“Gimana ini?! Gimana ini?! Gimana ini?!” suster Gong berkomat-kamit.
“Ya, berhentilah! Suaramu hanya membuat masalah menjadi parah!” bentak suster Han.
Badan suster Gong tak mau berhenti walaupun ia bungkam. Dokter yang mereka tunggu masih berkelut dengan jarum. Dari sisi kanan mereka melihat Minsoo, di sisi kiri mereka Seungjoo sedang menyambung tulang.
Srkk! Pintu terbuka, lantas mereka yang di dalam ruangan operasi menoleh serempak. Jiyeon berdiri diambang pintu dengan tangan ia angkat sejajar rahang. Sebelumnya Jiyeon menyapu ruangan melalui bola matanya. Semua yang dibutuhkan Jiyeon tersedia berserta tenaga kerja yang menolongnya.
“Apa dia sudah dianestesi?” ujarnya seraya masuk ke dalam menunggu salah satu dari mereka membantu mengenakan jubah operasi.
Tetapi yang ada Jiyeon berdiri dengan harapan palsu. Semua orang terpaku pada tempatnya.
&ldqu
Seungjoo keluar dari ruangan operasinya, mendapati Jiyeon berjalan cepat. Dibelakangnya diikuti suster Han. Suster Han yang menangkap sosok Seungjoo, langsung memberi berseruan meminta bantuan menghentikan Jiyeon.“Dokter Lee! Tangkap dia!” serunya heboh.“Sialan!” umpatnya pelan.Jiyeon bertemu dengan sepasang Seungjoo yang siap menangkapnya. Dan benar sekeras usaha Jiyeon menghindari Seungjoo, Seungjoo berhasil mencengkram lengannya. Menyentak, satu kali gerakan, Jiyeon terdorong ke hadapan Seungjoo.Membelalak sepasang mata Jiyeon. Jiyeon benar-benar dalam waktu yang mendesak, ada saja yang menghalanginya.Seungjoo berusaha mengenali Jiyeon, sebab ia belum pernah melihat namun seakan-akan mengenali Jiyeon dari matanya saja.Suster Han berhasi menyusul mereka, “Terimakasih dokter Lee! Hhh hhh ~” kemudian suster Han merangkul lengan Jiyeon layaknya polisi menangkap penjahat.
Don’t wake me upMereka berdua—Seungjoo dan Jiyeon berada di ruangan kerja unit 13—tempat kerja Seungjoo dan Taehyung. Mereka berdiri di tengah ruangan. Beradu tatapan, saat itu juga Seungjoo siap mengintrogasi, menguak identitas Jiyeon.“Beritahu saya, secara lengkap, siapa anda sebenarnya,” perintah Seungjoo kalem.“Saya dokter di sini—” Jawab Jiyeon.“Saya baru pertama kali ini bertemu anda,” potong Seungjoo.“Saya belum selesai bicara pak dokter . . .” Jiyeon memberi pandangan kesal yang tersirap sedikit.“Lebih tepatnya besok saya mendapat lisensi dari rumah sakit ini. Supaya lebih meyakinkan lebih baik anda periksa bagian HRD. Mungkin mereka sedang mengeprint lisensi saya. Dan maaf, tadi saya melakukan operasi. Meskipun sebenarnya tak seharusnya saya minta maaf karena saya sebenarnya bersalah pada diri saya sendiri bukan pada anda.
