Home / Pernikahan / Rumput Tetangga / BAB 2 DINDA KEMBALI

Share

BAB 2 DINDA KEMBALI

Setelah selesai mambantu Bi Iyem membereskan sisa sarapan pagi tadi, aku segera menuju ke butik yang jaraknya tak jauh dari rumah.

Sesampainya di sana, seperti biasa aku menyapa para karyawan-karyawanku dengan senyuman dan sesekali menanyakan kabar mereka.

"Selamat pagi Bu Rania," sapa Arini asisten pribadiku sekaligus tangan kananku di butik ini. Karena jika aku tidak bisa ke butik kalau Ruby sakit atau ada urusan lain, biasanya Arini lah yang akan selalu menghandle butik.

"Pagi Rin." Balasku dengan senyuman manis.

"Ini Bu, saya mau ngasih detail rancangan gaun pernikahan yang kemarin udah saya konfirmasi sama klien kita." Ucap Arini sambil menyodorkan beberapa desain kepadaku.

Aku mengambilnya dan langsung berjalan menuju ruangan ku di lantai 2.

"Untuk sampel kainnya udah beres?"

"Udah Bu, sudah saya selesaikan juga kemarin." Ucap Arini yang masih mengekoriku dari belakang.

"Good kalau gitu." Aku mengangguk sangat puas dengan pekerjaan yang dilakukan Arini yang sangat teliti dan rapih, hingga banyak klien dari butik ku yang selalu merasa puas.

"Iya Bu, kalau gitu saya permisi dulu Bu. Soalnya ada klien yang pagi ini mau fitting gaun pernikahan," pamit Arini begitu sampai di depan ruanganku.

"Okey."

Aku pun langsung masuk ke ruangan dan segera duduk, sambil melihat beberapa file desainku. Tak berselang lama tiba-tiba pintu ruanganku diketuk.

Tokk!! Tookkk!!! Tookkk!!!!

"Masuk." Perintahku yang masih asik melihat desain-desianku, takut-takut kalau ada yang masih kurang dari detail-detail desainku.

"Good morningggg Rania," ucap seseorang yang baru saja masuk dengan antusiasnya, mengalihkan perhatianku.

"Eh Dinda, morning." Aku sempat kaget melihatnya.

Aku lalu berdiri dan langsung cipika-cipiki dengannya. "Kangen banget aku, kamu kapan balik ke Jakarta? Kok nggak ngasih kabar sih?"

Dinda adalah sahabatku sejak SMA dulu dan kami sama-sama kuliah di Paris, tapi beda jurusan. Aku mengambil fashion desainer dan Dinda Bisnis.

Sejak selesai kuliah, aku kembali ke Jakarta dan Dinda mendapatkan tawaran untuk bekerja di salah satu perusahaan di Yogyakarta.

"Kemarin malam aku nyampe rumah. Sorry ya nggak bisa ngabarin kamu, soalnya kan aku mau ngasih surprise. Kalau aku ngasih tau kamu duluan, ya itu namanya bukan suprise dong." Ucap Dinda sambil mencubit gemas pipiku dan sudah menjadi kebiasaan Dinda ke aku.

"Iya-iya, duduk dulu yuk. Kita cerita-cerita, udah lama lho kita nggak ketemu." Aku mengajak Dinda untuk duduk di sofa yang dikhususkan untuk para klien penting jika ingin bertemu denganku.

"Ayo cerita ke aku kenapa tumben kamu bisa pulang secepat ini hmm? Aku tau lho kamu itu orang paling sibuk, bahkan Tante Marisa aja sampe ngeluh karna anak ceweknya ini jarang banget pulang ke Jakarta, sekalinya pulang setahun sekali," tanyaku yang mulai penasaran dengan kedatangan Dinda ke Jakarta.

"Jadi gini Nia, aku ...," Dinda sengaja mengantung ucapannya.

"Apaaan? Jangan bikin aku penasaran ah Din," tanyaku yang sudah tidak sabaran.

"Aku mau NIKAH Niaaaa," pekik Dinda senang.

Aku sangat kaget mendengar penuturan Dinda. Apa menikah? Yang benar saja seorang Dinda yang sudah gila kerja, memutuskan untuk menikah. Padahal dulu dia sangat ogah ketika membicarakan soal pernikahan. Tapi aku tetap bahagia mendengar kabar gembira ini, oh Tuhan akhirnya Dinda sahabatku mau menikah juga.

"Kamu serius Din? Yaampun aku turut bahagia dengernya, akhirnya ya. Aku jadi penasaran sama calon suami kamu, soalnya kok dia bisa banget ya menaklukkan hati seorang Dinda Wiraguna hehehe." Sambil menatap Dinda penasaran.

"Tenang, nanti aku kenali kamu sama dia ya. Pokoknya aku yakin banget sama dia. Dia 11 12 lah sama kaya Bryan, suami kamu. Setia dan orangnya tulus banget sayang sama aku. Aku udah buktiin sendiri."

Aku pun mengangguk, syukurlah kalau Dinda sahabatku sudah mendapatkan laki-laki yang tulus mencintainya.

"Trus kamu bakalan stay di Jakarta berapa lama Din? Trus kerjaan kamu di Yogyakarta gimana?" tanyaku sekali lagi pada Dinda.

