Tatapan pria itu tertuju pada Elbert yang muncul entah dari mana. Dia pun bertanya dengan nada dingin, "Bukannya jam segini kamu harus lembur di kantor?"Valerio menatap Davira dengan tatapan yang lebih dingin lagi. "Kamu juga. Apa yang kamu lakukan di sini bukannya istirahat di rumah sakit?"Davira dan Elbert saling bertukar pandang. Wajah Elbert menunjukkan senyuman yang hampir bisa disebut seringai saat menatap Valerio."Pak Valerio, mungkin Anda salah paham. Saya memang sedang lembur."Valerio menjawab, "Elbert, mau main-main denganku?""Pak Valerio, mana mungkin saya berani!" Elbert mengeluarkan setumpuk dokumen dari tas kerjanya dan memberikannya kepada Valerio dengan kedua tangannya."Saya sudah membuat janji dengan Bu Davira untuk melakukan rekonsiliasi rekening hari ini. Ini semua tentang rekening perusahaan kita untuk kuartal ini."Tangan Elbert sedikit gemetar saat memegang dokumen-dokumen itu. Davira sudah memaki pria ini berkali-kali di dalam hatinya."Rio, akulah yang mem
"Apa ada yang perlu dibicarakan antara aku dan seorang presdir yang terhormat?" Nathan mengambil pisau dan garpunya lalu memotong steik miliknya dengan gerakan yang terampil. "Mengenai Briella dan Zayden yang kamu bilang ...."Nathan memasukkan steik ke dalam mulutnya dan menjeda perkataannya."Pak Valerio, jangan lupa. Kamulah yang merebut cinta orang lain dulu."Valerio sama sekali tidak menggubris Nathan. "Kapan Briella pernah mengakui hubungannya denganmu? Jujur dan berkhayal adalah dua hal yang berbeda.""Setidaknya itu lebih baik daripada Pak Valerio yang suka merebut dan memaksa."Nathan menatap pria di depannya dengan tatapan remeh dan keduanya pun saling menatap. Suasana di sekitar langsung berubah mencekam, hening dan sunyi."Nathan, setelah bertahun-tahun kamu masih nggak tahu bagaimana caranya bersikap."Setelah selesai berbicara, Valerio beranjak dan tatapan dinginnya menyapu Nathan. "Nggak peduli apa hubungan di antara kita, lebih baik urungkan niatmu yang akan menggunaka
Judul berita berhasil mencapai puncak daftar berita terpopuler dalam waktu singkat. Briella yang sudah ada di rumah pun bisa melihatnya.Di berita itu, Briella melihat kalau Valerio tengah menggendong Davira. Ada perasaan campur aduk di dalam hati. Briella pun tidak tahu kenapa bisa seperti ini. Mereka sepasang tunangan, jadi yang harus Briella lakukan adalah mengurus dirinya sendiri.Briella meletakkan ponselnya dan pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk Zayden.Karena Valerio datang bersama Zayden, dia tidak begitu menikmati makan malamnya kali ini. Jadi, Briella mengambil bahan makanan yang ada di lemari es, lalu membuat mie untuknya dan Zayden.Zayden dan Briella duduk berseberangan, menikmati makan malam dengan saling berhadapan."Nak, hari ini kamu panggil Om Valerio apa?"Kalau Briella tidak salah dengar, sepertinya Zayden memanggil Papa kepada Valerio."Panggil Papa." Zayden tidak memakan mie nya dan menatap Mama nya dengan saksama. "Mama marah? Nggak mau aku panggil
Valerio menarik lengan baju Briella ke atas, memperlihatkan pergelangan tangan putih dan rampingnya tepat di depan mata Valerio. Pria itu bisa dengan jelas melihat bekas warna merah di pergelangan tangannya."Kamu terluka sendiri?"Pria itu jelas tidak percaya dengan alasan yang dibuat Briella."Mama!" Zayden langsung turun dari kursi makan dan menghampiri Briella, menatap lengannya yang terluka dengan wajah khawatir. "Apa Mama bertengkar dengan seseorang lagi?"Zayden menelisik Briella dari atas ke bawah, takut ada luka lain di tubuh Briella yang lepas dari penglihatannya."Bertengkar?" Reaksi Zayden menarik perhatian Valerio. "Zayden, apa mamamu sering bertengkar sama orang lain?"Tanpa menunggu Zayden menjawab pertanyaan Valerio, Briella melepaskan diri dari genggaman tangan Valerio dan menuju ke atas."Mama, jangan lupa kasih obat, ya?" Zayden sangat mengenal Mamanya dan masih melihat punggung Briella yang menjauh dari pandangan dengan wajah khawatir.Valerio juga menarik kembali p