Jiyeon menepati panggilan presedir—kakek Taehyung. Tentu saja presedir sama halnya dengan orang-orang yang ia temui di rumah sakit itu. Jiyeon mengulang kalimatnya, menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya dan juga Na Hyun Jung.Cukup sulit bagi presedir menelaah bersamaan dalam waktu singkat. Presedir tak kala memikirkan nasip cucunya, paham yang terjadi pada Taehyung.Namun Sojung menyisihkan masalah identitas Jiyeon. Ia bermaksud menyampaikan pujiannya pada Jiyeon yang telah memenangkan piagam dari pemerintah.Dengan rasa bangga menyambut Jiyeon sebagai bagian dari rumah sakitnya. Kehadiran Jiyeon—dokter muda ynag menggantikan Taehyung, meningkatkan level rumah sakit Gyonghee.Sojung memberikan Jiyeon parsel. Setelah itu Sojung memberikan lisensi Jiyeon sebagai dokter bedah umum. Dan juga foto bersama, seusai dicetak, Sojung merencanakan akan memasang foto tersebut di ruangannya. Wartawan dari medi
Gong Hyojin memanggil Jiyeon ke Insadong. Menemaninya menghadiri acara pameran seni. Kebetulan orang yang mengadakan pameran, orangtua pasiennya Gong Hyojin, yang akan ia alihkan ketangan Jiyeon. Maka tanpa menyia-nyiakan waktu Hyojin berniat mengenalkan Jiyeon pada keluarga pasien, sebagai penggantinya.Ketika mereka berpapasan, Hyojin cukup terperanjat menyasikan kemiripan Jiyeon dengan Hyun Jung, LAGI.Tentu saja Taehyung mengalami hari-hari yang berat. Hyojin memaklumi kejadian yang menimpanya.“Kau memang mirip dengannya,” terhenti sejenak “aaa, kembar,” Hyojin tersenyum. Menekan pengucapan kembar.Jiyeon membungkuk, “Mohon bantuannya, sunbae[senior],”“Kau itu Jiyeon, atau . . ?” goda Hyojin menuntut Jiyeon melanjutkan pertanyaannya.“Saya Park Jiyeon, dan yang selama ini anda kenal adalah Hyun Jung, nama asli mendi
“Hyung, kau sudah bertemu Park Jiyeon?! Ternyata mereka kembar!” ungkap Minsoo.Seungjoo menelan terlebih dulu makanannya sebelum menjawa Minsoo. “Pantas saja wajah mereka mirip,” jawabnya santai lalu melanjutkan makan.Diruangan kantor Seungjoo terkesan tenang, sebelum Minsoo datang. Minsoo adalah orang yang sangat antusias mencari informasi Jiyeon. Seharian Minsoo fokus pada topik pembicaraan tentang Jiyeon. Setelah beberapa jam kemudian Minsoo berhasil mengumpulkan data Jiyeon. Informasi paling spektakuler berasal dari Hyojin, mentor Jiyeon.Sayang sekali tempat kerja Jiyeon berada di gedung sebelah. Tempat kerja Jiyeon dengan tempat kerjanya dihubungkan dengan satu jembatan berupa koridor, di mana tiap dinding terpasang kaca-kaca sehingga dapat melihat keramaian kota di sana.Bila Jiyeon menerima jabatannya sebagai dokter umum tempat kerja, tempat kerjanya Jiyeon bergabun
Hujan dan ruangan remang-remang. Oh Sehun duduk dekat perapian, bermain mainan tokoh pahlawan bersama ayahnya. Ayahnya menjadi tokoh orang jahat seperti biasanya.Rumah megah dihuni dua orang pemilik sah. Sisanya pekerja rumah. Sehun tak merasa kesepian walaupun dia anak tunggal dan hanya memiliki seorang ayah yang sedia disampingnya.Malam itu malam paling menyenangkan dan terburuk yang pernah Sehun alami. Memori masa kecil sebagai anak ceria redup setelah malam itu. Satu pun dari penghuni rumah termasuk Jongyup, sang ayah, tidak mengetahui apa yang terjadi pada Sehun.Yang awalnya, dimalam itu sebelum Jongyup meninggalkan Sehun di rumah, keadaan masih baik-baik saja. Paginya, sepulang dari urusan kantor, Jongyup kebingungan pada Sehun yang tak mau bicara dan selalu mengunci diri di kamar.Jongyup bertanya pada pekerjanya apa yang terjadi pada Sehun malam itu. Tetapi jawaban mereka sama, ‘tidak tau’.Hanya S
