Don’t wake me up
Mereka berdua—Seungjoo dan Jiyeon berada di ruangan kerja unit 13—tempat kerja Seungjoo dan Taehyung. Mereka berdiri di tengah ruangan. Beradu tatapan, saat itu juga Seungjoo siap mengintrogasi, menguak identitas Jiyeon.
“Beritahu saya, secara lengkap, siapa anda sebenarnya,” perintah Seungjoo kalem.
“Saya dokter di sini—” Jawab Jiyeon.
“Saya baru pertama kali ini bertemu anda,” potong Seungjoo.
“Saya belum selesai bicara pak dokter . . .” Jiyeon memberi pandangan kesal yang tersirap sedikit.
“Lebih tepatnya besok saya mendapat lisensi dari rumah sakit ini. Supaya lebih meyakinkan lebih baik anda periksa bagian HRD. Mungkin mereka sedang mengeprint lisensi saya. Dan maaf, tadi saya melakukan operasi. Meskipun sebenarnya tak seharusnya saya minta maaf karena saya sebenarnya bersalah pada diri saya sendiri bukan pada anda.
Jiyeon menepati panggilan presedir—kakek Taehyung. Tentu saja presedir sama halnya dengan orang-orang yang ia temui di rumah sakit itu. Jiyeon mengulang kalimatnya, menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya dan juga Na Hyun Jung.Cukup sulit bagi presedir menelaah bersamaan dalam waktu singkat. Presedir tak kala memikirkan nasip cucunya, paham yang terjadi pada Taehyung.Namun Sojung menyisihkan masalah identitas Jiyeon. Ia bermaksud menyampaikan pujiannya pada Jiyeon yang telah memenangkan piagam dari pemerintah.Dengan rasa bangga menyambut Jiyeon sebagai bagian dari rumah sakitnya. Kehadiran Jiyeon—dokter muda ynag menggantikan Taehyung, meningkatkan level rumah sakit Gyonghee.Sojung memberikan Jiyeon parsel. Setelah itu Sojung memberikan lisensi Jiyeon sebagai dokter bedah umum. Dan juga foto bersama, seusai dicetak, Sojung merencanakan akan memasang foto tersebut di ruangannya. Wartawan dari medi
Gong Hyojin memanggil Jiyeon ke Insadong. Menemaninya menghadiri acara pameran seni. Kebetulan orang yang mengadakan pameran, orangtua pasiennya Gong Hyojin, yang akan ia alihkan ketangan Jiyeon. Maka tanpa menyia-nyiakan waktu Hyojin berniat mengenalkan Jiyeon pada keluarga pasien, sebagai penggantinya.Ketika mereka berpapasan, Hyojin cukup terperanjat menyasikan kemiripan Jiyeon dengan Hyun Jung, LAGI.Tentu saja Taehyung mengalami hari-hari yang berat. Hyojin memaklumi kejadian yang menimpanya.“Kau memang mirip dengannya,” terhenti sejenak “aaa, kembar,” Hyojin tersenyum. Menekan pengucapan kembar.Jiyeon membungkuk, “Mohon bantuannya, sunbae[senior],”“Kau itu Jiyeon, atau . . ?” goda Hyojin menuntut Jiyeon melanjutkan pertanyaannya.“Saya Park Jiyeon, dan yang selama ini anda kenal adalah Hyun Jung, nama asli mendi
“Hyung, kau sudah bertemu Park Jiyeon?! Ternyata mereka kembar!” ungkap Minsoo.Seungjoo menelan terlebih dulu makanannya sebelum menjawa Minsoo. “Pantas saja wajah mereka mirip,” jawabnya santai lalu melanjutkan makan.Diruangan kantor Seungjoo terkesan tenang, sebelum Minsoo datang. Minsoo adalah orang yang sangat antusias mencari informasi Jiyeon. Seharian Minsoo fokus pada topik pembicaraan tentang Jiyeon. Setelah beberapa jam kemudian Minsoo berhasil mengumpulkan data Jiyeon. Informasi paling spektakuler berasal dari Hyojin, mentor Jiyeon.Sayang sekali tempat kerja Jiyeon berada di gedung sebelah. Tempat kerja Jiyeon dengan tempat kerjanya dihubungkan dengan satu jembatan berupa koridor, di mana tiap dinding terpasang kaca-kaca sehingga dapat melihat keramaian kota di sana.Bila Jiyeon menerima jabatannya sebagai dokter umum tempat kerja, tempat kerjanya Jiyeon bergabun
Hujan dan ruangan remang-remang. Oh Sehun duduk dekat perapian, bermain mainan tokoh pahlawan bersama ayahnya. Ayahnya menjadi tokoh orang jahat seperti biasanya.Rumah megah dihuni dua orang pemilik sah. Sisanya pekerja rumah. Sehun tak merasa kesepian walaupun dia anak tunggal dan hanya memiliki seorang ayah yang sedia disampingnya.Malam itu malam paling menyenangkan dan terburuk yang pernah Sehun alami. Memori masa kecil sebagai anak ceria redup setelah malam itu. Satu pun dari penghuni rumah termasuk Jongyup, sang ayah, tidak mengetahui apa yang terjadi pada Sehun.Yang awalnya, dimalam itu sebelum Jongyup meninggalkan Sehun di rumah, keadaan masih baik-baik saja. Paginya, sepulang dari urusan kantor, Jongyup kebingungan pada Sehun yang tak mau bicara dan selalu mengunci diri di kamar.Jongyup bertanya pada pekerjanya apa yang terjadi pada Sehun malam itu. Tetapi jawaban mereka sama, ‘tidak tau’.Hanya S
