Share

Bab 356

Penulis: Julio
Briella merasa kalau Tuhan masih belum membiarkannya mati. Tuhan membiarkannya mengalami semua ini agar bisa tahu seperti apa sifat asli beberapa orang. Dengan begitu, Briella bisa benar-benar menyerah.

Karena sudah diberi kesempatan untuk kembali, Briella harus berjuang untuk hidupnya dan memulai kembali dengan wajah yang baru!

Briella mengambil keputusan di dalam hati. Ketika keadaannya pulih, dia akan pergi ke luar negeri. Kalau saat kembali masih ada orang yang meremehkan, menyakiti dan mempermalukannya, dia tidak akan pernah melupakan mereka.

Di sebelah terdengar ada pergerakan dan Klinton pun sadarkan diri. Dia berjalan mendekati Briella. Begitu melihatnya masuk, Briella menoleh dan menatap sosok pria itu. Melihat tidak ada yang aneh dengannya, barulah Briella merasa tenang.

Klinton bertanya kepadanya, "Bagaimana keadaanmu? Apa ada yang sakit?"

Briella menjawab dengan lemah, "Lukanya nggak apa-apa, tapi kepalaku sakit. Aku nggak bisa ingat banyak hal."

Klinton terkejut, lalu meng
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 357

    Di dalam kamar, Briella masih bingung terkait masalah anak. Ketika melihat Klinton masuk, dia berusaha keras menopang tubuhnya dengan kedua tangan, lalu menatap Klinton."Pak Klinton, apa maksudmu barusan, kamu menyebutkan tentang seorang putra?"Klinton meraih tangan Briella dan mencoba menenangkannya."Nggak perlu dipikirkan. Aku punya pertanyaan untukmu. Bagaimana perasaanmu kepada Valerio saat ini?"Ekspresi Briella dipenuhi rasa takut sekaligus benci saat mendengar nama itu.Dia membenci Valerio.Briella memalingkan wajahnya dan melihat ke luar jendela. Tatapannya sedikit muram dan dingin, terlihat sangat tidak berdaya.Memikirkan apa yang dikatakan Valerio malam itu, ditambah dengan bekas luka di tubuh ini, apa Briella akan terus melanjutkan obsesinya?Kalau iya, Briella akan berasa bersalah pada penderitaan yang selama ini dia rasakan."Pak Klinton, tolong jangan sebut nama itu di depanku lagi."Klinton terkejut, lalu mengangguk kepada Briella. "Ya. Sepertinya kamu sudah punya p

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 358

    Moonita mengatakan itu sambil melepaskan kalung permata yang melingkar indah di lehernya.Klinton adalah orang yang paham dengan benda berharga. Dalam sekali lihat, dia tahu kalau harga kalung batu permata itu tidak jauh lebih murah daripada jam tangannya.Pria itu menyipitkan matanya, penasaran dengan identitas wanita paruh baya ini dan apa hubungannya dengan pasangan pembuat kue itu?Moonita melepaskan kalung permatanya dan berkata pada wanita itu, "Bibi, berikan saja kalung ini kepada pemuda itu. Anggap saja ini sebagai balas budi karena kebaikan kalian yang sudah bersedia menerimaku saat itu."Klinton mengangkat alisnya dan bertanya heran, "Kamu juga diselamatkan oleh bibi dan paman itu?"Moonita tersenyum, lalu menjawab, "Tentu saja. Itu sebabnya kita dan mereka seperti ditakdirkan. Mereka itu penolong kita."Klinton mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan Moonita.Moonita memberikan kalung itu kepada Klinton, "Anak muda, kalung ini untukmu. Harganya memang lebih murah dari ja

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 359

    Briella memikirkannya, lalu memutuskan untuk menerima kalung itu."Kalau begitu, aku akan menyimpannya. Siapa tahu aku kehabisan uang saat berada di luar negeri. Jadi, aku bisa menjualnya."Klinton membuka mulutnya dan tidak bisa menahan tawa."Pikiranmu memang benar-benar aneh."Briella ikut tertawa, tetapi saat tertawa luka di dadanya terasa sakit. Dia pun mengerutkan kening dan meringis kesakitan.Klinton mendekat dengan panik, mengangkat tangannya seolah-olah ingin merobek baju yang dikenakan Briella untuk melihat luka yang tersembunyi di dalamnya. Namun, seketika dia melupakan di mana posisi luka itu berada."Ternyata Pak Klinton sangat mengkhawatirkanku. Apa Pak Klinton tertarik kepadaku?"Briella menangkis tangan pria itu, lalu menggodanya untuk menyembunyikan rasa canggung.Klinton tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap Briella dengan tatapan cukup lekat.Briella tidak menyadari ekspresi pria itu dan hanya menatap kalung di tangannya. Jari-jarinya mengusap batu di dalam kalung