Seperti biasanya, dipagi buta Taehyung mampir ke tangga darurat untuk olahraga. Naik turun anak tangga berulang kali hingga Taehyung merasa cukup.Menggunakan kaos putih polos dan celana training hitam. Ya, seperti biasa, yang berbeda dari biasannya adalah kehadiran seseorang. Hyun Jung—yang waktu itu menyamar menjadi Jiyeon.Taehyung muak seketika. Nama mereka membuat Taehyung kalang kabut.Secepat mungkin Taehyung membuka pintu yang menuju tangga darurat. Ia enggan tenggelam lagi dalam kenangannya. Berharap melupakan apa yang ia panggil dibenaknya.Pintu dibuka Taehyung, menjumpai tangga darurat yang sedikit remang. Ketika hendak mengijakkan kakinya, Taehyung bertemu Jiyeon yang terdiam di atas. Jiyeon tersenyum pada Taehyung. Taehyung diam.Jiyeon menghampiri Taehyung ke bawah. Jiyeon berhenti dengan menyisakan jara 2 pijakan anak tangga. Jiyeon menundukkan kepala disesuaikan tertuju ke wajah Taehyung.“Kau juga
$$$Jiyeon tengah memilih menu makan yang tersaji diprasmanan. Sarapan pagi sehat, buah-buahan dan daging untuk tenaga.Jiyeon menghiraukan bisik-bisik pegawai rumah sakit Gyonghee yang tengah membicarakannya. Ya, Jiyeon telah manganggap wajar dengan orang-orang rumah sakit yang membicarakan profilnya.Kini Jiyeon hanya memperdulikan perutnya yang kelaparan. “Kurasa sudah cukup,” komentarnya pada piring makanannya yang penuh.Jiyeon keluar dari barisan. Berdiam diri menerawang ruangan, mencari tempat duduk untuknya. Dimana kemungkinan besar tempat duduk tanpa orang yang bertanya padanya tentang dirinya terutama tentang saudara kembarnya.Dan Jiyeon menemukan sosok Seungjoo sendirian. Ya, Jiyeon mengenal Seungjoo karena insiden Mingyu. Sejak Seungjoo mengantarnya ke rumah sakit, mereka tak ada lagi kontak komunikasi.Jiyeon pun memutuskan langkahnya ke Seungjoo. Sesampai di tempat, Jiyeon meletakkan piringnya, seketi
Sekian lama bernegoisasi dengan Junsu. Akhirnya Taehyung berhasil membujuk Junsu untuk mengikuti Jiyeon pergi. Dan Jiah ikut serta. Ia tak mau ketinggalan hal menyenangkan, Taehyung awalnya enggan atas kehadiran Jiah, sebab masalahnya berkaitan tentang namja, perempuan dilarang ikut campur.Tetapi apa boleh buat, Junsu dan Jiah, harga mati. Mereka satu paket jadi susah memisahkan mereka.Usai melepas jarum infusnya, ia keluar bersama Junsu dan Jiah. Tampilan Taehyung, kaos hijau gelap dengan celana panjang hitam. Busana yang wajar, sisi lain, bertentangan dengan Taehyung. Junsu bersama Jiah mengenakan pakaian serba gelap. Mengenakan sun-glasses, topi, masker. Gaya pakaian penyelundup narkoba.Dibuatnya jerah, Taehyung keberatan dengan penampilan mereka. Malu ketika Taehyung menunggu sepasang burung di lobby, lalu datang menghampirinya mengenakan busana penjahat. Mereka pikir sedang bermain film laga.“Ya, terlalu
Satu hal yang belum Jiyeon jelaskan pada Sehun. Tempat. Dimana mereka bertemu. Cerdasnya Jiyeon, kian hari membuat Jiyeon bangga pada dirinya sendiri. Merahasiakan tujuannya, ke mana mereka akan kunjungi. Sehingga Sehun mau tak mau harus menjemput Jiyeon di rumah sakit.Malam sebelum mereka kencan, Sehun sibuk mengurus pakaian sedangkan Jiyeon sibuk membuat cupcake—kue mangkuk, di dapur rumah sakit.Tentu saja Jiyeon menggunakan bahan yang ia beli di supermarket. Ia bawa ke dapur, malam hari dapur rumah sakit berhenti beroperasi. Cocok untuk Jiyeon, leluasa bergerak sebab ia tidak akan mengganggu pegawai lain ataupun diganggu.Suara mixer memenuhi ruangan. Seorang tamu menimbulkan bunyi, langkah sandal. Taehyung. Mengenakan piyama rumah sakit. Mengitari bangunan, mencari Jiyeon sambil mebawa tiang bersama infus bertengger. Dan berhasil menemukan Jiyeon di dapur.“Apa yang kau lakukan di sini,” sela Taehyung.
