Briella mengambilkan makanan untuk Zayden, mencoba membungkam mulutnya yang terus berbicara. "Nggak ada tapi-tapian. Makan!"Gita yang duduk di seberang meja memandangi ibu dan anak itu. Dia menjadi emosional.Briella telah menjalani terlalu banyak kesulitan dan tahu betapa sulitnya bekerja di luar sana. Jadi, dia bertekad untuk membesarkan putranya dengan baik. Dia ingin putranya belajar, mendapatkan pendidikan terbaik dan mendapatkan pekerjaan yang terhormat.Dia ingin menebus semua kesedihan yang pernah dia alami melalui putranya."Gita, ponselmu bunyi." Briella menunjuk ponsel Gita di atas meja yang layarnya menyala.Gita mengambil ponselnya. Begitu melihat identitas penelepon, dia mendongak dan berkata dengan tergagap pada Briella."Dia ... dia ... dia telepon lagi ...."Briella balik bertanya, "Valerio?""Ya. Apa yang harus aku lakukan? Angkat nggak?""Angkat saja. Kalau dia mau ketemu, bilang saja kamu nggak ada waktu. Lebih baik buang keinginannya buat ketemu Zayden."Gita memb
Briella mencoba menenangkan diri. Dia memikirkan siapa yang melakukan hal seperti itu.Ruang kantor presdir menjadi ramai karena semua orang membicarakan tentang siapa wanita yang ada di dalam foto itu.Ada orang yang langsung menebak kalau wanita itu adalah Briella. Karena pada kenyataannya, semua orang memang menggosipkan kalau Valerio dan Briella memiliki hubungan yang tidak jelas. Mereka menduga kalau sejak lama keduanya menjalin hubungan secara diam-diam."Bu Briella, orang di foto itu bukan kamu, 'kan?"Siska menatap Briella dan bertanya dengan sedikit khawatir.Briella tersadar dan balik bertanya dengan tenang, "Mereka semua bilang kalau orang itu aku?"Siska mengangguk. "Ya. Mereka bilang kalau wanita di foto itu kamu. Aku sampai berdebat dengan mereka. Mereka sudah merusak nama baikmu."Briella tersenyum. "Jangan pedulikan mereka. Ayo lanjut kerja saja."Melihat Briella sama sekali tidak panik, Siska pun bertanya dengan bingung, "Bu Briella, mereka sudah sejahat ini, kenapa ka
Briella mengira kalau masalah foto itu akan berlalu begitu saja. Kalaupun kebenaran dari foto itu terungkap, dia sudah meninggalkan perusahaan dan tidak bekerja di sini lagi.Namun, ternyata ini baru permulaan.Briella memiliki kebiasaan minum kopi. Setelah sibuk mengurus pekerjaannya, dia membawa cangkirnya ke pantri.Di sana ada beberapa wanita yang sedang mengobrol dan namanya disebut-sebut."Kemarin aku lihat Briella naik ke atap. Wanita di foto itu pasti dia.""Kalau memang benar begitu, berarti dia wanita simpanan, orang ketiga!""Siska, jauhi dia. Apa yang bisa kamu pelajari dari orang sepertinya! Bikin sial saja!"Briella berdiri diam dan mendengar Siska marah, "Kalian jangan bicara omong kosong tentang Bu Briella. Dia orang yang sangat baik. Lagi pula, apa kalian punya bukti kalau wanita di foto itu dia? Kalau nggak punya, jangan asal menuduh!"Sudut bibir Briella sedikit terangkat, tersenyum penuh makna.Dia memang sangat pintar dalam menilai seseorang. Siska jujur dan bisa d
Briella menyimpan ponselnya dan segera kembali ke kantor presdir.Benar saja. Ketika sudah dekat ruang kantor presdir, ada suara ribut-ribut yang terdengar.Banyak orang di luar ruangan yang mencoba mengintip ke dalam kantor Valerio, di mana samar-samar terdengar suara tangisan dari dalam."Siska, apa yang terjadi?""Bu Davira nangis di dalam. Dia bawa keluarganya kemari dan bilang kalau Pak Valerio selingkuh. Mereka meminta penjelasan."Di dalam, Davira menangis dan berteriak-teriak. Terdengar pula makian pria yang mengatakan hal yang tidak enak didengar.Briella yang mendengar itu pun menjadi cemas.Briella memikirkan situasi di mana seorang pria sombong seperti Valerio, dimarahi tetapi tidak mengatakan apa-apa. Bukan karena dia pengecut, tetapi karena dia sangat mencintai Davira. Jadi, dia bisa menerima semua hal yang dilakukan oleh keluarga Davira."Pak Valerio, aku tanya. Siapa wanita itu?""..."Pria itu makin marah, "Adikku sudah nggak sabar mau tunangan sama kamu, tapi kamu ter
