"Briella, sungguh mengejutkan. Dalam satu malam hierarki Taralay Property langsung berubah."Kinan beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Briella sambil berbicara.Briella mengangkat matanya dan menatap Kinan yang ada di depannya dengan. Melihat ekspresi arogan di wajah Kinan, dia seperti akan membalas dendam kepada Briella."Kinan, apa ada masalah pekerjaan yang perlu kamu bicarakan?""Jangan mengubah topik pembicaraan." Kinan mengeratkan senyum di wajahnya dan melanjutkan dengan ketus, "Aku peringatkan. Kalau kamu mencoba merusak hubungan Valerio dan Davira lagi, aku akan mengatakan yang sebenarnya tentang kehamilanmu. Dengan begitu, kamu nggak akan bisa tinggal di Taralay Property lagi.""Heh." Briella tertawa dingin. "Sombong sekali ucapanmu. Dari perkataanmu itu, kamu masih mau melakukan sesuatu kepadaku, padahal masalah kemarin saja masih belum berakhir?""Jangan sok lantang mentang-mentang ada yang melindungimu! Aku juga bukan orang yang akan diam saja kalau dige
Kinan mendengus, "Pokoknya kamu harus ingat. Kamu harus menjauh dari Valerio secepatnya. Kalau nggak ....""Pergi."Briella sudah tidak punya kesabaran tersisa untuk terus mendengarkan ocehan Kinan. Kalau Kinan terus bicara, Briella mungkin akan muak karena terus-terusan mendengar kata Valerio.Kinan sangat marah dan ingin mengumpat lagi untuk melampiaskan kekesalannya, tetapi tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.Briella melirik ke arah pintu. "Masuk."Pintu ruangan terbuka. Orang yang datang adalah Pak Indar, bersama dengan istri wakil presdir yang kemarin membuat masalah dengan Briella.Hanya dalam semalam, wanita itu terlihat kuyu, seperti bertambah sepuluh tahun lebih tua dibandingkan dirinya yang kemarin. Ini adalah sesuatu yang tidak disangka oleh Briella."Briella, apa kita bisa bicara berdua saja?" Sikap wanita itu jauh berbeda dan tidak terlihat sombong seperti kemarin. Matanya melirik Briella, mencoba mengamati reaksinya. Setelah itu, dia langsung menunduk dan tidak bicara a
Di dalam semua layar di Taralay Property, muncul sosok seorang wanita yang berlutut meminta maaf. Semua orang tahu siapa identitas wanita itu. Para pegawai menghentikan pekerjaan mereka dan berkumpul di depan layar lebar untuk menikmati apa yang akan terjadi.Wanita di layar itu berlutut di lantai dalam keadaan rambut berantakan dan wajah pucat. Dia menyerukan, "Maaf, maaf, maaf ....""Bukankah dia wanita yang datang kemarin ke perusahaan untuk membuat masalah?""Ya, benar. Dia menyerang pegawai baru di departemen desain, bahkan membawa dua pria bertubuh kekar untuk menyerang pegawai itu. Video terkait hal ini saja sudah menyebar. Tapi kalau dipikir-pikir sangat aneh, karena video itu menghilang dalam semalam dan wakil presdir kita ditangkap polisi. Sekarang, wanita itu bahkan berlutut dan meminta maaf.""Jadi sepertinya identitas pegawai baru departemen desain itu nggak sederhana, bahkan sampai bisa membuat seorang wakil presdir ditangkap polisi. Pelindungnya pasti sangat kuat.""Arti
Emosi kedua wanita itu sudah dipicu oleh Kinan dan mereka pun mengeluhkan kemarahan mereka."Itulah kenapa orang-orang yang punya hak istimewa di perusahaan kita adalah orang yang paling menjijikkan. Dia mengabaikan peraturan, menginjak-injak dedikasi dan kerja keras kita dan lolos begitu saja tanpa mendapatkan sanksi.""Benar! Mana mungkin boleh begitu!"Kedua wanita itu mendongak dan melihat ke arah istri wakil presdir di layar perusahaan yang sedang berlutut, merasa kasihan padanya."Kak, aku sudah mengingatkan kalian, lho ya. Pegawai departemen desain yang baru jauh lebih rumit dibandingkan yang kalian pikirkan. Aku ingat, saat itu ada tiga orang yang masuk ke departemen desain, tapi yang diterima cuma aku dan Briella. Penerimaan wanita yang satunya dibatalkan karena ulah Briella."Kinan merendahkan suaranya dan sengaja melihat sekeliling seakan-akan apa yang dia katakan akan terdengar oleh orang lain."Jangan lihat penampilan Briella yang terlihat nggak berbahaya. Pada kenyataanny
