Ketakutan di hati Briella menghilang setelah dia mengatakan ini. Saat menatap Valerio lagi, dia merasa jauh lebih tenang.Briella berpikir kalau Valerio mungkin memutuskan untuk membatalkan pernikahan karena terlalu impulsif dan tidak berpikir panjang. Namun, ada terlalu banyak rintangan yang menghalanginya. Seorang Rieta saja tidak akan bisa dia lewati dengan mudah.Valerio tiba-tiba tersenyum. Senyum itu sangat dingin dan tajam pedang. Siapa pun yang menatap matanya pasti akan sangat ketakutan.Briella bisa merasakan kalau Valerio sudah berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosinya. Masalahnya sudah sampai seperti ini, tetapi Briella menolak untuk melihatnya."Kamu lebih kejam dari yang aku kira." Nada bicara Valerio diwarnai dengan cibiran, lalu menatap kedua mata Briella lekat-lekat. "Seorang ibu yang menggunakan anaknya yang belum lahir sebagai alat tawar-menawar demi keuntungannya sendiri. Briella, aku kagum dengan kebijaksanaanmu ini."Briella terdiam dan mengakui kalau apa yang
Briella melepaskan tangan Valerio dan menjadi sedikit tidak berdaya.Bagaimana mungkin Valerio tidak tahu, entah berapa lama waktu yang pria itu berikan, jawaban Briella tidak akan berubah dan tidak bisa berubah."Aku nggak peduli kalau kamu ingin membatalkan pernikahanmu." Briella berkata dengan tegas, "Tapi aku nggak akan patuh dengan apa yang kamu perintahkan."Valerio menahan amarah di dalam hatinya, tidak bisa berbuat apa-apa atas sikap keras kepala Briella."Briella apa yang kamu inginkan sebenarnya?"Valerio berpikir kalau wanita ini menyukai perhiasan dan uang. Valerio punya banyak uang, kalau Briella menginginkannya, dia akan memberikan semuanya."Dua ratus miliar dan Galapagos. Aku akan kasih apa yang sudah aku janjikan selama kamu melakukan apa yang aku perintahkan."Briella tiba-tiba merasa tertekan, lalu menggelengkan kepalanya. Dia berkata tidak berdaya, "Ini bukan masalah apakah kamu akan memberikannya atau nggak. Pak Valerio, aku sarankan lebih baik urungkan rencana unt
"Tolong ikut ke toko kue kami." Wanita itu memohon dengan tatapan jujur, membuat Briella tidak bisa menolak. "Setelah melihatnya sendiri, kamu akan melihat kesulitan kami. Setelah itu, kalian bisa memutuskan apakah masih ingin mengakuisisi toko kue kami atau membatalkannya. Bagaimana?"Briella melihat waktu dan sekarang penerbangannya sudah terlewat. Setelah mempertimbangkannya, dia memutuskan untuk pergi bersama wanita ini."Kalau memang benar kunjungan akan mengubah niat akuisisi seperti yang kamu bilang, aku akan ikut. Tapi, Ibu juga harus tahu kalau keputusan akuisisi diputuskan oleh Pak Valerio. Aku hanya seorang sekretaris dan ada beberapa hal yang nggak bisa aku putuskan sendiri."Wanita itu tiba-tiba menarik tangan Briella, berkata dengan air mata berlinang, memohon kepada Briella, "Yang penting Nona mau ikut dengan saya. Nona, saya benar-benar nggak berdaya. Anak yang nggak tahu diri itu hampir memukuli saya dan suami saya sampai mati karena akuisisi itu!"Briella terkejut dan
Asisten itu bingung dengan pertanyaan Briella. Dia hanya tahu kalau Pak Valerio ke sini karena berencana membeli toko kue, tetapi dia juga tidak tahu mengenai alasannya."Mungkin ada hubungannya dengan Ibu Pak Valerio." Asisten berspekulasi dengan santai, "Kota ini adalah tempat kelahiran Ibu Pak Valerio. Pak Valerio membangun cabang di kota ini juga karena ada hubungannya dengan Ibu Pak Valerio."Briella terdiam sejenak, berpikir kalau apa yang dikatakan asisten itu bukanlah hal yang mustahil.Pria itu tidak pernah melupakan ibunya. Briella belum pernah bertemu dengan pria itu, tetapi dia tahu banyak tentangnya dari Valerio. Ibu Valerio adalah seorang wanita yang cantik dan lembut. Dia adalah pelukis yang sangat berbakat. Namun, Briella tidak tahu alasan kenapa wanita itu meninggalkan Valerio.Briella berjalan kembali ke hotel. Penerbangannya harus dijadwalkan ulang untuk besok karena masalah toko kue. Dia baru duduk dan tiba-tiba menerima panggilan video dari putranya yang menanyakan
