Briella selesai menyajikan sup dan keluar dari dapur. Dia menatap Zayden dan Gita yang sedang berbisik-bisik membicarakan sesuatu secara misterius."Apa masakanku nggak enak?"Briella duduk di depan meja makan dan mengikat rambutnya ke belakang dengan anggun dan santai."Enak!" Gita berseru, "Masakan Lala lebih enak dari yang dijual di restoran."Briella tersenyum puas.Apa yang lebih membahagiakan dari hasil kerja keras kita yang diakui dan dihargai oleh orang lain?Setelah itu, Gita mengambilkan sayuran dan memasukkannya ke dalam piring Zayden."Nak, banyak makan kacang-kacangan. Bagus untuk otakmu."Gita mengambilkan makanan untuk Zayden. Di bawah meja kakinya menendang kaki Zayden dengan pelan.Mumpung suasana hati Briella sedang bagus, lebih baik segera mengatakan rencana kencan buta!Zayden tetap tenang. Setelah menyantap beberapa suap makanannya, dia meletakkan peralatan makannya dan menatap Briella dengan serius."Kenapa? Masakan Mama nggak sesuai seleramu?""Mama, besok ada ke
Gita menggelengkan kepalanya dan menghela napas.Briella dan Valerio sudah terikat selama lima tahun dan bisa dibilang dia saksi atas hubungan keduanya. Sangat disayangkan kalau mereka tidak bisa bersama.Bisa dibilang kalau hati Briella sangat kuat. Setelah putus pun dia tidak terlihat sedih atau meneteskan air mata."Kalau begitu jangan dipikirkan lagi. Kamu juga nggak rugi, 'kan? Setelah dapat kompensasi, kamu akan jadi wanita kaya. Hidupmu pasti akan jadi lebih baik dan aku bisa bergantung kepadamu. Ajak aku jalan-jalan dan kita ajak sepuluh pria! Bukan, dua puluh saja biar kita bisa menikmati hidup semau kita!"Briella melirik sahabatnya dan tidak bisa menahan tawanya. "Dua puluh pria? Kamu nggak khawatir kalau tubuhmu nggak kuat?""Nggak, lah. Satu buat memijitku, satu buat menyuapiku buah, satu buat teman tidur, lalu ...."Gita membayangkan kehidupan wanita kaya kalau dia bergantung kepada Briella. Mendengar itu, Briella tertawa dan menggelengkan kepalanya. Briella tiba-tiba men
Mereka memesan taksi dan menunggu di pintu masuk kompleks perumahan.Briella menatap mobil-mobil yang berlalu lalang di depannya, lalu bertanya kepada Zayden, "Sayang, bagaimana kalau Mama beli mobil?"Zayden mendongak, lalu menjawab, "Kalau beli mobil, mama nggak akan bisa santai. Pertimbangkan lagi.""Jangan khawatir. Setelah Mama punya uang, kita beli mobil saja. Uangnya masih bisa buat beli mobil."Briella mulai membayangkan kehidupan masa depannya.Zayden tenggelam dalam lamunannya. Dia menoleh menatap Briella, lalu bertanya, "Mama, setelah keluar dari pekerjaan, apa atasan Mama kasih banyak uang?"Briella terdiam sejenak, baru mengangguk dan menjawab, "Ya. Bos Mama sangat royal.""Begitu rupanya."Otak Zayden berpikir dengan cepat. Biasanya dia memang suka berpikir.Briella tidak ingin Zayden terlalu dekat dengan Pak Valerio! Mungkinkah karena ada sesuatu di antara Briella dan Pak Valerio? Pak Valerio meminta Zayden untuk mengacaukan lamarannya dengan wanita lain, artinya wanita
Jika di profilnya tidak tertulis bahwa dia sudah berusia tiga puluh enam tahun, Briella akan mengira kalau pria itu adalah seorang pria muda.Dalam kencan buta, pria seperti itu mungkin menjadi tipe om-om yang disukai oleh banyak gadis muda."Halo, Pak Hans.""Aku sudah membaca profilmu dan kamu punya seorang anak. Apa sebelumnya kamu pernah menikah?""Pak Hans, ini privasiku, jadi aku nggak akan menjawabnya."Hans sama sekali tidak marah. Sebaliknya, dia kembali bertanya kepada Briella dengan sopan, "Lalu, kenapa kamu ikut kencan buta seperti ini?""Pak Hans, sejujurnya aku nggak suka kencan buta. Semua orang datang dan meletakkan profil mereka di atas meja, lalu memilih seperti membeli sayuran di pasar. Ini terlalu memaksa dan nggak sesuai dengan kriteria percintaanku."Hans mendengarkan dengan sabar dan berkata sambil tersenyum, "Nona Briella sudah punya anak dan masih menginginkan cinta di usia 25 tahun?""Tentu saja. Cinta itu tanggung jawab, rasa hormat, kesetaraan dan pengorbana
