6 bulan kemudian . . .
Hari ini adalah hari sambutan untuk Taehyung yang telah kembali ke Korea. Sambutan sekaligus perayaan Taehyung sebagai dokter tetap di rumah sakit Gyonghee. Dirayakan di restaurant keluarga yang sederhana daripada restaurant mewah dengan makanan yang berkelas. Ya, Taehyung suka yang sederhana. Tempat makan mereka berada di daerah Yeoido.
Makanan utama berupa daging sapi ditemani beberapa sup ikan dan sayur-sayuran melengkapi visual hidangan.
Ide penyambutan ini berasal dari Junsu. Karena ia tau selera rasa mereka sama. Jadi semua orang mempercayakan acara penyabutan sepenuhnya pada Junsu.
Dan mereka lega Junsu dapat diandalkan untuk kasus seperti ini. Biasanya mereka lebih membercayai orang lain, sebab perkerjaan apapun akan berjalan kurang lancar bila Junsu yang menanganinya. Mereka berharapa mulai sekarang sampai seterusnya Junsu dapat dipercayai sepenuhnya.
<Usai acara reuni Jiyeon dan Taehyung keluar dari restaurant. Saat itu juga merupakan moment pertama mereka berkencan selama menjalani hubungan jarak jauh. Mereka berjalan bersama menuju taman yang di dekat restaurant tersebut.Menikmati udara segar siang hari di musim gugur, menyasikan warna oranye dan coklat menghiasi pemandangan. Sebuah air mancur melengkapi keindahan arsitektur taman.Taman tersebut luas dekat dengan jalan raya, di tengah taman terdapat lapangan yang di setiap tepinya ada sebuah tempat duduk dengan payung teduh berukuran besar.Rok putih milik Jiyeon—dengan renda bergoyang mengikuti arah hembusan angin. Memakai kaos polos berwana pink, mencepol rambut memperlihatkan leher yang jenjang terbebas dari rambut yang tergerai.Lengkap dengan tas selempang kecil coklat menggantung di pundak hingga pinggul. Sedangkan Taehyung mengenakan kaos putih polos dan cel
Taehyung benci pada dirinya sendiri yang lemah di saat dia-lah satu-satunya harapan Jiyeon untuk bertahan hidup.“Ji. . . Ji . . .Jiyeon~” panggilnya lemah, nada bicaranya pun nyaris tak tertengar.“Jiyeon~” panggilnya lagi.“Jiy-Jiyeon . . .” dan lagi. Mencoba menyangkal bahwa bukan Jiyeon yang tergeletak sekarat jauh di hadapannya.Airmatanya menghilangkan fokus pada korneanya.Pandanganya menjadi kabur, ia kesulitan melihat daerah sekitarnya apalagi semakin dekat dia dengan Jiyeon, kian kabur pandangannya.Taehyung menyeka airmatanya yang berada di pipi dan dikedua matanya, kini ia dapat melihat Jiyeon tergeletak lima langkah di depanya. Ragu namun pasti Taehyung melangkah, ia berlutut di samping badan Jiyeon.Taehyung menelan salivanya meskipun susah—terasa menyakitkan.Wajah Jiyeon pucat, pand
Taehyung pingsan ketika nyawa Jiyeon sudah meninggalkan raga. Ia tak sadarkan diri sambil memeluk tubuh Jiyeon.Ketika paramedis datang, Taehyung di bawa ke ambulan yang berbeda dengan Jiyeon. Sesampai di rumah sakit, Jiyeon yang sudah meninggal di bawa keruangan khusus sedangkan Taehyung dibawa ke ruangan gawat darurat.Detak jantung Taehyung lemah. Seungjoo berusaha memicu jantung Taehyung dengan alat picu.Hyena mengoleskan krim pada alat picu yang dipegang Seungjoo.“Clear?” tanya Seungjoo pada Minsoo yang memantau layar monitor denyut nadi Taehyung.“Clear,” sahut Minsoo.Seungjoo memicu jantung Taehyung sebanyak lima kali. Akhirnya detak jantung Taehyung kembali normal. Taehyung segera di pindahkan keruangan rawat inap ICU. Walaupun detak jantung Taehyung kembali teratur, Taehyung masih dalam kondisi tak sadarkan diri alias koma.