Setelah tertunda selama beberapa hari, Briella kembali ke Kota Tamar dan melanjutkan pekerjaannya di Taralay Property. Masih ada tiga hari lagi sebelum Valerio mengadakan konferensi pers. Briella bertanya-tanya apakah Valerio sudah berubah pikiran. Dia terus memikirkan akan hal ini dan untuk bekerja pun jadi tidak fokus.Saat ini, Briella sedang bekerja di ruang kantornya. Pintu ruang kantornya di ketuk dan Briella pun mendongak. Ternyata Kinan yang datang."Briella, kemana saja beberapa hari ini? Apa kamu tahu sebanyak apa pekerjaan yang kamu limpahkan kepadaku selama beberapa hari ini? Aku sangat membenci orang sepertimu!"Kinan berkata sambil membanting dokumen yang dia genggam ke meja Briella dengan keras, seolah-olah dia tengah melampiaskan kemarahannya.Briella mendongak dan melirik dokumen yang berada di atas meja, lalu menatap Kinan. Melihat sikap Kinan yang penuh kemarahan ini, Briella tahu kalau pengganggu ini datang untuk membuat masalah lagi."Terima kasih sudah bekerja lem
"Kenapa memangnya kalau wanita itu aku?" Briella menatap Kinan dengan tatapan dingin. "Sebaiknya kamu simpan rapat-rapat atau kamu akan berakhir jauh lebih mengenaskan."Kinan tidak terintimidasi dan menjawab ketus, "Apa nggak ke balik? Yang ada di skandal itu kamu. Kalau sampai terbongkar, sepertinya kamu nggak akan punya keberanian buat terus bekerja di Taralay Property!"Briella tidak mau repot-repot berbicara dengan Kinan lagi. Dia hanya mengatakan, "Kinan, jangan lupa, semua rahasiaku ini berhubungan dengan Valerio. Dia adalah orang yang nggak bisa kamu singgung."Kinan merasa kalau apa yang dikatakan Briella memang benar. Dia tahu kalau membuka rahasia ini sama saja dengan menyinggung perasaan Valerio, yang juga memengaruhi karier sepupunya di Perusahaan Regulus.Ini adalah alasan kenapa dia takut untuk membuka rahasia ini. Kalau belum sampai akhir, rasanya sangat tidak masuk akal kalau menguaknya begitu saja."Apa pun itu, yang kamu lakukan itu aib dan sangat memalukan. Briella,
Briella tidak ingin melihat orang lain mendatanginya untuk mencari masalah tanpa alasan.Kinan melihat kekacauan di lantai dan dibuat ketakutan oleh Briella. Apa Briella merasa sangat hebat karena memiliki paras yang cantik? Emosinya meledak-ledak, membuat Kinan tidak bisa menimpali."Aku malas meladenimu!" Kinan menggeram pelan dan bergegas keluar dari ruangan, "Dasar gila!"Kinan berbalik dan berjalan keluar dari ruang kantor Briella lalu melihat rekan-rekannya sudah berkumpul di luar untuk menanyakan apa yang sedang terjadi."Gila. Briella gila!"Semua orang merasa kalau Kinan terlihat seperti monyet yang mengamuk, dengan gigi dan cakar yang siap menerkam dan membuat mereka yang melihatnya ingin tertawa.Mereka melihat kalau Kinan sangat marah, sementara Briella, si pelaku yang membuatnya marah masih duduk dengan tenang di meja kerjanya. Meskipun lantai dalam keadaan berantakan, tetapi dia menganggap seperti tidak ada yang terjadi. Dia menunduk dan melanjutkan pekerjaannya.Rekan ke
Briella menghadapi pertanyaan sahabatnya dengan sikap santai, "Biarkan takdir yang menentukan."Gita merasa kesal dengan jawaban itu, jadi mendorong dahi Briella pelan. "Kamu ini! kamu mati-matian saat bekerja. Aku benar-benar nggak tahu lagi harus bilang apa sama kamu! Aku tanya, apa kamu nggak mau mengandalkan anak di dalam perutmu itu untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik?"Briella melihat sekeliling dengan waspada. Untungnya tidak terlalu banyak orang yang mendengar perkataan Gita yang menggebu-gebu ini."Jujur saja, sekarang aku nggak bisa menghindar darinya." Briella menutup mulutnya dan menoleh ke arah sahabatnya. "Kamu tahu, begitu berita tersiar kalau kami menginap di hotel yang sama, Valerio bilang dia akan membatalkan pernikahannya dan berencana mempublikasikan hubungan kami.""Hubungan kalian yang mana?" Gita kembali mendesak, "Apa kamu yang menjadi selingkuhannya dan sedang mengandung anaknya? Lala, boleh saja kalau kalian mau mengungkapkan hubungan kalian, tapi mint