Briella mengira kalau insiden itu akan segera berakhir dan dia akan baik-baik saja selama dia kembali bekerja dengan baik. Namun, apa yang dilakukan Kinan benar-benar membuat hari-harinya di Taralay Property berjalan dengan sulit.Menjelang waktu pulang kerja, Briella mengirim pesan kepada Nathan dan berterima kasih atas apa yang sudah pria itu lakukan. Namun, yang tidak dia ketahui adalah, orang yang membalaskan dendamnya ini ternyata orang lain.Nathan menerima pesan Briella dan menduga kalau orang yang berada di balik semua ini adalah Valerio. Namun, pria itu tidak mengungkapkannya, hanya menanyakan apakah Briella akan datang ke pameran.Itu adalah pameran desain, yang kebetulan berhasil menarik minat Briella."Aku juga mau lihat, tapi Zayden sudah sekolah dan aku belum pernah mengantar atau menjemputnya ...."Briella masih ragu-ragu, sementara Nathan yang berada di seberang telepon sudah mengambil keputusan untuknya."Gampang. Kita ajak Zayden sekalian." Pria itu berkata dengan teg
Briella berpikir sejenak tanpa mengutarakan pendapatnya kepada Siska."Siska, ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan padamu.""Apa, Bu Briella. Aku akan katakan semua yang aku tahu.""Seberapa banyak yang kamu tahu tentang Elbert, manajer penjualan?""Elbert?" Siska mengingat di dalam ingatannya, baru menjawab, "Aku pernah bertemu dengannya beberapa kali saat rapat. Dia pasti cukup hebat karena bisa mencapai posisi manajer penjualan.""Kalau secara pribadi? Apa kamu pernah mendengar gosip tentang dia?"Briella mencoba menguraikan dan Siska pun mulai mengingat-ingat. Dia tiba-tiba teringat akan sesuatu dan mengatakan, "Ya, ada ...."Siska melihat sekeliling dan berjalan ke area kosong dan berbisik kepada Briella yang berada di ujung telepon, "Aku dengar Elbert dan Bu Davira sepertinya ada hubungan. Katanya mereka cinta pertama masing-masing saat masih sekolah dulu."Briella menghela napas panjang dan berkata dengan suara pelan, "Berita ini bisa dipercaya?"Siska menjawab tanpa ragu,
Perusahaan Regulus."Rio, ini aku buatkan bubur untukmu. Aku dengar kalau hari ini kamu harus lembur dan nggak sempat makan. Jadi aku pulang ke rumah untuk membuatkan makan malam untukmu."Davira meletakkan tempat makan di atas meja dan berjalan mendekati Valerio, duduk di meja kantor pria itu.Hari ini dia berdandan secara khusus, mengenakan rok ketat dengan belahan tinggi. Saat duduk di meja, satu kakinya terbuka tepat di depan garis pandang Valerio, memperlihatkan kulitnya yang terbuka di belahan roknya.Pria itu hanya melirik tempat makan dan menundukkan kepalanya, tetap fokus melakukan pekerjaannya.Tatapan Davira berubah muram. Dia mengira kalau pakaiannya hari ini bisa memancing hasrat pria itu. Namun, tidak disangka pria itu bahkan enggan untuk menatapnya.Karena tidak terima, Davira langsung menutup laptop Valerio, lalu pura-pura marah."Rio, kenapa kamu nggak peduli denganku sedikit pun?"Tatapan Valerio begitu dingin. Dia mengangkat pandangannya ke arah Davira, lalu menyingk
"Briella bukan wanita gampangan."Valerio mengoreksi perkataan Davira dengan tegas. Kepalanya menunduk, pikirannya tertuju pada ponselnya dan tidak menatap Davira lagi.Beraninya Briella membawa anaknya berkencan dengan pria lain! Sekejam apa wanita itu sebenarnya? Hal apa yang tidak berani dia lakukan?Davira melihat tatapan tidak fokus Valerio. Tanpa berpikir pun dia tahu siapa yang ada dalam pikiran pria itu. Davira kesal, bahkan sampai tidak habis pikir.Dia sudah berpakaian seperti ini untuk merayu Valerio, tetapi pria itu bahkan tidak tertarik kepadanya sedikit pun dan terus menatap ponselnya, seakan jiwanya sudah terhanyut di dalam ponsel itu."Terkadang aku berpikir kalau kamu sangat kejam, tapi kamu memperlakukan Briella dengan sangat baik. Rio, jangan sampai kamu kehilangan seseorang yang benar-benar baik kepadamu, baru kamu menghargainya."Davira menyelesaikan perkataannya dan masih tidak mendapatkan jawaban dari pria itu. Hatinya dipenuhi oleh kebencian terhadap Briella! Di