"Tolong ikut ke toko kue kami." Wanita itu memohon dengan tatapan jujur, membuat Briella tidak bisa menolak. "Setelah melihatnya sendiri, kamu akan melihat kesulitan kami. Setelah itu, kalian bisa memutuskan apakah masih ingin mengakuisisi toko kue kami atau membatalkannya. Bagaimana?"Briella melihat waktu dan sekarang penerbangannya sudah terlewat. Setelah mempertimbangkannya, dia memutuskan untuk pergi bersama wanita ini."Kalau memang benar kunjungan akan mengubah niat akuisisi seperti yang kamu bilang, aku akan ikut. Tapi, Ibu juga harus tahu kalau keputusan akuisisi diputuskan oleh Pak Valerio. Aku hanya seorang sekretaris dan ada beberapa hal yang nggak bisa aku putuskan sendiri."Wanita itu tiba-tiba menarik tangan Briella, berkata dengan air mata berlinang, memohon kepada Briella, "Yang penting Nona mau ikut dengan saya. Nona, saya benar-benar nggak berdaya. Anak yang nggak tahu diri itu hampir memukuli saya dan suami saya sampai mati karena akuisisi itu!"Briella terkejut dan
Asisten itu bingung dengan pertanyaan Briella. Dia hanya tahu kalau Pak Valerio ke sini karena berencana membeli toko kue, tetapi dia juga tidak tahu mengenai alasannya."Mungkin ada hubungannya dengan Ibu Pak Valerio." Asisten berspekulasi dengan santai, "Kota ini adalah tempat kelahiran Ibu Pak Valerio. Pak Valerio membangun cabang di kota ini juga karena ada hubungannya dengan Ibu Pak Valerio."Briella terdiam sejenak, berpikir kalau apa yang dikatakan asisten itu bukanlah hal yang mustahil.Pria itu tidak pernah melupakan ibunya. Briella belum pernah bertemu dengan pria itu, tetapi dia tahu banyak tentangnya dari Valerio. Ibu Valerio adalah seorang wanita yang cantik dan lembut. Dia adalah pelukis yang sangat berbakat. Namun, Briella tidak tahu alasan kenapa wanita itu meninggalkan Valerio.Briella berjalan kembali ke hotel. Penerbangannya harus dijadwalkan ulang untuk besok karena masalah toko kue. Dia baru duduk dan tiba-tiba menerima panggilan video dari putranya yang menanyakan
Setelah tertunda selama beberapa hari, Briella kembali ke Kota Tamar dan melanjutkan pekerjaannya di Taralay Property. Masih ada tiga hari lagi sebelum Valerio mengadakan konferensi pers. Briella bertanya-tanya apakah Valerio sudah berubah pikiran. Dia terus memikirkan akan hal ini dan untuk bekerja pun jadi tidak fokus.Saat ini, Briella sedang bekerja di ruang kantornya. Pintu ruang kantornya di ketuk dan Briella pun mendongak. Ternyata Kinan yang datang."Briella, kemana saja beberapa hari ini? Apa kamu tahu sebanyak apa pekerjaan yang kamu limpahkan kepadaku selama beberapa hari ini? Aku sangat membenci orang sepertimu!"Kinan berkata sambil membanting dokumen yang dia genggam ke meja Briella dengan keras, seolah-olah dia tengah melampiaskan kemarahannya.Briella mendongak dan melirik dokumen yang berada di atas meja, lalu menatap Kinan. Melihat sikap Kinan yang penuh kemarahan ini, Briella tahu kalau pengganggu ini datang untuk membuat masalah lagi."Terima kasih sudah bekerja lem
"Kenapa memangnya kalau wanita itu aku?" Briella menatap Kinan dengan tatapan dingin. "Sebaiknya kamu simpan rapat-rapat atau kamu akan berakhir jauh lebih mengenaskan."Kinan tidak terintimidasi dan menjawab ketus, "Apa nggak ke balik? Yang ada di skandal itu kamu. Kalau sampai terbongkar, sepertinya kamu nggak akan punya keberanian buat terus bekerja di Taralay Property!"Briella tidak mau repot-repot berbicara dengan Kinan lagi. Dia hanya mengatakan, "Kinan, jangan lupa, semua rahasiaku ini berhubungan dengan Valerio. Dia adalah orang yang nggak bisa kamu singgung."Kinan merasa kalau apa yang dikatakan Briella memang benar. Dia tahu kalau membuka rahasia ini sama saja dengan menyinggung perasaan Valerio, yang juga memengaruhi karier sepupunya di Perusahaan Regulus.Ini adalah alasan kenapa dia takut untuk membuka rahasia ini. Kalau belum sampai akhir, rasanya sangat tidak masuk akal kalau menguaknya begitu saja."Apa pun itu, yang kamu lakukan itu aib dan sangat memalukan. Briella,
