Briella mengatakan hal ini seolah-olah ditujukan kepada Klinton, tetapi dia sebenarnya juga tengah meyakinkan dirinya sendiri."Aku nggak akan membuatku mengalami hal yang sama seperti dulu. Yang harus aku lakukan sekarang adalah berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuanku."Klinton mengangguk, lalu menimpali, "Jadi, apa ada yang bisa aku lakukan untuk membantu? Maksudku, apa yang bisa Valerio bantu untukmu, mungkin aku juga bisa bantu. Kamu nggak perlu memanfaatkannya."Mata Briella berkedip beberapa kali. "Apa maksudmu? Aku memang mengalami kesulitan dan sedikit membuatku stres. Tapi aku yakin kalau kemampuanku nggak seburuk itu.""Kesulitan apa, ceritakan padaku?""Soal proyek ini. Selain aku, ada tiga lawan yang sangat kuat. Mereka punya karya dan sangat terkenal. Kualifikasi serta pengalaman mereka jauh lebih kuat dariku, seorang pemula yang hanya memiliki pengalaman magang. Jadi, aku sedang berada di bawah tekanan besar saat ini.""Jadi, itu sebabnya kamu berpikir untuk mendek
Davira dengan sukarela menuruti permintaan Klinton. Namun, dalam hati dia masih tidak bisa menerimanya.Renata sudah menculik putrinya dan dia masih harus direpotkan memilih gaun untuk wanita itu kenakan ke acara resepsi. Entah apa yang dipikirkan Klinton. Dia yang dibodohi oleh wanita itu, tetapi malah melibatkan adiknya.Makin dipikirkan, Davira makin tidak senang. Ketika Klinton meninggalkan kamarnya, Davira menelepon Ditha."Ditha, kamu masih ingat, aku pernah bilang kalau Kak Klinton yang akan datang ke pesta koktail?""Tentu saja aku ingat. Aku sudah mulai menyiapkan baju, sepatu, tas, kalung, sampai nggak tahu mau pilih yang mana.""Kalau begitu, kamu harus memilih dengan baik." Sebuah gurat muram melintas di bawah mata Davira. "Karena saingan cintamu, Nona Renata juga akan datang ke pesta itu. Nggak cuma itu, kakak ingin aku memilihkan gaun untuknya. Lihatlah, Kak Klinton sangat perhatian kepadanya."Ketika Ditha mendengar hal ini dari Davira, dia menggerutu, "Apa-apaan ini! Ka
Briella menatap Queena yang sedang berbicara dengan cemberut, tahu kalau anak itu tidak merasa aman karena berpisah dengannya. Karena itulah Queena mengatakan itu berulang kali."Queena jangan khawatir. Tante akan menjemput Queena. Queena juga harus patuh, jangan mau dijemput sama siapa pun, ya. Queena harus tunggu Tante."Mata Queena berbinar cerah. "Hmm. Queena akan bersikap patuh dan menunggu Tante."Briella membujuk Queena, membawanya keluar rumah untuk mengantarnya ke TK. Setelah itu, dia baru pergi ke lokasi konstruksi.Setiap kali datang ke lokasi konstruksi, Briella tidak pernah melihat ketiga desainer lainnya. Mungkin mereka adalah orang pintar dan tidak merasa perlu datang ke sini. Atau mungkin mereka sudah memiliki rencana dan tidak merasa perlu datang ke sini.Namun, Briella merasa kalau datang ke sini untuk menyelidiki lingkungan adalah bagian yang tak terpisahkan dari prosesnya. Tidak hanya untuk mengetahui lokasi di sini, tetapi juga untuk memahami lingkungan sekitar. Ha
"Nggak perlu bertanya padaku tentang masalah kecil seperti ini. Kalian bisa membuat keputusan sendiri.Valerio terlihat murung, bahkan terkesan dingin. Namun, semua orang tidak bisa melihat sudut bibir Valerio yang membentuk senyuman tipis.Briella sibuk dengan urusan pekerjaannya. Melihat jam, untungnya tepat pada waktunya Queena pulang sekolah.Dia keluar dari lokasi konstruksi dan melajukan mobilnya menuju TK Queena.Dia baru keluar dari mobil dan melihat si kecil sudah menunggunya di depan pintu. Begitu melihat Briella, Queena melompat dan berlari ke arahnya dan meraih tangannya."Tante, Queena punya permintaan. Queena butuh bantuan Tante, ya?"Nada bicara Queena yang hati-hati membuat hati Briella tidak tega. Dia mencubit pipi Queena yang gembul."Katakanlah, apa yang Queena ingin Tante lakukan?""Bu guru ingin Queena membawa orang tua Queena. Queen anggak berbuat salah, kok. Queena juga nggak tahu kenapa bu guru ingin menemui orang tua Queena. Queena mohon, jadilah Mama Queena un
