Briella melihat sikap Davira yang seperti anak kecil, merasa kalau Davira masih tetap sama seperti empat tahun yang lalu, kekanakan, sombong, berubah-ubah dan sulit diatur. Davira masih belum memahami kalau apa yang diberikan orang lain itu bukanlah sesuatu yang akan bertahan selamanya. Satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan menjadi kuat.Namun, Briella tidak ingin berkomentar panjang lebar, hanya ingin menyaksikan dalam diam.Klinton mengangkat pandangannya dan melirik Davira dari kaca spion. Dia pun mengerutkan kening saat mengingat sifat Davira yang berkemauan keras."Davira, jangan bicara begitu sama Renata. Dia begitu karena peduli padamu."Mulut Davira ternganga, agak terkejut karena kakaknya membela dan berada di pihak wanita lain, bukan membelanya. Dia hampir menggila karena cemburu, lalu berteriak ke arah Klinton."Apa kamu juga keberatan dengan sikapku yang seperti ini? Kalau begitu hentikan mobilnya. Aku akan pulang ke rumah Papa Mama sendiri."Davira mengatakan itu
"Davira, kamu sudah jadi ibu dan sudah waktunya untuk menjadi dewasa."Davira marah, langsung mengambil bantal tempat tidur dan melemparkannya ke Klinton. "Wah, Klinton, sepertinya kamu mulai keberatan punya adik sepertiku ini! Kamu berprasangka buruk kepadaku. Menurutku Renata juga bukan wanita yang baik. Dia cuma wanita pembawa sial seperti Briella! Cepat atau lambat kamu akan disakiti olehnya."Klinton tertunduk tak berdaya. Dia mengambil bantal yang terjatuh di karpet dan meletakkannya di ujung tempat tidur. "Davira, Renata nggak sama dengan Briella. Kalau kamu lupa, Briella sudah nggak ada di dunia ini. Kalau kamu terus menyebutkannya seperti ini, bukankah kamu akan membuat semua orang teringat akan keberadaan Briella? Aku sih nggak masalah, tapi bagaimana dengan suamimu? Sekarang kamu sudah memilih untuk menikah dengannya. Kamu harus belajar untuk menjaga hubungan kalian dan jangan bersikap seenaknya. Kamu mengerti?"Davira terdiam dan memikirkan kata-kata kakaknya dengan hati-ha
Briella melirik pakaian yang dilemparkan Klinton dan terlihat sedikit ragu.Klinton mendorongnya ke arah kamar mandi. "Kamu Renata sekarang dan kamu pacarku. Kita harus berpura-pura atau yang lain akan curiga. Kalau nggak mau orang lain tahu kalau kamu Briella, kamu harus melakukan apa yang aku perintahkan. Kamu mengerti?""Nggak akan." Briella menatap Klinton dengan yakin."Nggak akan apa?""Kamu nggak akan membiarkan siapa pun tahu kalau aku Briella. Kamu akan melindungiku."Klinton menatap Briella lekat-lekat dan terdiam sejenak. Setelah beberapa saat, dia tiba-tiba tersenyum.Bagus. Wanita ini sekarang sudah mencoba mengendalikannya."Kalau kamu percaya padaku, lakukan apa yang aku perintahkan. Mandi dan tidurlah lebih awal. Kalau nggak, orang tuaku akan berpikir macam-macam kalau melihat mata panda di matamu besok pagi."Briella segera mengambil pakaian milik pria itu dan membuka pintu kamar mandi.Apa yang dikatakan Klinton memang benar. Menggunakan nama Renata untuk melindungi d
Perkataan Renata mencerminkan kalau dia memiliki keluarga di lingkaran kelas atas dan sama seperti mereka. Dia pasangan yang cocok untuk Klinton.Davira memutar bola matanya. "Cih, Renata, perkataanmu sama seperti apa yang sering diucapkan sama perempuan murahan."Briella menyingkirkan senyuman di wajahnya dan mengabaikan Davira. Dia menunduk dan menatap makanannya, mencoba menunjukkan kalau dia sedang tidak senang.Dia juga manusia yang punya emosi dan harga diri, tidak bisa berpura-pura tegar setelah dibentak seperti itu.Resti dan Herman merasa kalau apa yang dikatakan Davira sangat tidak pantas, jadi dia memukul Davira pelan."Davira, kita nggak pernah mendidik anak kita di meja makan, tapi kamu sudah bicara nggak sopan sama Renata. Kamu selalu mengatakan apa pun yang ingin kamu katakan, itu malah membuatmu terlihat nggak berpendidikan. Apa kamu mengerti?"Davira tidak terima. "Itu karena Renata pacar kakak. Kalau kita jadi keluarga nantinya, apa kita akan menunjukkan sikap palsu s
