"Marco, pesan dulu tiketnya. Kita bicara lagi nanti."Valerio memberikan perintah kepada Marco, lalu keluar dari kamar untuk menuju kamar Davira.Suara alarm di koridor mengundang kerumunan penghuni hotel. Pintu kamar Davira sudah dipenuhi oleh banyak orang, bahkan ekspresi manajer kamar hotel muram.Valerio adalah tamu platinum hotel. Kalau sesuatu terjadi padanya, kemungkinan besar kariernya juga akan terancam.Setelah membubarkan orang yang berkerumun, Valerio memasuki kamar Davira.Di dalam kamar, Davira tengah duduk di atas karpet sembari bersandar ke sisi tempat tidur. Kepalanya disembunyikan di lekukan lengannya. Tubuhnya yang meringkuk sedikit bergetar.Valerio mengamati ruangan yang berantakan, seolah-olah baru diserang oleh perampok.Valerio mencoba memahami situasi dengan tenang. Hanya saja, kemungkinan terjadinya perampokan sangat kecil.Davira mendongak dan menatap pria yang berdiri hanya beberapa langkah darinya. Pria itu lebih suka berdiri di sana daripada mendekat untuk
Briella dan Davira memiliki paras yang mirip, jadi Valerio tidak bisa membedakan apakah dia menyukai wajah Briella yang mirip dengan Davira atau murni karena dia menyukai hubungan fisik yang dia dan Briella lakukan."Apa saja yang sudah kamu lalui selama lima tahun terakhir ini?"Davira mengatakan kalau tempat ini adalah mimpi buruk, menunjukkan kalau dia tidak memiliki waktu yang menyenangkan di Negara Jerius.Jadi apa karena itu Davira kembali dari luar negeri dan kembali ingin menjalin hubungan dengannya?Tatapan mata Davira kosong, seakan-akan kenangan yang paling mengerikan telah merasuk ke dalam pikirannya."Rio, jangan katakan apa pun. Sekarang aku sangat takut. Tolong peluk aku erat-erat. Aku akan jelaskan semuanya padamu nanti. Aku nggak bermaksud melakukan semua hal yang menyakitimu. Tolong beri aku waktu untuk membuktikan kalau aku sangat mencintaimu ...."Valerio berhenti bertanya dan membiarkan Davira memeluknya.Davira mulai tenang. Valerio memintanya istirahat di kamar.
Briella selesai menyajikan sup dan keluar dari dapur. Dia menatap Zayden dan Gita yang sedang berbisik-bisik membicarakan sesuatu secara misterius."Apa masakanku nggak enak?"Briella duduk di depan meja makan dan mengikat rambutnya ke belakang dengan anggun dan santai."Enak!" Gita berseru, "Masakan Lala lebih enak dari yang dijual di restoran."Briella tersenyum puas.Apa yang lebih membahagiakan dari hasil kerja keras kita yang diakui dan dihargai oleh orang lain?Setelah itu, Gita mengambilkan sayuran dan memasukkannya ke dalam piring Zayden."Nak, banyak makan kacang-kacangan. Bagus untuk otakmu."Gita mengambilkan makanan untuk Zayden. Di bawah meja kakinya menendang kaki Zayden dengan pelan.Mumpung suasana hati Briella sedang bagus, lebih baik segera mengatakan rencana kencan buta!Zayden tetap tenang. Setelah menyantap beberapa suap makanannya, dia meletakkan peralatan makannya dan menatap Briella dengan serius."Kenapa? Masakan Mama nggak sesuai seleramu?""Mama, besok ada ke
Gita menggelengkan kepalanya dan menghela napas.Briella dan Valerio sudah terikat selama lima tahun dan bisa dibilang dia saksi atas hubungan keduanya. Sangat disayangkan kalau mereka tidak bisa bersama.Bisa dibilang kalau hati Briella sangat kuat. Setelah putus pun dia tidak terlihat sedih atau meneteskan air mata."Kalau begitu jangan dipikirkan lagi. Kamu juga nggak rugi, 'kan? Setelah dapat kompensasi, kamu akan jadi wanita kaya. Hidupmu pasti akan jadi lebih baik dan aku bisa bergantung kepadamu. Ajak aku jalan-jalan dan kita ajak sepuluh pria! Bukan, dua puluh saja biar kita bisa menikmati hidup semau kita!"Briella melirik sahabatnya dan tidak bisa menahan tawanya. "Dua puluh pria? Kamu nggak khawatir kalau tubuhmu nggak kuat?""Nggak, lah. Satu buat memijitku, satu buat menyuapiku buah, satu buat teman tidur, lalu ...."Gita membayangkan kehidupan wanita kaya kalau dia bergantung kepada Briella. Mendengar itu, Briella tertawa dan menggelengkan kepalanya. Briella tiba-tiba men