Seperti biasanya, dipagi buta Taehyung mampir ke tangga darurat untuk olahraga. Naik turun anak tangga berulang kali hingga Taehyung merasa cukup.Menggunakan kaos putih polos dan celana training hitam. Ya, seperti biasa, yang berbeda dari biasannya adalah kehadiran seseorang. Hyun Jung—yang waktu itu menyamar menjadi Jiyeon.Taehyung muak seketika. Nama mereka membuat Taehyung kalang kabut.Secepat mungkin Taehyung membuka pintu yang menuju tangga darurat. Ia enggan tenggelam lagi dalam kenangannya. Berharap melupakan apa yang ia panggil dibenaknya.Pintu dibuka Taehyung, menjumpai tangga darurat yang sedikit remang. Ketika hendak mengijakkan kakinya, Taehyung bertemu Jiyeon yang terdiam di atas. Jiyeon tersenyum pada Taehyung. Taehyung diam.Jiyeon menghampiri Taehyung ke bawah. Jiyeon berhenti dengan menyisakan jara 2 pijakan anak tangga. Jiyeon menundukkan kepala disesuaikan tertuju ke wajah Taehyung.“Kau juga
$$$Jiyeon tengah memilih menu makan yang tersaji diprasmanan. Sarapan pagi sehat, buah-buahan dan daging untuk tenaga.Jiyeon menghiraukan bisik-bisik pegawai rumah sakit Gyonghee yang tengah membicarakannya. Ya, Jiyeon telah manganggap wajar dengan orang-orang rumah sakit yang membicarakan profilnya.Kini Jiyeon hanya memperdulikan perutnya yang kelaparan. “Kurasa sudah cukup,” komentarnya pada piring makanannya yang penuh.Jiyeon keluar dari barisan. Berdiam diri menerawang ruangan, mencari tempat duduk untuknya. Dimana kemungkinan besar tempat duduk tanpa orang yang bertanya padanya tentang dirinya terutama tentang saudara kembarnya.Dan Jiyeon menemukan sosok Seungjoo sendirian. Ya, Jiyeon mengenal Seungjoo karena insiden Mingyu. Sejak Seungjoo mengantarnya ke rumah sakit, mereka tak ada lagi kontak komunikasi.Jiyeon pun memutuskan langkahnya ke Seungjoo. Sesampai di tempat, Jiyeon meletakkan piringnya, seketi
Re-callBerdiri di depan, Taehyung yang sedang memegang microphone. Suaranya terdengar jelas di gedung olahraga. Taehyung tengah memperkenalkan dirinya dan juga timnya. Maksud kedatangannya ke sekolahan tersebut.Peserta tim kedokteran terdiri dari Taehyung—leader. Seungjoo, Jiyeon, Minsoo, Hyena—satu-satunya yang suster. Sisanya petugas paramedic.Kegiatan pertama mereka tentang kebersihan dalam rumah dan lingkungan. Setelah itu pertolongan pertama dan terakhir materi keremajaan. Tentang pisikologi remaja masa kini, Jiyeon mempunyai kewenangan menerangkan materi tersebut.Selesai menjelaskan materi kini mereka melakukan prakter CPR—penanganan pertama berupa pijatan jantung atau mulut ke mulut. Lantas banyaknya siswa, dibagilah mereka menjadi beberapa kelompok dengan tiap kelompok didampingi petugas paramedic.Tim dari kedokteran berpencar kecuali Taehyung. Menjaga jaraknya tak terlalu
Take that handJiyeon menjenguk Sehun usai tugasnya. Jiyeon lebih menyia-nyikan waktu makan di cafetari, walaupun pihak sekolah sudah menyediakannya hidangan lezat, bukan masalah besar. Keperluan utama Jiyeon memeriksa pasiennya. Oh Sehun.Jiyeon memang tak berharap lebih Sehun begitu saja mendatanginya. Beruntung, entah bisa disebut kebetulan, berkat sifat brutal Taehyung, Sehun dilarikan ke UKS. Tanpa sengaja Taehyung memberi jalan Jiyeon mendekati Sehun.Jiyeon tengah mengamati wajah Sehun. Dagu, bibir, hidung, mata, dan kening. Bagian wajah Sehun, laki-laki idaman wanita. Tampan sekali. Beku maka abadi. Bertanya-tanya, apa yang dimakan ibunya sewaktu mengandung dirinya.Wajah sempurna. Sekali kedip, 1, 2, dan banyak wanita pasti luluh. Harta melimpah, sudah ada dikertas warisan. Kehidupan mapan. Lalu permasalahnya apa, Oh Sehun kekurangan apa?Mungkin Sehun terlalu pucat. Tidak, sekalipun pucat dia tetap sempurna. Ku