"Ya aku bakal stay di sini sampai acara pernikahanku selesai, jadi aku bakal sering-sering nemuin kamu. Dan untuk pekerjaan, bos aku kasih kesempatan aku buat handle beberapa dari sini dan sisanya diselesaikan sama asisten pribadiku," jelas Dinda.

"Akhirnya aku bisa punya banyak waktu sama kamu nih hehehe," kekeh Dinda.

"Iya dong. Eh tapi untuk gaun pernikahannya aku yang desain dong," candaku.

"Iyalah, aku bakal serahin semua ke kamu. Lumayanlah punya sahabat desainer hehehe. Ada diskon kan?"

"Pasti ada lah, khusus buat kamu aku kasih diskon besar-besaran hahaha."

"Nah gitu dong, itu baru sahabat aku."

Kami pun melanjutkan obrolan kami mengenai banyak hal yang terjadi dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini. Bahkan Dinda juga bercerita tentang awal pertemuannya dengan calon suaminya.

"Ohiya Nia, udah dulu ya. Udah jam segini, aku harus ambil pesanan kue Mama. Aku pamit ya," pamit Dinda.

"Iya, hati-hati di jalan ya Din." Kami pun saling cipika-cipiki lagi.

"Hmm and than, aku mau ngundang kamu sama Bryan buat makan malam di salah satu restoran calon suamiku. Gimana? Biar sekalian aku kenalin dia ke kalian," tanya Dinda sebelum ia melangkah pergi.

"Emangnya mau kapan?"

"Besok malam gimana?"

"Besok yah? Hmm, okey boleh. Nanti kamu kabarin aja dimana lokasinya, nanti aku sama Mas Bryan datang."

"Okey good. Bye, see you tomorrow again."

Dinda pun melangkah pergi meninggalkan ruanganku, dan aku pun kembali melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda tadi.

***

Author POV

Tokkk!! Tokk!! Tokkk!!

"Silahkan masuk!" jawab seorang pria dengan suara tegasnya, yang kini sedang sibuk membaca beberapa file penting.

"Permisi Pak. Ini laporan keuangan yang Bapak minta," ucap seseorang yang tadi mengetuk pintu.

Dan orang itu tak lain dan tak bukan adalah sekertaris pribadinya, Siska. Dan Bos nya adalah Bryan Hardintanto, direktur utama perusahaan SHS Group.

"Okey, kamu letakkan di atas meja. Dan bacakan jadwal saya untuk malam ini." Siska pun meletakkan berkas tersebut ke atas meja.

"Hmm Pak untuk malam ini, Bapak ada janjian makan malam dengan salah satu klien kita dari Jerman." Ucap Dinda begitu melihat jadwal bosnya untuk malam ini disebuah buku yang selalu dia bawa ke mana-mana.

"Makan malam?"

"Iya Pak," jawab Siska mantap.

"Seberapa penting klien ini?"

Gadis berambut pendek kecoklatan itu mengerutkan keningnya sebentar, kemudian menyadari maksud bosnya.

"Hmm, sebenarnya ini cuma buat membahas soal proyek hotel yang akan dibangun di Bali Pak. Dan Proyek ini direncanakan akan dimulai akhir tahun depan Pak," jelas Siska.

"Okey, bisa kamu pindahkan jadwal makan malamnya di lain hari? Soalnya saya ada beberapa urusan malam ini."

"Siap Pak, akan saya atur jadwalnya di lain hari. Kalau begitu saya permisi dulu Pak."

Siska yang sudah sangat hafal sifat bosnya (maklum saja Siska sudah bekerja lumayan lama menjadi sekertaris Bryan), yang dimana setiap perkataan Bryan tidak bisa terbantahkan. Walaupun dari nada bicaranya biasa saja, tapi sebenarnya itu adalah sebuah perintah yang tidak terbantahkan. Dan Siska harus melakukan cara apapun untuk melaksanakan perintah bos tampannya itu.

Setelah Siska keluar, tiba-tiba terdengar deringan telpon Bryan.

"Hello sweetie ... ada apa?" ucap Bryan begitu mengangkat teleponnya.

"......"

"I miss you to. Malam ini aku bakal ke apart kamu kok, tenang aja. Soalnya aku benar-benar kangen banget sama kamu," ucap Bryan kepada orang di sebrang sana.

"....."

"Iya, nggak bakal. Janji." Ucap Bryan sambil sesekali terkekeh.

"...."

"Ah kamu bisa aja Sweetie."

"...."

"Yaudah, aku kerja dulu ya. Nanti malam aku ke apartemen kamu, ini nggak bohong okey. Bye."

"..."

"Love you to and see you tonight sweetie." Bryan kemudian memutuskan sambungan teleponnya dan meletakkan ponsel miliknya ke atas meja.

Untuk sesaat dia menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya sambil menutup mata. Kemudian membukanya kembali dan mengambil sebuah bingkai foto berukuran kecil yang disimpan di samping meja kantornya.

Ia mandang foto itu sesaat. "Maafin aku Nia dan maafin Papa Ruby." Setalahnya ia kembali menyimpan foto itu ke tempat semula dan melanjutkan pekerjaannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status