Davira menangis. Ketika dia melihat kalau Valerio tidak lagi menghentikan tangisannya, dia merasa lega dan merasa menang.Ini adalah langkah yang tepat. Dia yakin kalau penilaiannya Valerio terhadapnya perlahan mulai berubah."Apa yang terjadi saat itu adalah salahku sepenuhnya. Kita mungkin nggak akan putus kalau aku langsung menemuimu saat kamu meminta putus."Gurat rasa bersalah dan penyesalan muncul di wajah Valerio yang muram."Nggak begitu." Davira menggeleng dan mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Valerio. Dia menautkan jari-jarinya dengan erat, lalu mengatakan, "Kalau aku harus memilih sekali lagi, aku tetap akan minta putus denganmu. Hanya saja, aku sangat menyesal karena orang yang menemanimu berjuang selama lima tahun bukanlah aku."Valerio bisa memahami maksud dari perkataan Davira.Wanita yang telah menemaninya berjuang selama lima tahun hingga Valerio bisa sampai ke titik ini adalah Briella.Namun, wanita itu tidak menganggap serius semua ini dan malah pergi untuk
Briella malah terlihat tenang. Tangannya memegang setengah buah semangka.Semangka itu lebih besar dari kepalanya. Setelah selesai memakan daging buah semangka, dia mengambil sedotan untuk meminum airnya. Dia seperti seorang wanita bangsawan yang sedang minum teh di sore hari, lengkap dengan sikapnya yang santai dan anggun.Gita memperhatikan sikap Briella yang tenang dan akhirnya menyadari dari mana Zayden punya sifat seperti itu."Kamu benar-benar cuma akan diam saja?""Memangnya aku harus gimana?""Benar juga. Apa lagi yang bisa kamu lakukan."Lala tidak pernah menyelamatkan nyawa Pak Valerio dan dia juga tidak punya orang tua kaya seperti Davira atau latar belakang pendidikan di luar negeri. Jadi apa yang membuat Pak Valerio bersedia untuk menikahinya? Mengandalkan hubungan mereka selama lima tahun atau penderitaan tidak berperikemanusiaan yang telah dialami Lala selama bekerja dengan Valerio?Orang-orang bisa tertarik dengan Lala hanya karena melihat kecantikan Lala. Namun, saat m
Mendengar suara Briella, kelopak mata wanita itu terbuka. Saat melihat wajah Briella, kelopak matanya berkaca-kacaDia berseru pelan, "La ... Lala.""Ibu, ini aku." Air mata Briella berlinang saat menggenggam tangan ibunya. "Ibu, apa ada yang sakit? Mau aku panggilkan dokter?"Wanita dengan wajah pucat itu memejamkan mata, menutup kelopak matanya dan tertidur lelap ...."Lala, aku sangat lelah.""Ibu, kalau begitu jangan bicara dulu, istirahatlah."Briella berdiri dan berjalan keluar dari ruang rawat untuk mencari dokter dan menanyakan keadaan ibunya.Dokter memberi tahu, sejauh ini ibunya yang sadarkan diri merupakan pertanda baik. Namun, perawatan di rumah sakit ini terbatas dan akan lebih baik kalau ibunya segera dipindahkan ke rumah sakit yang lebih bagus agar tidak menunda perawatan.Briella berniat menelepon Nathan untuk menanyakan masalah rumah sakit yang pernah Nathan katakan.Saat menyentuh ponselnya, tiba-tiba pundak Briella ditepuk oleh seseorang. Ketika menoleh, Briella mel
"Ibu angkatmu sudah bilang siapa orang tua kandungmu?""Sekarang belum. Saat keadaannya membaik, aku akan tanya lagi.""Orang tua kandungmu juga kejam. Sudah bertahun-tahun, tapi mereka nggak punya pikiran buat cari kamu. Menurutku, lebih baik kamu menganggap mereka sudah meninggal saja."Briella menuangkan secangkir air hangat dan duduk di sofa sambil memegang cangkir itu untuk menghangatkan tangannya.Di masa-masa sulit Briella dulu, dia juga sangat membenci orang tua kandungnya yang sudah membuang dirinya. Namun, setelah menjadi seorang ibu, Briella juga belajar untuk memahami dan memaafkan. Mungkin mereka juga punya kesulitan sendiri."Gita, setelah wawancara besok, aku akan naik kereta cepat buat pergi ke Kota Veros. Aku titip Zayden.""Pergilah. Selama ada aku, kamu nggak perlu mengkhawatirkan anakmu.""Kalau begitu istirahatlah."...Keesokan harinya, Briella bangun pagi-pagi sekali. Wawancara di perusahaan dijadwalkan jam setengah sembilan. Setelah tes tertulis dan wawancara, p