Keluarga Atmaja juga keluarga pebisnis. Meskipun bisnis mereka tidak sehebat Keluarga Regulus, tetapi keluarga mereka memang sudah mapan. Bisnis yang diturunkan oleh leluhur mereka juga cukup untuk memberi makan keluarga sampai beberapa generasi. Keluarga mereka sangat sebanding dengan Keluarga Regulus.Saat orang tua Davira berjalan melewati meja Briella, tiba-tiba ibunya Davira berhenti.Ibu Davira mengamati wajah Briella. Sorot matanya tiba-tiba berubah rumit, membuat Briella mengira kalau wanita itu akan membuat perhitungan dengannya."Siapa namamu?"Ibu Davira bertanya kepada Briella."Briella.""Apa kamu asli orang sini?"Ibu Davira melontarkan pertanyaan lain yang menurut Briella malah makin membingungkan."Bukan. Ada yang bisa saya bantu?"Mata ibu Davira tiba-tiba berbinar. Dia menatap ayah Davira. "Suamiku, mungkinkah dia ....""Om, Tante." Valerio menghampiri dan berdiri di depan ayah dan ibu Davira, menutupi Briella."Mobil sudah menunggu di bawah. Sopir akan mengantar kali
Saat pulang kerja, Briella dan Siska keluar dari Perusahaan Regulus bersama-sama. Mereka menunggu bus umum di halte.Tidak jauh dari situ, sebuah Maybach perlahan keluar dari garasi bawah tanah. Bisa dilihat kalau itu mobil Valerio. Mobil itu melintas di depan mata Briella. Dia bisa melihat Davira duduk di kursi samping kemudi.Malam ini Valerio akan membawa Davira ke Calaire Hall, berniat untuk melamarnya.Perasaan yang sangat halus menyebar di hati Briella. Perasaan itu tidak bisa dikatakan sebagai kesedihan. Bagaimanapun, kita akan terbiasa dengan suatu barang jika terlalu lama digunakan. Begitu juga dengan manusia.Mulai saat ini, dia akan mendoakan kebahagiaan Valerio dan Davira.Briella mengalihkan pandangannya dan berkata kepada Siska yang berdiri di sampingnya, "Siska, malam ini mau makan apa? Aku yang traktir. Kamu bisa pesan apa pun yang kamu mau.""Makan daging panggang saja. Ada restoran daging panggang baru di Jalan Pahlawan. Kita makan di sana saja, setelah itu pergi kara
Davira menjadi sedikit emosional di akhir ucapannya.Saat melihat tunangannya memeluk wanita lain di depan matanya sendiri, dia ingin menghampiri dan menampar Briella!Briella seorang pembohong! Dia pantas ditampar!Matanya berlinang dan dia mulai merengek pada Valerio."Aku sudah memberikan hidupku, tapi aku nggak bisa mendapatkan hatimu. Kalau kamu nggak mau menikah denganku, aku akan membuat Briella ....""Diamlah." Valerio menyela perkataan Davira."Aku ingin kamu tahu kalau aku sangat berterima kasih kepadamu karena sudah menyelamatkanku saat di laut. Malam itu, aku juga merampas malam pertamamu. Sudah sepantasnya aku menebusnya."Davira tersenyum getir.Jadi, maksud Valerio tidak ada cinta, tapi hanya kemurahan hati."Bagaimana kalau aku ingin posisi sebagai istrimu? Apa kamu akan memberikannya?"Valerio mengerutkan kening. "Aku nggak suka melakukan hal yang nggak aku inginkan."Saat ini, dia tidak ingin menikahi Davira."Kalau begitu tunangan dulu saja." Davira memalingkan wajah
"Pak Valerio, aku ingin tanya sesuatu.""Katakan." Valerio menyimpan kembali ponselnya."Kenapa kamu ingin aku berpura-pura menjadi anakmu?" Zayden memiringkan kepalanya. "Apa karena kamu nggak mau menikah sama tante itu?"Valerio tersenyum. "Nak, banyak sekali pertanyaanmu.""Ya sudah kalau nggak mau jawab. Aku datang mencarimu karena ingin membicarakan masalah kerja sama.""Kerja sama?" Valerio mengangkat alisnya dengan penuh minat. "Aku sudah menelepon ibumu dua kali untuk memintamu bergabung dengan tim riset di laboratorium penelitianku yang baru didirikan. Tapi sayangnya, ibumu nggak mau kamu bekerja sama denganku.""Nggak, nggak, nggak." Zayden menggoyangkan jarinya. "Aku sudah lima tahun dan bisa memutuskan sendiri tentang berbagai hal.""Apa kamu yakin? Aku nggak akan mempekerjakan orang yang nggak tegas."Zayden menepuk-nepuk dadanya. "Tentu saja aku yakin. Tapi aku punya syarat.""Syarat apa?""Kamu harus merahasiakan ini dari Mama. Kamu nggak boleh memberitahunya.""Kenapa m