ConnectedPing! Ping!Dering ponsel Jiyeon menyeruak. Mengugah Jiyeon yang tertidur dalam pelukan Taehyung. Mulanya Jiyeon tak mengenali siapa yang memeluknya, setelah mengingat kondisi Taehyung memburuk, dan dilarikan ke rumah sakit.Kepayahan mengurus Taehyung, dimulai dari memasang jarum infus. Mendata diagnose, menulis laporan serta memesan bangsal untuk Taehyung.Yang Jiyeon ingat selesai merawat Taehyung, ia duduk di kursi menunggu Taehyung sadar. Lama-kelamaan Jiyeon tertidur. Bangun-bangun, mendapati dirinya tidur seranjang dengan Taehyung—yang memeluknya erat. Tangan kukuh Taehyung menekan badan Jiyeon. Puncak kepalanya menyentuh dagu Jiyeon.Ketika matanya terbuka lebar, nyawanya kembali sepenuhnya. Jiyeon berusaha menggapai ponselnya yang berada di meja. Bergerak sedikit saja, Taehyung kian mengencangkan pelukannya. Tangan kanannya pantang menyerah mengapai ponselnya, hanya saja kepala Taehyung menahan d
Sekian lama Jiyeon berkeliling mencari Taehyung, akhirnya Jiyeon menemukan Taehyung di dalam mobilnya. Menekan mundur kursinya sampai terasa nyaman digunakan tidur. Meskipun Taehyung terlihat terlelap, Jiyeon tau Taehyung berpura-pura.Badannya bergerak unglai, berjalan ke mobilnya. Tenaganya setengah habis ia kerahkan mencari Taehyung. Dan ternyata selama ini. Taehyung berada di mobilnya. Absurd.Jiyeon masuk ke dalam mobilnya. Memegang setir mobil, menekan keningnya pada setir. Mengatur napasnya, di luar sana panas sampai-sampai tubuhnya memerah—kepanas tersengat sinar matahari. Padahal Jiyeon berpindah-pindah tempat, Jiyeon menggidik ngeri membayangkan dirinya duduk sendirian tersengat matahari. Akan sama halnya dengan telur goreng.Dimobilnya panas juga kering. Jiyeon heran bagaimana Taehyung bertahan hidup di temperature ekstrim mobilnya. Badan Taehyung berkeringat. Wajahnya pucat. AC mobil Jiyeon tak begitu cepat merangsang sebab mesin mobil kepanasa
It’s not hard “Ya, Oh Sehun!” panggil Mingyu di belakang. Sehun tidak memperdulikan Mingyu selama seminggu. Kenapa, sebab Mingyu sering menghubungi Sehun tiap malam harinya, pagi hari hingga sore hari ia mengusik Sehun. Hanya untuk mendapatkan nomor seluler milik Jiyeon tentunya. Sehun bersumpah demi Tuhan, tidak akan memberikan nomor Jiyeon ke Mingyu. Jika itu terjadi maka Sehun kalah, dan dia harus menuruti aturan Jiyeon. Sehun memang sudah menghapus nomor seluler Jiyeon. Namun masalah mendapatkan kembali nomor Jiyeon sangatlah mudah. Nomor seluler Jiyeon telah di-update oleh ayahnya. Jadi setiap pegawai rumah Sehun memiliki nomor seluler Jiyeon. Dikondisikan menanggulangi keadaan yang diluar prediksi. “Ya, berhenti, kau dengar aku,” Mingyu berlari sepenuh tenaga. Sedangkan Sehun berjalan cepat. Mingyu menggapai lengan Sehun. Sehun mengibaskan lengannya, tangan Mingyu terbeba
