Kunjungan ke sekolah berakhir dengan Briella dan Zayden yang diusir dari Scarlas School oleh beberapa pria berbadan kekar.Briella menatap Zayden yang berdiri di sampingnya, mencoba menahan rasa jengkel dan terhina di dalam hatinya. Briella berusaha menguatkan diri dan menenangkan Zayden."Sayang, apa kamu lapar? Ayo kita makan. Ada restoran kecil di sekat sini yang menyediakan makanan rumahan. Kamu pasti mau kalau Mama ajak makan di restoran, 'kan?"Zayden tahu kalau Mamanya sedang menggodanya. Seketika, wajah tanpa ekspresinya terlihat lebih tenang. Dia menggandeng tangan Briella dan berjalan beriringan menuju restoran."Mama, aku saja yang traktir Mama makan." Zayden memandangi perut Briella dan tatapannya menjadi waspada. "Di dalam perut Mama ada bayi kecil, jadi Mama harus makan dengan baik."Briella membelai kepala Zayden, merasa terharu sekaligus bersalah setiap anak ini menunjukkan sikap yang begitu pengertian dan dewasa."Kalau begitu ayo kita pulang." Briella bertanya pada Za
"Nggak lagi." Briella tersenyum lembut pada Zayden. "Ayo kita pulang ke rumah kita sendiri. Dalam dua hari ini, Mama akan membantumu memilih sekolah. Mama janji akan memberikan pendidikan terbaik untukmu sesuai dengan kemampuan Mama. Mama akan memastikan kalau kamu bisa belajar dengan baik.""Mama." Zayden melingkarkan lengannya di leher Briella, lalu menyandarkan kepala kecilnya di bahu Briella. Dia berbisik pelan, "Lala, aku pasti akan melindungimu.""Cih." Briella tertawa pelan dibuatnya. "Bolehkah aku bertanya pada pahlawan kecil ini, dengan apa kamu akan membalas jasa Mamamu ini?""Hmmm ...." Zayden mengusap-usap dagunya sejenak, baru menjawab, "Dengan mencuci baju Mama, masak buat Mama, terus bantu pekerjaan rumah."Zayden kembali berpikir dan hampir melupakan satu hal yang paling penting."Oh ya, sekarang aku sudah bisa cari uang, lho. Kalau sudah gajian, aku akan menyimpan enam ratus ribu untukku sendiri, lalu sisanya akan aku kasih buat Mama."Kata-kata Zayden membuat hati Bri
"Jadi, kamu memberikan rumah ini padaku karena kamu ingin memutuskan perjanjian pernikahan?"Davira bersikap tenang, tetapi tangan yang memegang sendok untuk mengaduk kopi sedikit gemetar.Kalau saat ini Valerio mengatakan akan mengakhiri perjanjian pernikahan mereka, dunia Davira benar-benar runtuh. Dia akan menjadi bahan tertawaan di negeri ini dan semua orang di Keluarga Atmaja tidak akan bisa menegakkan kepala mereka dengan percaya diri lagi."Ini kompensasi untukmu." Valerio bersikap dingin, bahkan wajahnya tidak menunjukkan emosi apa pun, "Kalau masih belum cukup, aku bisa tambahkan semampuku sampai kamu merasa cukup.""Rio." Davira menjilat bibirnya, merasa kalau mulutnya kering. "Rio, aku nggak mau apa pun. Aku cuma mau menikah denganmu. Bukankah kamu sudah janji akan menikah denganku saat kita berada di Negara Jerius? Aku sudah menolongmu. Kamu akan menikah denganku untuk membalas pertolonganku kepadamu. Kamu ...."Emosi Davira mulai tidak stabil, bahkan tubuhnya sampai gemeta
Valerio membawa Davira ke rumah sakit dan Klinton pun menyusul dengan mengendarai mobilnya sendiri.Klinton membuka bagian belakang mobil Valerio dan melihat adiknya dalam keadaan berantakan. Davira sedang menggigiti kukunya seperti anak kecil, menunjukkan kalau emosinya tidak stabil.Sebagai anak pertama dari Keluarga Atmaja, Klinton adalah orang yang sangat bertanggung jawab. Melihat adiknya sendiri sampai seperti ini, dia bahkan punya keinginan untuk membunuh Valerio."Valerio, bajingan! Kamu membuat adikku sampai seperti ini!"Valerio keluar dari mobil dan disambut oleh pukulan Klinton. Namun, dia berhasil menghindar dengan gesit."Aku nggak punya waktu meladenimu. Lebih baik cepat bawa dia ke dokter atau besok kita akan bertemu dalam konferensi pers karena aku akan memutuskan pertunanganku secara langsung.""Kamu benar-benar keterlaluan!" Klinton sangat marah dan menimpali dengan gigi terkatup, menyuarakan kemarahannya, "Kamu sangat egois dan cuma peduli sama dirimu sendiri. Apa k
