"Muncul di depanku tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Apa kamu hantu?""Heh." Suara pria itu rendah dan dalam. Dia mengangkat tangannya dan melingkarkannya di pinggang ramping Briella, mencubitnya dengan pelan "Kalau hantu, orang pertama yang akan kumakan pasti kamu."Pinggang Briella terasa geli. Dia menggerakkan pinggangnya mencoba menghindar dan merasa sedikit takut.Di dunia ini, hantu lebih berakal daripada manusia. Briella memang cukup takut pada Valerio. Sebenarnya, itu karena dia memang orang yang penakut, apalagi Briella merasakan sendiri kekejaman pria ini setelah hubungan keduanya berakhir. Mungkin rasa takut ini sudah mengakar di dalam hatinya dan menimbulkan trauma mendalam."Kamu nggak perlu jadi hantu buat memakanku. Aku orang yang pernah mati, apa lagi yang harus aku takuti?"Valerio mengaitkan bibirnya, lalu menggunakan tangannya untuk mengatur rambut Briella yang jatuh di sekitar telinganya. Dia bertanya dengan penuh minat. "Oh, setelah mati sekali, kamu jadi hantu m
Melihat emosi Davira yang tidak terkendali, Briella sedikit khawatir hal itu akan berdampak buruk pada Zayden. Jadi, dia menutupi mata Zayden dan mengatakan, "Nak, pergilah bermain di tempat lain sebentar. Mama akan menemuimu nanti.""Mama, kenapa Mama nggak tanya apa yang terjadi?"Zayden tidak terlihat takut sama sekali, malah terlihat berseri-seri dengan bangga, seperti seorang jenderal besar yang baru saja kembali dari pertempuran dan mendapatkan kemenangan penuh."Bagaimanapun juga, hal seperti mendorong seseorang untuk bunuh diri seharusnya nggak dilakukan oleh anak berusia lima tahun."Valerio memasang tampang muram, dingin dan tegas. Tubuh Zayden sedikit meringkuk, lalu senyum di wajahnya menghilang begitu saja.Zayden takut pada Valerio. Meskipun dia melakukan itu untuk pertahanan diri dan melindungi Mama nya, dia tetap merasa takut saat menghadapi pria yang serius dengan aura yang kuat."Mama, Tante yang marah-marah dulu. Karena itulah aku pergi ke kamarnya dan berdandan sepe
Meskipun dalam hati Zayden merasa tidak terima, tetapi dia masih tetap menuruti perintah Valerio. Dia melambaikan tangannya ke arah Briella, lalu mengatakan, "Mama, aku ke ruang kerja dulu, ya. Jaga diri Mama baik-baik."Hati Briella terasa sakit saat melihat tatapan sedih putranya. Namun, yang paling penting saat ini adalah menyelesaikan masalah, jadi dia membiarkan putranya pergi ke ruang kerja.Zayden meninggalkan kamar dan hanya menyisakan tiga orang saja di kamar ini.Tangan Davira mencengkeram sudut jendela dan tubuhnya sedikit gemetar, terlihat seperti ketakutan.Hanya saja, Zayden baru berusia lima tahun, kalaupun dia membuat masalah, mana mungkin sampai membuat Davira setakut ini?Jadi, Briella menduga dalam benaknya kalau ada unsur akting dalam reaksi Davira.Valerio melepas jas yang dia kenakan dan berjalan ke sisi jendela. Dia menyampirkan jas itu ke pundak Davira dan menariknya menjauh dari posisi berbahaya itu, baru melepaskannya."Rio, aku takut, jangan pergi."Davira be
Valerio ditinggal sendiri di kamar anak, berdiri dalam keheningan sambil memandang ke luar jendela, ke arah dahan-dahan pepohonan yang bergerak ke sana ke mari. Wajahnya yang tampan diliputi kelelahan.Orang yang membuatnya menjadi seperti ini adalah Briella.Namun, tidak peduli seberapa keras kepalanya Briella, Valerio tidak bisa melakukan apa pun kepadanya. Satu-satunya pikiran yang ada di benak Valerio saat ini adalah membuat Briella dan Zayden tetap tinggal di Galapagos. Bagaimanapun juga, anaknya masih ada di dalam kandungan Briella. Dengan melepaskannya, itu berarti Valerio memberikan kesempatan kepada anaknya untuk memanggil pria lain dengan sebutan papa.Tidak bisa! Dia tidak semurah hati itu dengan membiarkan hal itu terjadi."Om Valerio."Suara anak kecil yang sangat lembut terdengar dari ambang pintu. Valerio mengumpulkan kembali pikirannya yang kacau dan berbalik untuk melihat ke ambang pintu. Zayden menjulurkan kepala kecilnya, terlihat sedikit takut.Barusan, dia sudah me