Mereka memesan taksi dan menunggu di pintu masuk kompleks perumahan.Briella menatap mobil-mobil yang berlalu lalang di depannya, lalu bertanya kepada Zayden, "Sayang, bagaimana kalau Mama beli mobil?"Zayden mendongak, lalu menjawab, "Kalau beli mobil, mama nggak akan bisa santai. Pertimbangkan lagi.""Jangan khawatir. Setelah Mama punya uang, kita beli mobil saja. Uangnya masih bisa buat beli mobil."Briella mulai membayangkan kehidupan masa depannya.Zayden tenggelam dalam lamunannya. Dia menoleh menatap Briella, lalu bertanya, "Mama, setelah keluar dari pekerjaan, apa atasan Mama kasih banyak uang?"Briella terdiam sejenak, baru mengangguk dan menjawab, "Ya. Bos Mama sangat royal.""Begitu rupanya."Otak Zayden berpikir dengan cepat. Biasanya dia memang suka berpikir.Briella tidak ingin Zayden terlalu dekat dengan Pak Valerio! Mungkinkah karena ada sesuatu di antara Briella dan Pak Valerio? Pak Valerio meminta Zayden untuk mengacaukan lamarannya dengan wanita lain, artinya wanita
Jika di profilnya tidak tertulis bahwa dia sudah berusia tiga puluh enam tahun, Briella akan mengira kalau pria itu adalah seorang pria muda.Dalam kencan buta, pria seperti itu mungkin menjadi tipe om-om yang disukai oleh banyak gadis muda."Halo, Pak Hans.""Aku sudah membaca profilmu dan kamu punya seorang anak. Apa sebelumnya kamu pernah menikah?""Pak Hans, ini privasiku, jadi aku nggak akan menjawabnya."Hans sama sekali tidak marah. Sebaliknya, dia kembali bertanya kepada Briella dengan sopan, "Lalu, kenapa kamu ikut kencan buta seperti ini?""Pak Hans, sejujurnya aku nggak suka kencan buta. Semua orang datang dan meletakkan profil mereka di atas meja, lalu memilih seperti membeli sayuran di pasar. Ini terlalu memaksa dan nggak sesuai dengan kriteria percintaanku."Hans mendengarkan dengan sabar dan berkata sambil tersenyum, "Nona Briella sudah punya anak dan masih menginginkan cinta di usia 25 tahun?""Tentu saja. Cinta itu tanggung jawab, rasa hormat, kesetaraan dan pengorbana
Davira menangis. Ketika dia melihat kalau Valerio tidak lagi menghentikan tangisannya, dia merasa lega dan merasa menang.Ini adalah langkah yang tepat. Dia yakin kalau penilaiannya Valerio terhadapnya perlahan mulai berubah."Apa yang terjadi saat itu adalah salahku sepenuhnya. Kita mungkin nggak akan putus kalau aku langsung menemuimu saat kamu meminta putus."Gurat rasa bersalah dan penyesalan muncul di wajah Valerio yang muram."Nggak begitu." Davira menggeleng dan mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Valerio. Dia menautkan jari-jarinya dengan erat, lalu mengatakan, "Kalau aku harus memilih sekali lagi, aku tetap akan minta putus denganmu. Hanya saja, aku sangat menyesal karena orang yang menemanimu berjuang selama lima tahun bukanlah aku."Valerio bisa memahami maksud dari perkataan Davira.Wanita yang telah menemaninya berjuang selama lima tahun hingga Valerio bisa sampai ke titik ini adalah Briella.Namun, wanita itu tidak menganggap serius semua ini dan malah pergi untuk
Briella malah terlihat tenang. Tangannya memegang setengah buah semangka.Semangka itu lebih besar dari kepalanya. Setelah selesai memakan daging buah semangka, dia mengambil sedotan untuk meminum airnya. Dia seperti seorang wanita bangsawan yang sedang minum teh di sore hari, lengkap dengan sikapnya yang santai dan anggun.Gita memperhatikan sikap Briella yang tenang dan akhirnya menyadari dari mana Zayden punya sifat seperti itu."Kamu benar-benar cuma akan diam saja?""Memangnya aku harus gimana?""Benar juga. Apa lagi yang bisa kamu lakukan."Lala tidak pernah menyelamatkan nyawa Pak Valerio dan dia juga tidak punya orang tua kaya seperti Davira atau latar belakang pendidikan di luar negeri. Jadi apa yang membuat Pak Valerio bersedia untuk menikahinya? Mengandalkan hubungan mereka selama lima tahun atau penderitaan tidak berperikemanusiaan yang telah dialami Lala selama bekerja dengan Valerio?Orang-orang bisa tertarik dengan Lala hanya karena melihat kecantikan Lala. Namun, saat m