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 360

    "Terus kenapa kamu berbohong padaku?""Karena aku nggak bisa membantumu melakukan hal buruk. Davira, ini saatnya belajar memahami. Aku ingin kamu jadi orang yang baik.""Apa aku nggak baik? Aku bahkan bersedia menerima anak Rio yang lahir dari rahim wanita lain. Apa aku masih nggak cukup baik? Kamu ingin aku jadi sebaik apa? Apa kamu ingin memaksaku mati?"Klinton menghela napas tidak berdaya, kembali mencoba membujuk Davira, "Davira, aku sudah membujukmu berkali-kali bahkan sebelum kamu menikah. Ini pilihanmu, jadi kamu harus bertanggung jawab atas pilihanmu sendiri. Aku nggak bisa terus bersamamu seumur hidupku atau menanggung semua penderitaan yang kamu alami. Apa kamu mengerti?"Davira hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan pasrah dan mengiakan apa yang dikatakan Klinton.Dialah yang memilih jalan ini, jadi dia harus terus menjalaninya walau terasa pahit. Dia pun paham dengan pemikiran ini.Klinton melihat kalau Davira bisa memahami perkataannya, jadi dia menepuk pundaknya lembu

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 361

    Melihat Valerio bersikap seperti ini, Klinton benar-benar tidak ingin merahasiakannya lagi dan memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya."Dia masih hidup dan baik-baik saja."Valerio memejamkan matanya perlahan dan hatinya merasa lega.Ketika Davira menemaninya barusan, dia berpura-pura tertidur. Setelah mengetahui kebenarannya, dia tidak tahu sikap seperti apa yang harus dia tunjukkan untuk menghadapi wanita itu. Sampai sekarang, dia masih mempertimbangkan keputusannya terkait hubungannya dengan wanita itu.Bagaimanapun juga, dengan tidak adanya ikatan dari kata penolong, sifat dari hubungan mereka pun berubah."Aku penasaran, sejak kapan kamu tahu kalau Briella masih hidup?"Klinton teringat akan peringatan Valerio pada malam kejadian, yang memintanya waspada terhadap Rieta. Hal itu seperti sebuah ramalan.Sikapnya yang seperti itu membuat Valerio seperti seorang peramal yang mampu mengarahkan sesuatu yang akan terjadi. Jika bukan karena peringatan Valerio, Klinton tidak mungkin s

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 362

    "Tapi Valerio, bagaimana dengan putrimu? Dia masih kecil. Zayden saja sudah sangat menderita, apa kamu juga ingin putrimu mengalami penderitaan yang sama? Anak-anak nggak bersalah. Kamu sudah membuat Zayden menjadi ahli waris, jadi bukankah setidaknya kamu harus membuat putrimu merasakan kasih sayang seorang ayah.""Aku tahu apa yang harus aku lakukan kepada anakku." Valerio melirik Klinton sekilas. "Kamu nggak perlu ikut campur."Klinton pun menghentikan perkataannya dengan sadar diri.Valerio duduk dan menatap perban putih di lengannya yang mengeluarkan darah, tiba-tiba berbicara dengan suara pelan."Bagaimana kondisi Briella sekarang? Klinton, jangan berani bermain-main denganku. Katakan padaku, apa rencana yang akan kamu lakukan setelah ini?""Rencana selanjutnya bukan keinginanku, ini adalah tekad dan pilihannya sendiri. Dengan kerja kerasnya, dia mendapatkan kualifikasi untuk belajar di luar negeri. Dia sepertinya nggak mengingat Zayden. Aku nggak tahu apakah ini sementara atau p

