan sarapan dibantu Mbok Iyem."Eh, morning bi. Heuumm tumben kamu udah bangun jam segini, hmm." Ucap Bryan sambil mencium lembut kening sang istri."Nggak tumben kok Bi, jam segini kan biasanya aku udah bangun buat bantu Mbok Iyem bikinin sarapan pagi. Kamu ini gimana sih." Ucap Rania yang masih sibuk menata sarapan yang telah dibuatnya dan mbok Iyem di atas meja makan."Mbok tolong ambilkan nasi goreng kesukaan Ruby dan Bapak yang udah saya buat tadi ya." Mbok Iyem pun mengangguk. "Iya Bu.""Ohiya saya bisa minta tolong lagi nggak mbok? Tolong ban
Setelah Bryan membelikan makan malam untuk wanita itu dan dirinya, mereka pun makan malam bersama. Setelah itu, Bryan segera memberikan obat yang tadi sempat dibeli."Kamu yakin nggak mau ke dokter aja?" Tanya Bryan sambil menyerahkan beberapa tablet obat dan air putih.Wanita itu menggeleng lemah. "Nggak usah sweetie. Aku baik-baik aja kok.""Yaudah sekarang kamu istirahat ya, biar besok pas bangun kamu udah segeran lagi." Wanita itu pun mengiyakan ucapan Bryan dan segera membaringkan tubuhnya dibantu Bryan."Kalau gitu aku pergi dulu yah, soalnya aku udah janji sama Ruby mau nemenin dia kerja pr malam ini. Kamu cepat sembuh, biar kita-""Sweetie ... aku boleh minta sesuatu nggak sama kamu? Aku janji ini yang terakhir." Ucap wanita itu dengan tatapan teduhnya. Tatapan teduh yang membuat Bryan jatuh hati, pada saat pertama kali mereka bertemu."Emangnya kamu