Have a breakPerkotaan menerangi kegelapan bak bintang di langit. Sayang langit perkotaan hampa penampakkan bintang. Jangan salahkan bangunan metropolitan, manusia yang mengebu-ngebu menggunakan lampu.Jiyeon sedikit jengkel tak dapat menikmati langit di siang hari, juga malam hari. Malam yang diidamkan Jiyeon ketika ia bersama Hyun Jung di rumah nenek mereka.Paling menyenangkan berkunjung ke rumah nenek dimusim panas. Menyaksikan kembang api di laut. Makan makanan laut seperti shasimi—hidangan laut dimakan mentah. Hyun Jung suka makan shasimi dengan pasta cabai yang dicampur madu.Makan itu Jiyeon pesan. Maka dari itu ditengah perayaan penyambutannya, Jiyeon jadi teringat kenangannya bersama Hyun Jung.Bukannya sedih sebaliknya Jiyeon bahagia mempunyai kenangan manis bersama saudaranya.Dan Minsoo sangat berisik bernyanyi di depan. Feel-dari moment-nya menjadi absurd dan sulit di
Take that handJiyeon menjenguk Sehun usai tugasnya. Jiyeon lebih menyia-nyikan waktu makan di cafetari, walaupun pihak sekolah sudah menyediakannya hidangan lezat, bukan masalah besar. Keperluan utama Jiyeon memeriksa pasiennya. Oh Sehun.Jiyeon memang tak berharap lebih Sehun begitu saja mendatanginya. Beruntung, entah bisa disebut kebetulan, berkat sifat brutal Taehyung, Sehun dilarikan ke UKS. Tanpa sengaja Taehyung memberi jalan Jiyeon mendekati Sehun.Jiyeon tengah mengamati wajah Sehun. Dagu, bibir, hidung, mata, dan kening. Bagian wajah Sehun, laki-laki idaman wanita. Tampan sekali. Beku maka abadi. Bertanya-tanya, apa yang dimakan ibunya sewaktu mengandung dirinya.Wajah sempurna. Sekali kedip, 1, 2, dan banyak wanita pasti luluh. Harta melimpah, sudah ada dikertas warisan. Kehidupan mapan. Lalu permasalahnya apa, Oh Sehun kekurangan apa?Mungkin Sehun terlalu pucat. Tidak, sekalipun pucat dia tetap sempurna. Ku
Re-callBerdiri di depan, Taehyung yang sedang memegang microphone. Suaranya terdengar jelas di gedung olahraga. Taehyung tengah memperkenalkan dirinya dan juga timnya. Maksud kedatangannya ke sekolahan tersebut.Peserta tim kedokteran terdiri dari Taehyung—leader. Seungjoo, Jiyeon, Minsoo, Hyena—satu-satunya yang suster. Sisanya petugas paramedic.Kegiatan pertama mereka tentang kebersihan dalam rumah dan lingkungan. Setelah itu pertolongan pertama dan terakhir materi keremajaan. Tentang pisikologi remaja masa kini, Jiyeon mempunyai kewenangan menerangkan materi tersebut.Selesai menjelaskan materi kini mereka melakukan prakter CPR—penanganan pertama berupa pijatan jantung atau mulut ke mulut. Lantas banyaknya siswa, dibagilah mereka menjadi beberapa kelompok dengan tiap kelompok didampingi petugas paramedic.Tim dari kedokteran berpencar kecuali Taehyung. Menjaga jaraknya tak terlalu
$$$Jiyeon tengah memilih menu makan yang tersaji diprasmanan. Sarapan pagi sehat, buah-buahan dan daging untuk tenaga.Jiyeon menghiraukan bisik-bisik pegawai rumah sakit Gyonghee yang tengah membicarakannya. Ya, Jiyeon telah manganggap wajar dengan orang-orang rumah sakit yang membicarakan profilnya.Kini Jiyeon hanya memperdulikan perutnya yang kelaparan. “Kurasa sudah cukup,” komentarnya pada piring makanannya yang penuh.Jiyeon keluar dari barisan. Berdiam diri menerawang ruangan, mencari tempat duduk untuknya. Dimana kemungkinan besar tempat duduk tanpa orang yang bertanya padanya tentang dirinya terutama tentang saudara kembarnya.Dan Jiyeon menemukan sosok Seungjoo sendirian. Ya, Jiyeon mengenal Seungjoo karena insiden Mingyu. Sejak Seungjoo mengantarnya ke rumah sakit, mereka tak ada lagi kontak komunikasi.Jiyeon pun memutuskan langkahnya ke Seungjoo. Sesampai di tempat, Jiyeon meletakkan piringnya, seketi