Valerio adalah bom berbahaya yang bisa merenggut separuh nyawa Briella kapan saja. Lebih baik Briella menghindari pria itu.Saat Briella tengah memikirkan hal ini, salah satu pihak dari kontraktor memanggilnya, "Bu Renata, Pak Valerio memintamu pergi ke kantor pusat. Pergilah ke sana sekarang."Briella terkejut, lalu bertanya "Kantor pusat? Apa maksudnya Perusahaan Regulus?""Ya. Apa Bu Briella nggak tahu tempat itu? Kalau begitu, aku akan minta sopir untuk menjemputmu."Renata masih terlihat bingung. Detik berikutnya, orang itu sudah mengatur sopir dari perusahaan agar datang menjemputnya.Setengah jam kemudian, Briella masuk ke dalam mobil Perusahaan Regulus. Briella pun tidak asing dengan sopir yang mengemudikan mobil ini. Dia pernah bertemu dengannya saat masih menjadi sekretaris Briella.Sopir itu juga melihat Briella di kaca mobil dari waktu ke waktu, merasa kalau wajah Briella tidak asing. Dia juga merasa kalau wanita ini seperti Bu Briella yang dulu yang selalu melakukan segala
Briella menatap Siska dengan penuh kerinduan, bahkan hidungnya terasa masam.Siska mengatakan kalau Briella adalah seseorang yang sangat penting baginya. Briella berpikir setelah kepergiannya, kota yang tak bernyawa ini akan segera melupakannya.Siska sedikit cemas saat melihat Briella tidak mengatakan apa-apa. "Itu, Nona Renata, aku benar-benar minta maaf. Aku nggak seharusnya bersikap seperti barusan. Aku harap Nona nggak akan mengadukan ini pada Pak Valerio. Aku mohon, aku harus mempertahankan pekerjaanku ...."Briella kembali tersadar, tersenyum ramah dan menjawab perkataan Siska, "Jangan khawatir, kamu juga manusia. Nggak ada yang perlu diadukan, aku bisa mengerti perasaanmu. Ayo naik ke atas.""Ya. Pak Valerio masih rapat, sepertinya belum akan selesai dalam waktu setengah jam. Aku akan mengantarmu ke ruang tamu untuk menunggu sebentar.""Ya." Briella mengikuti Siska masuk ke dalam lift. Di ruang tamu, dia mencolek Siska. "Aku mau tanya, apa kamu tahu kenapa Pak Valerio memintaku
Briella terlihat sedikit termenung saat mendengar Siska mengatakan hal ini.Valerio membawa putrinya ke kantor, jadi dia bisa bertemu dengannya nanti."Baiklah, Siska, terima kasih sudah memberitahuku banyak hal. Silakan lanjutkan pekerjaanmu. Aku akan menunggu di sini."Siska tiba-tiba menggenggam tangan Briella. "Nona Renata, aku sebenarnya sangat berharap kamu bisa bekerja bersama dengan kami. Kamu tahu, kamu sangat mirip dengan teman baikku yang sudah meninggal. Dia itu penolongku. Tapi aku nggak bisa menghubunginya. Melihatmu di sini membuatku merasa kalau kamu seperti teman lamaku. Kalau kamu bisa bekerja sama dengan Perusahaan Regulus, kita pasti bisa lebih sering berhubungan."Briella menarik kembali tangannya dan tersenyum pada Siska. "Persahabatan seorang itu seringan air. Menurutku, punya seseorang yang berarti dalam hidupmu mungkin bisa membuatmu menjadi lebih baik. Aku rasa temanmu itu nggak mau kamu terus memikirkannya seperti ini. Terus jalani hidupmu. Yang namanya perte
"Manimanibom. Bros ajaib, cepat wujudkan keinginan putri kecil ini."Queena terpesona oleh tindakan Briella. Dia menyentuh bros mutiara di dadanya dan mengikuti apa yang dilakukan Briella. Queena melipat tangannya, lalu memiringkan kepalanya untuk bertanya kepada Briella."Tante, bolehkah aku mengucapkan abrakadabra?"Briella berpikir serius. "Tentu saja boleh. Ini bros ajaibmu, jadi kamu bisa membuat mantramu sendiri."Queena bertepuk tangan dengan penuh semangat. "Ya, ya, ini luar biasa. Queena akan segera membuat permintaan."Briella tidak menyangka kalau sebuah bros kecil bisa membuat anak kecil yang seperti seorang putri ini begitu bahagia. Dia benar-benar anak yang mudah puas.Queena sangat senang dan menirukan Briella, mulai melafalkan mantranya. "Abrakadabra, Queena ingin Mama yang wangi, cantik dan lembut seperti Tante. Menggendong Queena dengan sabar dan mau menemani Queena. Semoga permintaan Queena segera terkabul!"Queena menyelesaikan keinginannya dan tersenyum manis pada