Briella tidak ingin melihat orang lain mendatanginya untuk mencari masalah tanpa alasan.Kinan melihat kekacauan di lantai dan dibuat ketakutan oleh Briella. Apa Briella merasa sangat hebat karena memiliki paras yang cantik? Emosinya meledak-ledak, membuat Kinan tidak bisa menimpali."Aku malas meladenimu!" Kinan menggeram pelan dan bergegas keluar dari ruangan, "Dasar gila!"Kinan berbalik dan berjalan keluar dari ruang kantor Briella lalu melihat rekan-rekannya sudah berkumpul di luar untuk menanyakan apa yang sedang terjadi."Gila. Briella gila!"Semua orang merasa kalau Kinan terlihat seperti monyet yang mengamuk, dengan gigi dan cakar yang siap menerkam dan membuat mereka yang melihatnya ingin tertawa.Mereka melihat kalau Kinan sangat marah, sementara Briella, si pelaku yang membuatnya marah masih duduk dengan tenang di meja kerjanya. Meskipun lantai dalam keadaan berantakan, tetapi dia menganggap seperti tidak ada yang terjadi. Dia menunduk dan melanjutkan pekerjaannya.Rekan ke
Briella menghadapi pertanyaan sahabatnya dengan sikap santai, "Biarkan takdir yang menentukan."Gita merasa kesal dengan jawaban itu, jadi mendorong dahi Briella pelan. "Kamu ini! kamu mati-matian saat bekerja. Aku benar-benar nggak tahu lagi harus bilang apa sama kamu! Aku tanya, apa kamu nggak mau mengandalkan anak di dalam perutmu itu untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik?"Briella melihat sekeliling dengan waspada. Untungnya tidak terlalu banyak orang yang mendengar perkataan Gita yang menggebu-gebu ini."Jujur saja, sekarang aku nggak bisa menghindar darinya." Briella menutup mulutnya dan menoleh ke arah sahabatnya. "Kamu tahu, begitu berita tersiar kalau kami menginap di hotel yang sama, Valerio bilang dia akan membatalkan pernikahannya dan berencana mempublikasikan hubungan kami.""Hubungan kalian yang mana?" Gita kembali mendesak, "Apa kamu yang menjadi selingkuhannya dan sedang mengandung anaknya? Lala, boleh saja kalau kalian mau mengungkapkan hubungan kalian, tapi mint
Pria itu mengenakan setelan jas hitam, yang membungkus tubuhnya dengan sempurna. Sosoknya terlihat makin luar biasa tampan, lengkap dengan kacamata di pangkal hidung mancungnya. Penampilannya ini sangat mirip dengan tokoh pemeran utama kedua di drama TV yang sedang populer.Mengenai nama dari drama TV itu, Gita pun tidak mengingatnya dengan jelas. Intinya, Klinton memiliki aura dan proporsi tubuh yang sama dengan aktor itu, tipe-tipe yang menjadi idola para gadis saat ini.Gita mengikuti tatapan Briella dan melihat sekilas sosok Klinton. Dia memang tampan dan tingginya hampir sama dengan Valerio. Dia tipe pria yang sulit untuk dilupakan setelah dilihat sekali."Siapa pria tampan yang tinggi itu? Kenapa dia terus menatapmu?"Briella mengalihkan pandangannya dan tersenyum pahit ke arah Gita. "Kakaknya Davira, anak sulung Keluarga Atmaja.""Dia lagi ngapain?" Gita langsung menaruh curiga. "Apa dia ke sini untuk bertemu denganmu? Jangan bilang dia datang ke mari karena mau mencari masalah
Klinton belum pernah diperlakukan dengan lugas seperti ini sebelumnya. Setelah bertemu dengan Briella tiga kali, dia tahu seperti apa temperamen Briella.Namun, sifat Briella yang seperti itulah yang membuatnya ingin mengenal Briella lebih jauh.Klinton mengamati Briella dengan penuh ketertarikan. Briella seumuran dengan Davira, bahkan wajah mereka pun mirip. Namun, Briella tidak seperti Davira. Energi di dalam diri Briella membuatnya merasakan penasaran dan membuatnya makin ingin mencari tahu tentangnya."Kalau ada waktu, aku ingin bicara denganmu."Pria itu menarik kembali tatapannya yang penuh perhitungan. "Lagipula, pertunangan Davira sudah akan berakhir dan ini ada hubungannya denganmu."Briella ingin tertawa, tetapi dia pun tidak berdaya. Dia tahu kalau hal menjengkelkan dan melelahkan seperti ini akan terus menimpanya."Aku harap pertemuanku dengan Pak Klinton karena sesuatu yang baik, seperti menang lotre misalnya. Pak Klinton berbaik hati ingin membagi hadiah lotre kepadaku ka