Reaksi fisik yang hampir tidak bisa dikendalikan ini membuat Briella terkejut dan tidak berdaya.Briella seharusnya menolak, tetapi dia tidak melakukannya.Valerio bergumam di telinganya dengan suara yang sangat lembut. Pada puncak gairah, pria itu memanggil nama Briella, membuat Briella memeluk pinggang pria itu dengan sangat erat. Saat tubuh keduanya melekat, Briella merasa kalau dia dan Valerio sudah jatuh sepenuhnya.Setelah percintaan panas mereka berakhir, Valerio menggendong Briella masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Tubuh Briella penuh dengan memar, seolah-olah dia sudah hancur berantakan. Briella bahkan tidak ingin bergerak.Briella yang seperti ini malah memudahkan Valerio. Keduanya berendam sebentar di dalam bak mandi. Suhu airnya sedikit panas, membuat Briella sedikit mengantuk. Perasaan dilayani benar-benar sangat menyenangkan, terutama ketika dimanjakan oleh seorang Valerio yang seorang penuh kekayaan dan kemakmuran. Caranya memperlakukan Briella sangat m
Briella merapatkan selimut di tubuhnya dan menatap pria yang terbaring di sampingnya tanpa selimut.Briella duduk, lalu turun dari ranjang untuk mengambil selimut. Saat berbalik, Briella melihat kalau selimut yang dia gunakan sudah direnggut oleh pria yang berbaring di ranjang. Parahnya, pria itu sudah terlelap.Briella menghela napas panjang. Kenapa dia bisa terjebak dalam permainan ini.Namun, dia sudah bersama Valerio selama lima tahun. Valerio orang yang selalu tenang dan berwibawa. Sekarang, Valerio sedikit nakal dan lucu, bahkan terkesan kekanak-kanakan.Sejak kapan pria ini berubah? Briella merenungkan pertanyaan itu sambil berbaring di tempat tidur, lalu memakai selimut yang baru dia ambil.Baru saja Briella berbaring, selimut yang dia kenakan direbut oleh tangan pria itu hingga tersibak dan terlempar ke lantai."Valerio, kamu pura-pura tidur!" Briella sangat marah dan mendorong pria itu dan meninjunya. "Kamu merebut selimutku dan menggangguku! Kamu kenapa, sih, kekanak-kanakan
Ekspresi rumit muncul di bagian bawah mata Valerio. Dia bisa memberikan banyak uang, kasih sayang dan perasaan kepada Briella. Namun, hanya status pernikahan yang tidak bisa Valerio berikan kepadanya.Davira sudah menyelamatkan hidup Valerio. Karena itulah, Davira kehilangan kesempatan untuk menjadi seorang ibu selamanya. Ini adalah utang yang harus Valerio bayar, jadi dia harus bertanggung jawab.Briella adalah orang yang sangat pintar. Dia menanyakan kepada Valerio apakah dia bersedia memutuskan pertunangan dengan Davira, itu semata-mata hanya karena ingin menguji Valerio saja. Memutuskan pertunangan bukanlah hal yang mustahil. Hanya saja, apa wanita itu bersedia menikah dengannya?Dalam kegelapan kamar, dunia seakan sunyi, hanya terdengar suara jarum jam yang terus berdetak.Briella dan Valerio terjebak dalam pemikiran mereka sendiri dan tidak tidur. Valerio beranjak dan mengenakan pakaian rumah. Dia keluar dari kamar dan pergi ke kamar Davira.Lampu di kamar Davira menyala, tetapi
"Apa kamu nggak mencintaiku sedikit pun?" Davira bertanya dengan sengaja. Namun, setelah menunggu cukup lama dan tidak ada jawaban yang dia dengar, emosinya akhirnya meledak.Dia menyingkirkan gelas dan teko teh hingga berserakan di lantai, membuat suara pecahan kaca yang memekakkan.Davira mengambil pecahan kaca dan meletakkannya di lehernya. Matanya memerah, lalu berteriak, "Kalau kamu nggak mencintaiku, aku akan mati!""Jangan main-main." Valerio berkata dengan tenang sambil mengulurkan tangannya ke arah Davira. "Letakkan beling di tanganmu. Davira kamu bukan anak kecil lagi, tenanglah."Davira memejamkan matanya karena kesakitan. Dia benar-benar ingin melukai dirinya sendiri, dengan begitu Valerio akan merasa bersalah selama sisa hidupnya. Davira pun bisa membuat pria ini dipenjara.Valerio memanfaatkan Davira yang sedang melamun untuk melangkah mendekatinya, lalu bergerak cepat untuk menendang pecahan beling di tangan Davira."Sakit!" Davira tidak mengeluh sakit karena beling meng