Ponsel seorang gadis bebunyi. Sang ibu meneleponya di malam hari. Wanita itu kebetulan menghabiskan malam sambil membaca buku.‘Hyun Jung,’ panggil sang ibu yang menangis.Wanita itu pun duduk tegak. Bingung mengapa ibunya menangis di sana.“Ada apa ibu, kenapa ibu menangis?” panik wanita yang bernama Hyun Jung.‘Ji-Jiyeon, tewas tertabrak mobil,” isak ibu tak kuasa menahan tangisannya.Hyun Jung berusaha menenagkan dirinya, “Baik ibu, aku akan kembali secepat mungkin, butuh waktu 5 hari tapi pasti aku datang,”‘Ehmn, kau hati-hati di sana ya, nak, ibu merindukanmu,’ tangisanya semakin pecah.Hyun Jung mendongakkan kepalanya menahan airmata. Ia tidak mau tangisannya membuat ibunya semakin sedih.“Hmnn,” suara Hyun Jung bergetar, “tunggu aku ke sana, ibu, salam untuk ayah juga,”‘Aku tu
1‘Dokter Kim . . ‘ panggil seorang wanita dari ujung pintu yang memancarkan cahaya.Taehyung kenal betul suara yang memanggilnya. Park Jiyeon. Seorang wanita yang tinggal kenangan. Menghilang darinya secepat kedipan mata. Benar, Park Jiyeon telah tiada, suara itu mimpi milik Taehyung yang hidup selama beberapa hari ini setelah kejadian na’as menimpa Jiyeon.Hari kematian Jiyeon belum lama. Menyisakan duka menyelubung. Suasana rumah sakit meredup, pegawai rumah sakit Gyonghee turut berduka pada apa yang telah menimpa Jiyeon dan Taehyung.‘Dokter Kim. . ‘ suara Jiyeon memanggil Taehyung hingga Taehyung berhasil masuk ke pintu tersebut.Sangat silau, Taehyung meletakkan tangannya pada alisnya agar bayangan tangannya melindungi kedua matanya. Cahaya meredup, Taehyung kini mampu mengenali tempat di mana ia berdiri sekarang. Jalan raya.Seperti orang linglu, keb
₰ Jiyeon, seseorang yang baru saja pulang dari Jerman kini berada dalam kerata bawah tanah menuju Seoul, Gangnam, untuk menerima penghargaannya sebagai dokter muda serikat internasional. Negaranya memberkati Jiyeon sebagai bangsa yang telah mengharumkan nama Korea Selatan atas prestasinya. Jiyeon berdiri seraya memandangi arlojinya. Ia lega waktu yang ia dapat cukup. Sempat ia mengira ke salon adalah keputusan yang salah tetapi untung saja ia ke salon.“Ya, untung aku pergi,” pujinya pada dirinya.Jiyeon tak sabar memegang piala serta piagam yang akan ia raih. Setelah ia mendapatkan penghargaannya ia memutuskan pergi ke pemakaman adiknya, Hyun Jung. Sebab apa yang Jiyeon raih adalah jasa adiknya yang tela
Who You Are“Mest,” pinta Taehyung pada Hyena.Hyena—sebagai assistant ketiga, memberikan mest pada Taehyung. Taehyung pun memulai mensayat-sayat dada sang pasien. Mest tersebut mulai mencapai tulang dada, kemudian Taehyung meminta sebuah rektator—alat untuk melebarkan rongga dada pasien, mempermudah jalan operasi pembedahan.“Suction!” pinta Minsoo pada suster Song.Suster Song—sebagai suster sirkuer, menyalakan alat suction, dihisaplah darah hingga jaringan kering.Minsoo—yang berperan sebagai ahli anestesi, kini mengambil tindakan. Minsoo menghubungkan jantung pasien dengan mesin esktra corporal. Kemudian zat kardioplegik dimasukkan agar menghentikan detak jantung dan mengalih fungsikan organ vital jantung serta paru-paru pada alat tersebut.“Sudah terpasang,” kata Minsoo pada Taehyung.Selanjutnya Taehyung mel
“Gimana ini?! Gimana ini?! Gimana ini?!” suster Gong berkomat-kamit.“Ya, berhentilah! Suaramu hanya membuat masalah menjadi parah!” bentak suster Han.Badan suster Gong tak mau berhenti walaupun ia bungkam. Dokter yang mereka tunggu masih berkelut dengan jarum. Dari sisi kanan mereka melihat Minsoo, di sisi kiri mereka Seungjoo sedang menyambung tulang.Srkk! Pintu terbuka, lantas mereka yang di dalam ruangan operasi menoleh serempak. Jiyeon berdiri diambang pintu dengan tangan ia angkat sejajar rahang. Sebelumnya Jiyeon menyapu ruangan melalui bola matanya. Semua yang dibutuhkan Jiyeon tersedia berserta tenaga kerja yang menolongnya.“Apa dia sudah dianestesi?” ujarnya seraya masuk ke dalam menunggu salah satu dari mereka membantu mengenakan jubah operasi.Tetapi yang ada Jiyeon berdiri dengan harapan palsu. Semua orang terpaku pada tempatnya.&ldqu