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 363

    Briella bertanya dengan terkejut, "Kamu mau ke sana juga? Mau tinggal lama di sana?""Mungkin.""Bagus, deh. Kalau ada kamu, aku bisa lebih gampang menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di sana.""Ya. Kamu akan tinggal di asrama kampus. Setelah aku ke sana, aku akan memberimu tempat yang lebih besar dan tenang."Briella memutar bola matanya malas. "Apa kamu akan menagih uang sewa kepadaku? Bagaimanapun, sekarang aku sangat miskin.""Tentu saja. Kamu bisa membayarnya dengan bersih-bersih dan masak untukku saat akhir pekan."Briella menggerutu, "Dasar orang kaya. Apa-apa dihitung."Klinton bahkan dibuat tertawa terbahak-bahak. Briella melihat dari belakang bahu Klinton, merasa kalau di tengah kerumunan ada seseorang yang menatap ke arah mereka.Entah kenapa, Briella merasa kalau orang itu adalah Valerio.Jantung Briella berdegup kencang dan tatapan goyahnya mengikuti sosok itu. Namun, pandangannya terhalang oleh kerumunan orang.Klinton melirih ke arah Briella melihat. "Ada apa?""Buk

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 364

    Empat tahun sudah cukup untuk mengubah tatanan sebuah kota dan membentuk hidup seseorang yang ingin memulai hidupnya dari awal lagi.Briella merasa kalau dia harus memanfaatkan dengan baik waktu empat tahun ini dan menghabiskan setiap detiknya untuk melakukan sesuatu yang berarti. Jadi, dia menghabiskan waktu untuk belajar, memperbaiki diri dan menemukan kembali jari dirinya. Kadang-kadang, bayangan tentang apa yang pernah terjadi kepadanya kembali muncul di dalam benaknya.Namun, rasanya semua kejadian itu sudah berlalu sangat lama. Setiap orang yang terlibat di dalam mimpinya itu merupakan karakter di kehidupan lampau, yang membuat Briella memiliki kesan kalau semua itu tidak nyata.Klinton selalu berada di sisinya. Sebenarnya Briella bisa memahami perasaan pria itu. Namun, dia juga sadar kalau Klinton adalah kakak kandung Davira, yang merupakan penghalang tak terlihat di antara hubungan keduanya. Jadi, selama ini Briella tidak pernah menerima isyarat dari Klinton dan lebih memilih m

Bab terbaru

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 583

    Kecurigaan tiba-tiba terlintas di benak Briella. Dia merasa bahwa kemunculan Elena yang tiba-tiba di depan rumahnya hari ini terlalu mendadak.Ketika Briella tengah memikirkan kemungkinan ini, Valerio tiba-tiba menelepon.Pria itu pasti baru bangun tidur. Suaranya sengau, terdengar rendah dan magnetis."Apa anak-anak sudah bangun?""Pak Valerio, bisakah Pak Valerio nggak memberi tahu siapa pun alamat tempat tinggalku seenaknya?""Apa maksudmu? Aneh sekali."Mendengar sikap Valerio, Briella memiliki tebakan sendiri di dalam benaknya.Seperti yang dia duga. Elena datang bukan untuk menjemput anak-anak, tetapi untuk menyatakan kedaulatannya.Terlalu samar untuk menganggapnya sebagai ancaman."Barusan Elena datang dan bilang kalau dia ingin menjeput anak-anak.""Anak-anak ikut dengannya?""Aku nggak kasih izin."Pria itu terdiam, tidak mengatakan apa-apa lagi.Kemudian, dia berkata, "Marco sudah dapat kamar terbaru terkait anak itu. Rumah sakit memang membawa anakmu pergi dan berbohong kep

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 582

    Briella kembali ke kursi kemudi dan menyesuaikan sudut kursi, baru menyalakan mobil untuk pulang.Setelah melakukan banyak hal semalaman, Zayden mengikuti Briella pulang dan masuk ke kamar tamu untuk tidur. Briella memandangi kedua kakak beradik yang tertidur lelap di atas tempat tidur. Kedua anak kecil ini benar-benar seperti malaikat, sangat pintar dan pandai bagaimana cara bersikap. Papa mereka memang suka main perempuan, tetapi sungguh sebuah keberuntungan yang luar biasa karena bisa menemukan wanita-wanita yang bisa melahirkan anak sesempurna mereka.Briella membantu mereka memakaikan selimut, lalu kembali ke tempat tidurnya.Dia tidur hingga pukul sepuluh keesokan harinya dan dibangunkan oleh suara bel pintu.Setelah mengan mengenakan sandal rumahan dan melewati kamar tamu, Briella tidak lupa membuka pintu kamar tamu untuk melihat Zayden dan Queena yang masih tertidur.Menutup pintu kamar tamu, Briella berjalan ke pintu depan dan melihat melalui mata kucing.Wanita yang berdiri d