Davira berlutut di depan Valerio, membuat orang yang menyaksikan ini pun mendekat dan mengerumuni mereka.Hati Klinton terasa seperti teriris ribuan pisau saat melihat sikap adiknya yang menghancurkan dirinya sendiri seperti ini.Di satu sisi dia tidak tega, di sisi lain dia membenci Davira karena tidak bisa bersikap tegar. Sebagai seorang kakak, dia merasa sangat tidak berguna karena tidak bisa melakukan apa pun.Valerio menunduk, menatap wanita yang berlutut di depannya dan mengerutkan kening."Davira, berdirilah!"Davira melingkarkan tangannya di kaki Valerio, menatap pria itu dengan wajah dingin dan mulai menangis."Rio, tolong jangan tinggalkan aku. Lakukan apa pun yang kamu mau, yang penting biarkan aku tetap di sisimu. Aku nggak akan menghalangimu untuk bertemu dengan Briella, aku nggak akan menghentikannya untuk melahirkan anakmu."Valerio tertegun. Bagaimanapun, wanita ini pernah menyelamatkan nyawanya. Meskipun dia tidak punya perasaan apa pun pada Davira, tetapi utang budi m
"Nggak! Aku nggak mau!" Davira menutup telinganya dan berteriak keras, "Aku akan pergi ke mana pun kamu pergi. Aku mau ikut kamu."Valerio menunduk dan berkata dengan nada memerintah, "Nggak bisa.""Kamu nggak kasih izin aku tinggal di Galapagos karena Briella ada di sana, begitu? Hatimu sudah berubah! Dialah orang yang kamu cintai! Penantian pahitku selama beberapa tahun ini dan semua kerja kerasku nggak bisa membuatku mendapatkan kembali kasih sayangmu untukku."Valerio terdiam. Davira tertawa getir, lalu menjatuhkan pandangannya dengan melihat ke arah pemandangan yang berlalu dengan cepat di luar jendela.Apa gunanya Davira hidup kalau di dalam hati Valerio tidak ada dirinya?Davira membuka jendela dan menjulurkan kepalanya, membuat tubuh bagian atasnya keluar dari mobil. Rasanya sangat menyakitkan, jadi lebih baik mati saja.Valerio terkejut saat melihat sikapnya dan langsung menepi ke sisi jalan. "Davira! Sadarlah."Wajah Davira pucat dan dia kembali bersandar pada sandaran kursi.
"Pak Klinton, anakku sedang menungguku di rumah, jadi aku cuma punya waktu setengah jam saja.""Kalau begitu, aku akan langsung ke intinya." Klinton menatap Briella yang begitu menawan. Bahkan Klinton sampai melupakan peringatan yang sudah dia susun saat dalam perjalanan ke mari."Kamu sangat cantik." Klinton tidak lupa mengungkapkan pujiannya."Terima kasih."Briella tersenyum tipis sebagai balasan. Dia sudah terbiasa dengan pujian atas kecantikannya."Mirip sekali dengan adikku."Briella bisa memahami maksud lain dari perkataan Klinton. Selama lima tahun ini, dia menjadi pengganti Davira. Saat itu, Valerio memilihnya juga karena dia memiliki paras yang mirip dengan Davira.Klinton meminta bertemu dengannya hari ini, sepertinya karena ingin membujuk Briella agar tidak merusak kebahagiaan adiknya, bukan?Briella menggenggam kedua tangannya dengan erat dan sedikit bersandar ke belakang. Sikapnya ini memancarkan ketenangan dan rasa percaya diri yang kuat.Sambil mengaduk kopi di cangkirn
"Cuma kamu yang bisa melepaskan simpul di hati adikku.""Aku nggak punya kemampuan sehebat itu." Briella mengangkat bahunya. "Jangan bilang Pak Klinton ingin aku menyelesaikan semua masalah ini? Berapa banyak yang ingin kamu berikan untuk meyakinkanku?""Kamu benar-benar wanita mata duitan." Klinton mengeluarkan selembar cek senilai dua miliar dari saku jasnya, lalu meminta pulpen kepada pelayan untuk membubuhkan tanda tangannya.Bagi tuan muda kaya sepertinya, uang dua miliar bukanlah jumlah yang banyak, hanya satu tetes dari air di dalam ember.Briella melirik deretan angka nol di cek itu dan berkata dengan tenang. "Pak Klinton benar-benar sangat murah hati. Hanya saja, aku nggak akan menerima uang itu. Katakan saja, apa yang kamu ingin aku lakukan? Kamu ingin aku merusak reputasiku dan meninggalkan Kota Tamar sebagai wanita simpanan? Atau ingin aku mengakhiri hubunganku dengan Valerio dan menghilang sepenuhnya?""Kamu cukup pintar untuk tahu apa yang harus dilakukan.""Aku paham. Be