Guru TK itu melirik Briella dan terpana dengan penampilannya. Briella sangat putih, kulitnya sangat halus dan cerah. Hari ini Briella memakai riasan tipis dan rambut panjangnya digelung menjadi sanggul. Dia memiliki kesan wanita cantik yang berkelas, bahkan kecantikannya memancarkan karakteristik yang berbeda.Pantas saja Queena menjadi anak tercantik di taman kanak-kanak. Bahkan semua anak-anak mau berteman dengannya. Itu pasti karena gen dari orang tuanya."Dengan Mama nya Queena? Queena sudah lama sekolah di sini, baru kali ini saya bertemu dengan Mama nya."Briella tersenyum tanpa menjelaskan lebih lanjut."Queena, bermainlah di luar dengan guru-guru yang lain sebentar. Ada yang ingin Ibu sampaikan kepada Mama. Tunggu sebentar, ya?"Guru menempatkan Queena di area bermain di luar kantor, meminta rekan-rekan guru yang lain untuk menjaganya.Briella mengikuti guru Queena masuk ke dalam kantor. Melihat Queena yang sedang bersenang-senang di luar dengan guru yang lain, Briella berniat
#Setelah membahas kakaknya, Queena langsung bahagia dan memperkenalkannya kepada Briella."Ya. Queena punya kakak laki-laki yang sangat tampan dan tinggi. Dia sangat keren. Queena bahkan merasa kalau kakak lebih tampan dari Papa."Briella mengangguk mengerti, lalu bertanya, "Dia lebih tua berapa tahun dari Queena?"Queena menggoyangkan jari-jarinya dan menghitung. "Kakak enam tahun lebih tua dari Queena.""Jaraknya jauh sekali."Briella terkejut. Dia pernah menjadi sekretaris Valerio selama bertahun-tahun, tetapi tidak tahu kalau Valerio punya anak seusia itu.Mungkinkah anak itu anak Valerio dengan wanita lain?Briella tidak habis pikir. Intinya, dia tidak tahu kalau Valerio punya anak sebesar itu.Namun, itu bukanlah sesuatu yang harus dia pikirkan. Berapa banyak anak yang pria itu miliki, apakah pria itu memiliki anak di luar nikah atau apa pun, itu adalah sesuatu yang harus dipikirkan oleh Davira, tidak ada hubungannya dengannya."Tante, aku punya rahasia lain yang ingin kuceritaka
Kepala Briella makin terasa sakit. "Ibu, aku nggak pernah berpikir seperti itu, jangan berpikir macam-macam. Aku akan meluangkan waktu untuk mengunjungimu dan menjelaskan semuanya, ya?""Kenapa? Kamu pikir hanya karena kamu menghabiskan sejumlah uang untukku, kamu bisa mengabaikanku di sini? Kalau kamu benar-benar memperlakukanku sebagai ibumu, kamu seharusnya nggak meninggalkanku di sini. Kamu seharusnya nggak kuliah di luar negeri. Kalau sesuatu terjadi padaku dalam empat tahun dan aku nggak bisa bangun, mungkin nggak ada yang akan mengambil jasadku!"Briella mengepalkan tangannya dengan lemah saat mendengar pernyataan ibunya di telepon."Empat tahun aku belajar di luar negeri, aku meminta Pak Klinton untuk merawat ibu. Aku pun selalu mengawasi ibu dari sana. Kalau aku nggak kuliah di luar negeri, dari mana aku punya uang buat menempatkan ibu di sana? Ini bukan seberapa. Sebelum itu, saat ibu masih koma dan nggak sadarkan diri, apa ibu ingat apa yang aku lakukan untuk ibu? Kalau ibu
Keesokan paginya, Briella menelepon Klinton dan menceritakan apa yang dia dengar dari Erna semalam.Klinton pun merasa aneh dan tidak habis pikir. Siapa yang bisa pergi ke panti rehabilitasi untuk menjenguk ibu Briella?"Aku akan meluangkan waktu hari ini dan pergi ke panti rehabilitasi untuk menjenguknya. Ibuku pasti makin nggak senang kalau aku nggak ke sana.""Ya. Hari ini aku mau pergi dinas, jadi nggak bisa nemenin.""Nggak apa-apa. Selesaikan saja pekerjaanmu.""Oh ya, aku ingatkan lagi. Aku kembali dari perjalanan bisnis saat pesta koktail. Aku sudah menyiapkan gaun yang akan kamu pakai. Kamu bisa pilih yang kamu suka.""Ya. Selesaikan dulu pekerjaanmu. Kita bicarakan lagi setelah kamu kembali nanti.""Baiklah kalau begitu. Aku akan menghubungimu kalau sudah kembali."Setelah panggilan berakhir, Briella meletakkan ponselnya dan menoleh ke arah Queena yang sedang makan di ruang makan.Dia berjalan mendekat dan duduk di samping Queena, menopang tangannya sambil memperhatikan si ke