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 581

    Briella berjalan keluar bersama Zayden dan masuk ke dalam mobil Nathan. Saat itu sudah pukul dua pagi.Nathan mengetuk pintu mobil Briella, memberi isyarat agar Briella keluar dan berbicara.Briella menatap Zayden. "Jangan keluar dari mobil. Tidur saja kalau kamu ngantuk."Zayden memelototi Nathan dan mendengus dingin, "Banyak sekali masalah pria itu."Briella membelai kepala Zayden. "Dia memang banyak masalah. Meskipun begitu, dia bukan orang jahat. Dia akan berguna dalam keadaan darurat."Zayden menunjukkan sikap posesifnya. "Kalau begitu Mama nggak boleh suka sama dia. Mama cuma boleh suka sama Papa saja."Briella tersenyum tidak berdaya. "Apa Papa nggak pernah bilang siapa Mama kamu?""Tentu saja Papa pernah bilang. Kamu."Briella hanya menganggapnya sebagai lelucon. "Nak, tidurlah di mobil. Setelah itu, kita akan pulang."Nathan merokok tidak jauh dari situ, mengembuskan kepulan asap putih di tengah dinginnya cuaca malam. Melihat Briella turun dari mobil dan berjalan mendekat, dia

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 580

    Nathan dan Zayden berhenti berdebat dan menatap Briella bersamaan. Keduanya sedikit takut saat melihat Briella marah.Erna memperhatikan Nathan. Siapa pun pasti bisa melihat kalau Nathan sangat menyukai Briella.Dia langsung bertanya pada Nathan, "Apa hubunganmu dengan Briella?""Aku mantan pacarnya."Erna kembali melanjutkan, "Lala sudah punya tunangan. Dia akan menikah dengan Klinton, tuan muda dari Keluarga Atmaja. Lebih baik kamu nggak berhubungan lagi dengannya setelah ini.""Kamu dan Klinton bertunangan?" Nathan berkata sambil menatap Briella, bertanya dengan nada serius."Dia itu rubah tua, apalagi adiknya, Davira. Apa kamu bisa hidup damai kalau menikah dengannya? Jangan menikah dengannya. Lebih baik bersamaku daripada bersamanya. Kamu mengerti?"Briella menjawab tanpa mengangkat matanya, "Kenapa aku harus menikah? Setelah menemukan anakku, aku akan baik-baik saja bahkan tanpa menikah.""Omong kosong apa yang kamu bicarakan!" Erna melanjutkan dengan kesal, "Apa maksudnya menemu

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 579

    Cahaya di mata Zayden sudah meredup. Neneknya tidak sadarkan diri sejak dia lahir, jadi neneknya belum pernah bertemu dengan Zayden. Wajar saja kalau dia tidak mengenali Zayden."Dia Zayden Dominic. Biarkan saja dia memanggilmu begitu." Briella tidak tega melihat kelopak mata Zayden yang terkulai dan kehilangan. "Bukannya kamu ingin aku punya anak? Kebetulan sekali ada yang memanggilmu nenek."Erna melihat Zayden, lalu bertanya pada Briella dengan ragu, "Katakan, apa dia benar-benar anakmu?""Bukan." Briella menunjukkan ekspresi bingung. "Ini anak atasanku. Aku diminta menjaganya.""Kalau itu bukan anakmu, kenapa nama belakangnya Dominic?" Nathan berjalan mendekat dan menunjuk ke arah kepala Briella. "Apa kepalamu ini benar-benar terbentur. Kenapa kamu masih nggak percaya?"Briella tiba-tiba memikirkan hal ini dan ternyata benar. Zayden punya nama belakang yang sama dengannya.Namun, tidak peduli seberapa banyak Briella memikirkannya, dia tidak ingat kalau dia punya seorang putra seusi

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 578

    Briella bisa merasakan ketidakbahagiaan Nathan. Kebencian Nathan kepada Rieta sama besarnya dengan rasa sayangnya kepada Rieta. Dia tidak bisa bertemu dengan ibu kandungnya lagi, mana mungkin dia tidak sedih?"Aku memang sakit. Hatiku yang sakit."Briella menutup mulutnya dan menatap punggung Nathan tanpa berkata apa-apa."Jadi aku teringat denganmu. Melihatmu bisa membuatku merasa lebih baik.""Aku bukan obat penghilang rasa sakit. Pergilah ke rumah sakit kalau kamu nggak sehat.""Kamu jauh lebih manjur dibandingkan dokter dan perawat rumah sakit. Apa kaki dan pinggang mereka sekecil milikmu? Daripada mencari mereka, lebih baik aku menemuimu."Sebelum Briella sempat mengatakan sesuatu, Zayden berteriak marah, "Dasar memalukan!"Briella menutup telinga Zayden. "Nathan, kamu boleh sedih, tapi tolong tunjukkan rasa hormat padaku. Ada anak kecil di dalam mobil. Apa kamu nggak bisa bersikap normal?""Normal, aku sangat normal. Aku nggak nangis dan membuat masalah, kenapa kamu bilang aku ng