"Mama mu ...."Valerio tiba-tiba teringat kembali pada sesuatu yang membuatnya bingung selama bersama dengan Briella lima tahun ini. Sekarang, dia sudah menemukan jawabannya dalam diri Zayden.Wanita ini bukan wanita mata duitan, dia hanya menyukai uang. Karena dengan uang, dia bisa menghidupi anaknya dan keluar dari kehidupan terpuruk mereka. Selain itu, wanita ini sudah berkorban banyak hal untuknya dan memberinya kenikmatan yang sangat luar biasa.Jadi, apa salahnya memberinya sebuah vila? Ini adalah sesuatu yang sangat pantas untuk Briella dapatkan.Namun, ini bukan waktu yang tepat untuk mengakhiri semuanya. Sejujurnya Valerio agak menyesal, tetapi masalahnya sudah berkembang sampai seperti ini. Karena Briella hamil, jadi Valerio harus membuat beberapa penyesuaian dan perubahan."Mama mu itu wanita yang melakukan pekerjaannya dengan sangat serius dan bertanggung jawab. Dia bukan cuma kerja biar dapat uang, tapi karena harus membesarkanmu. Kamu harus lebih pengertian. Meskipun ngga
Satu percikan kecil bisa memicu kobaran api, apalagi kalau percikan itu mengenai Valerio, yang bagaikan kayu bakar yang sudah lama mengering.Aneh rasanya. Dia hanya pernah meniduri dua wanita, satu Briella dan yang satunya lagi Davira. Dia pun hanya pernah tidur dengan Davira sekali, yaitu saat berada di kapal pesiar.Sekarang, Briella sudah berada dalam pelukannya. Sejak hubungan mereka berakhir, mereka tidak pernah melakukannya. Tidak ada wanita mana pun yang mendekati Valerio dan dia hanya terobsesi dengan Briella.Sial! Dia benar-benar terkena sihir Briella.Pria itu tidak berhenti bergerak. Tangannya terus bergerak turun, mengusap dan bergerak di antara tulang selangka Briella yang indah.Kemana pun tangannya menyentuh, kulit Briella yang pucat dan lembut memerah. Ciuman keduanya sangat panas, membuat tubuh Briella seperti terbakar dan memberikan reaksi memalukan.Salah satu telapak tangan Valerio menekan pinggang ramping Briella, seakan memberikan sentuhan sihir sampai membuat B
"Ini rumahku dan aku bebas menunjukkan hal apa pun yang aku inginkan. Kamu terlalu ngatur.""Waktuku sangat berharga dan aku cuma akan fokus pada apa yang jadi perhatianku. Aku terlalu ngatur? Tunanganmu saja ada di sini, atas dasar apa aku ngatur-ngatur?"Valerio mengaitkan bibirnya dan menunjukkan senyuman yang nyaris tidak terlihat di wajahnya. "Cemburu?""Nggak.""Jangan mengelak, Briella." Tangan Valerio yang hangat menyentuh titik di atas jantung Briella. "Jantungmu berdetak sekencang ini, tapi kamu masih bohong. Reaksi tubuh nggak akan pernah berbohong."Briella berusaha keras untuk menghindari topik ini. "Aku mau masuk buat lihat apakah Zayden sudah tidur.""Kamu juga mau, 'kan?" Valerio mencengkeram pergelangan tangan Briella dan menariknya kembali ke pelukannya."Mau apa?" Briella merasa kalau dia tidak bisa menang melawan Valerio. Dia pun tidak bisa menghindar, jadi terpaksa harus menerima siksaan Valerio."Menurutmu mau apa, hmm?"Briella bereaksi sedikit lebih lambat dan b
Reaksi fisik yang hampir tidak bisa dikendalikan ini membuat Briella terkejut dan tidak berdaya.Briella seharusnya menolak, tetapi dia tidak melakukannya.Valerio bergumam di telinganya dengan suara yang sangat lembut. Pada puncak gairah, pria itu memanggil nama Briella, membuat Briella memeluk pinggang pria itu dengan sangat erat. Saat tubuh keduanya melekat, Briella merasa kalau dia dan Valerio sudah jatuh sepenuhnya.Setelah percintaan panas mereka berakhir, Valerio menggendong Briella masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Tubuh Briella penuh dengan memar, seolah-olah dia sudah hancur berantakan. Briella bahkan tidak ingin bergerak.Briella yang seperti ini malah memudahkan Valerio. Keduanya berendam sebentar di dalam bak mandi. Suhu airnya sedikit panas, membuat Briella sedikit mengantuk. Perasaan dilayani benar-benar sangat menyenangkan, terutama ketika dimanjakan oleh seorang Valerio yang seorang penuh kekayaan dan kemakmuran. Caranya memperlakukan Briella sangat m