Beruntung Adrian tiba tepat waktu dan datang bersama seorang psikiater. Adrian melihat situasi di mana Davira memeluk Valerio dan menggigit lehernya seperti orang gila."Kenapa diam saja, cepat bawa dia!"Valerio mendorong Davira menjauh. Davira enggan dan bersikeras untuk tetap memeluk Valerio. Davira menggigit leher Valerio hanya untuk menutupi bekas yang ditinggalkan Briella pada leher pria itu.Valerio itu tunangannya, tetapi pria itu bahkan tidak pernah menyentuhnya sedikit pun. Hanya ada Briella yang ada di dalam pikirannya. Sekarang, pria itu bahkan bersedia menerima anak Briella.Betapa besar cinta yang dimiliki Valerio kepada Briella, sampai dia bersikap begitu murah hati dan pemaaf?Adrian dan psikiater pun menyadari seriusnya situasi ini. Mereka langsung mendekat dan melepaskan Davira dari tubuh Valerio. Mereka tidak menikmati keseruan situasi ini. Mana mungkin orang luar seperti mereka bisa ikut campur masalah keluarga? Jadi, tanpa perintah Valerio, mereka pun tidak bisa me
Valerio adalah seorang pria yang punya kemampuan sekaligus kebijaksanaan. Klinton pun mengaguminya. Namun, adiknya sendiri bertekad untuk menikah dengannya! Dia, sebagai kakak laki-laki Davira berada di posisi yang sulit. Dia dihadapkan dengan yang namanya keluarga dan keuntungan."Kalau kamu nggak mencintai adikku, lepaskan dia. Jalani saja hubunganmu dengan sekretaris simpananmu itu.""Aku juga ingin melepaskannya." Valerio mengaitkan bibirnya dan menyunggingkan senyum tipis. "Aku sangat senang kalau kamu bisa membujuk adikmu. Aku akan memberinya kompensasi dalam jumlah besar. Kedua keluarga kita bisa bersatu dan saling membantu untuk ke depannya. Aku punya proyek yang sangat menguntungkan dan akan aku memberikannya kepadamu.""Kamu tahu sendiri seperti apa adikku itu. Dia nggak akan berubah pikiran kalau sudah bertekad."Valerio mengangkat bahunya, menandakan kalau dia pun tahu akan hal ini.Klinton duduk di sofa dengan kaki disilangkan. Sikapnya santai sekaligus malas dan tidak ter
Briella belum tidur semalaman. Sejak datang ke Galapagos, dia mengalami insomnia yang parah dan tidak bisa tidur nyenyak selama beberapa malam. Dia melirik jam dan ternyata langit di luar sana sudah gelap. Malam ini pasti akan menjadi malam yang panjang untuknya.Tidak masalah kalau dia sendiri seperti ini. Namun, sekarang ada bayi di dalam perutnya. Briella khawatir akan menyakiti bayinya kalau seperti ini.Namun setelah dipikir-pikir, Briella juga bukan yang sangat ingin mempertahankan anak ini. Daripada memberinya masa depan yang tidak jelas, lebih baik tidak melahirkannya ke dunia ini karena hanya akan membuatnya menderita.Briella memang berpikir seperti itu, tetapi di hatinya tetap merasa frustrasi. Apa dia benar-benar tidak menginginkan anak ini? Briella ragu-ragu, bimbang dan terus memikirkannya sampai fajar menyingsing.Tok, tok ....Ada ketukan yang terdengar di pintu. Briella duduk dan menjawab ke arah pintu, "Masuklah."Beberapa pelayan masuk dengan membawa nampan sarapan,
"Aku juga ingin tidur." Briella menutup mulutnya dan menguap lebar-lebar. "Tapi aku nggak punya tenaga. Rasanya semalam tubuhku seperti dibongkar dan dipasang lagi. Punggungku saja sakit kalau digerakkan."Briella tersentak, memikirkan betapa mengerikannya gairah pria ini semalam. Omong kosong dengan posisi aman yang disarankan dokter dalam berhubungan selama kehamilan. Valerio benar-benar membuat Briella sangat tersiksa."Ya, salahku." Valerio menyiapkan meja kecil di tempat tidur dan menata makanan. "Hari ini istirahat saja. Aku akan minta pelayan buat nyiapin makan tiga kali sehari dan dibawa ke sini. Katakan saja sama mereka kalau kamu butuh sesuatu.""Nggak perlu. Kenapa aku harus tidur saat hari sudah terang. Itu malah bikin malamnya makin nggak bisa tidur.""Terserah kamu. Kamu mau aku suapi makan?"Valerio mengangkat pergelangan tangannya dan melihat jam yang melingkar di sana. "Masih setengah jam lagi sebelum aku pergi ke kantor.""Nggak perlu. Aku bukan anak umur tiga tahun y