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 577

    Nathan melihat bahwa Briella tidak terlihat berpura-pura. "Ayo. Aku akan mengantarmu menemui ibu asuhmu. Kalian bisa bernostalgia di jalan.""Tunggu dulu. Aku mau ganti baju.""Pergilah. Pakai jaket dan sekalian bawakan jaket untuk putramu."Kata Nathan sambil menarik Zayden ke dalam rangkulannya.Briella menatap Zayden dan hatinya gelisah. Lalu, dia memerintahkan, "Aku ambil baju dulu. Nggak akan lama."Melihat Briella berbalik dan masuk ke dalam kamar, pria itu mencubit wajah Zayden dan menggodanya."Kasihan sekali, ibumu sendiri nggak mengakuimu sebagai anaknya."Zayden menoleh dengan angkuh, lalu berkata sambil mengerutkan kening, "Jangan menyentuhku!"Nathan menimpali, "Sifatmu ini sama persis seperti Valerio.""Aku anak kandungnya, tentu saja sama sepertinya.""Sepertinya kamu sangat menyukainya. Nggak boleh begitu. Apa kamu sudah lupa bagaimana dia memperlakukan Mama mu? Kamu harusnya membencinya.""Jangan mengatakan sesuatu yang nggak kamu mengerti." Zayden mencibir, "Aku punya

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 576

    Briella menutup pintu untuk menghalangi pandangan kedua anak itu. Lalu, dia mengerutkan keningnya dengan tidak senang. "Nathan, apa yang kamu lakukan di sini?"Nathan bersandar di ambang pintu, wajahnya terlihat sedikit muram. Bahkan tercium bau alkohol dari napasnya. Entah karena kematian Rieta atau karena apa, tetapi pria itu tidak terlihat baik-baik saja."Sudah malam. Kamu pergi saja."Lelaki itu mengaitkan bibirnya, berkata sambil tersenyum sangat tipis, "Kenapa? Sekarang kamu akhirnya berani mengakui kalau kamu itu Briella?"Briella mengabaikannya dan menutup pintu untuk mengusir Nathan pergi.Tangan Nathan menghalangi pintu dan melambai ke arah Zayden yang berada di dalam, "Nak, kamu masih nggak kenal sama Om?"Briella menoleh ke belakang. "Zayden, bawa adikmu ke kamar.""Zayden, kamu sama saja dengan Mama mu, tidak mau mengakuiku. Bagaimanapun, dulu aku pernah menolong kalian berdua, tapi sekarang kalian jadi orang yang nggak tahu terima kasih."Briella menyadari sesuatu, lalu

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 575

    "Queena khawatir nggak akan bisa bertemu Tante lagi, hiks."Briella menepuk-nepuk punggung Queena, mencoba menenangkannya, "Jangan menangis. Itu tempat orang jahat ditempatkan. Tante nggak melakukan kesalahan, mana mungkin dikurung di sana?"Kepala Queena terbenam dalam pelukan Briella, terus menempel kepadanya. "Lalu siapa orang jahatnya?"Briella menjilat bibirnya dan berkata dengan ragu-ragu, "Tante nggak tahu siapa orang jahatnya. Yang Tante tahu, orang jahat pasti akan dihukum."Queena mengedipkan matanya yang berkaca-kaca dengan polos. "Tapi kata para pelayan, Nenek meninggal dan Mama yang membunuhnya."Zayden berkata dengan jengkel, "Dia bukan Mama mu. Dia memperlakukanmu dengan nggak baik dan mengajarimu hal buruk. Dia nggak pantas untuk menjadi seorang ibu."Queena mengerutkan kening dan berkata dengan cemas, "Mama Queena orang yang jahat. Apa orang lain juga akan menganggap Queena jahat?""Nggak akan." Zayden bersumpah, "Selama ada Kakak, nggak akan ada yang berani menyebutmu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status