"Situasi itu menyebabkan kehebohan di departemen. Banyak karyawan yang merekam kejadian itu menggunakan ponsel dan sudah beredar di internet. Saya sudah kirimkan videonya ke email Anda."Marco melanjutkan, "Selain kejadian sore ini di Taralay Property, sepulang kerja Nathan pergi menjemput Nona Briella di pintu masuk Taralay Property. Di sana Nathan membantu Nona Briella memberikan pelajaran kepada seorang karyawan wanita yang bertengkar dengan Nona Briella. Karyawan wanita itu katanya sudah dipecat. Setelah itu, mereka pergi ke restoran barat bersama. Setelah itu, apa yang terjadi di sana Pak Valerio juga menyaksikannya sendiri. Nona Briella mengajak Zayden kembali ke Galapagos."Valerio berdehem pelan sebagai tanggapan, lalu membuka emailnya untuk mencari video yang diunggah oleh karyawan Taralay Property di internet.Briella dalam video tersebut memiliki kaki yang jenjang dan pinggang yang ramping. Penampilannya sangat asing bagi Valerio karena terkesan dingin, datar dan menunjukkan
Briella menarik tangannya menjauh dan tubuhnya tanpa sadar bergeser ke sudut. Matanya terkulai, kelopak matanya menyembunyikan ketidaksenangan di dalam matanya. Suaranya pelan, tetapi terdengar sangat jelas di telinga Valerio."Pak Valerio, hubungan kita bukan lagi sebagai teman satu kantor dan bawahan."Briella menutup bibirnya rapat dan terus menundukkan kepalanya tanpa menatap Valerio.Ketika melihat Valerio memeluk Davira dengan mesra di berita hari ini, Briella tiba-tiba menjadi tersadarkan.Identitas dia saat ini hanya pengganti, jadi harus lebih sadar diri dibandingkan siapa pun.Valerio mengaitkan bibirnya membentuk senyuman yang bisa dilihat jelas di wajahnya. Mungkin karena suhu air yang tinggi di dalam bak mandi, senyumannya yang menawan mencairkan rasa dingin di wajahnya.Rambut pria itu basah dan otot-ototnya yang tampan tersembunyi di dalam gelombang air, terlihat sangat menggoda.Valerio mengangkat tangannya, mengusapkan ujung-ujung jarinya ke wajah kecil Briella. Suaran
Briella kelelahan hingga hampir kehabisan tenaga. Namun, dia tidak bisa tidur saat ada Valerio di sisinya. Malah, semangatnya seakan dibangkitkan.Dia membuka matanya yang setengah menyipit dan tatapannya tertuju pada lukisan di atas kerangka yang berada di dekat ambang jendela.Lukisan itu adalah potret Valerio, yang di bagian bawahnya terdapat tulisan Moon.Briella menguap panjang sambil menutup mulutnya dengan tangan. Lalu, dia bertanya tanpa sadar, "Berapa umurmu dalam lukisan ini?"Valerio mengangkat pandangannya dan mengalihkan perhatiannya dari lukisan di depannya, beralih menatap lukisan di dekat jendela."Awal dua puluhan."Briella menghitung dalam benaknya. Awal usia dua puluhan Valerio sedang belajar di Negara Jerius. Apakah gadis dengan nama Moon itu teman sekelasnya?Atau mungkin cinta pertamanya?"Jangan bergerak." Valerio menegakkan kuas di depan matanya, mencari proporsi terbaik pada tubuh Briella.Briella menarik kembali pandangannya dari lukisan Valerio, lalu mengubah
"Briella, sungguh mengejutkan. Dalam satu malam hierarki Taralay Property langsung berubah."Kinan beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Briella sambil berbicara.Briella mengangkat matanya dan menatap Kinan yang ada di depannya dengan. Melihat ekspresi arogan di wajah Kinan, dia seperti akan membalas dendam kepada Briella."Kinan, apa ada masalah pekerjaan yang perlu kamu bicarakan?""Jangan mengubah topik pembicaraan." Kinan mengeratkan senyum di wajahnya dan melanjutkan dengan ketus, "Aku peringatkan. Kalau kamu mencoba merusak hubungan Valerio dan Davira lagi, aku akan mengatakan yang sebenarnya tentang kehamilanmu. Dengan begitu, kamu nggak akan bisa tinggal di Taralay Property lagi.""Heh." Briella tertawa dingin. "Sombong sekali ucapanmu. Dari perkataanmu itu, kamu masih mau melakukan sesuatu kepadaku, padahal masalah kemarin saja masih belum berakhir?""Jangan sok lantang mentang-mentang ada yang melindungimu! Aku juga bukan orang yang akan diam saja kalau dige