Taehyung pingsan ketika nyawa Jiyeon sudah meninggalkan raga. Ia tak sadarkan diri sambil memeluk tubuh Jiyeon.
Ketika paramedis datang, Taehyung di bawa ke ambulan yang berbeda dengan Jiyeon. Sesampai di rumah sakit, Jiyeon yang sudah meninggal di bawa keruangan khusus sedangkan Taehyung dibawa ke ruangan gawat darurat.
Detak jantung Taehyung lemah. Seungjoo berusaha memicu jantung Taehyung dengan alat picu.
Hyena mengoleskan krim pada alat picu yang dipegang Seungjoo.
“Clear?” tanya Seungjoo pada Minsoo yang memantau layar monitor denyut nadi Taehyung.
“Clear,” sahut Minsoo.
Seungjoo memicu jantung Taehyung sebanyak lima kali. Akhirnya detak jantung Taehyung kembali normal. Taehyung segera di pindahkan keruangan rawat inap ICU. Walaupun detak jantung Taehyung kembali teratur, Taehyung masih dalam kondisi tak sadarkan diri alias koma.
Ponsel seorang gadis bebunyi. Sang ibu meneleponya di malam hari. Wanita itu kebetulan menghabiskan malam sambil membaca buku.‘Hyun Jung,’ panggil sang ibu yang menangis.Wanita itu pun duduk tegak. Bingung mengapa ibunya menangis di sana.“Ada apa ibu, kenapa ibu menangis?” panik wanita yang bernama Hyun Jung.‘Ji-Jiyeon, tewas tertabrak mobil,” isak ibu tak kuasa menahan tangisannya.Hyun Jung berusaha menenagkan dirinya, “Baik ibu, aku akan kembali secepat mungkin, butuh waktu 5 hari tapi pasti aku datang,”‘Ehmn, kau hati-hati di sana ya, nak, ibu merindukanmu,’ tangisanya semakin pecah.Hyun Jung mendongakkan kepalanya menahan airmata. Ia tidak mau tangisannya membuat ibunya semakin sedih.“Hmnn,” suara Hyun Jung bergetar, “tunggu aku ke sana, ibu, salam untuk ayah juga,”‘Aku tu
1‘Dokter Kim . . ‘ panggil seorang wanita dari ujung pintu yang memancarkan cahaya.Taehyung kenal betul suara yang memanggilnya. Park Jiyeon. Seorang wanita yang tinggal kenangan. Menghilang darinya secepat kedipan mata. Benar, Park Jiyeon telah tiada, suara itu mimpi milik Taehyung yang hidup selama beberapa hari ini setelah kejadian na’as menimpa Jiyeon.Hari kematian Jiyeon belum lama. Menyisakan duka menyelubung. Suasana rumah sakit meredup, pegawai rumah sakit Gyonghee turut berduka pada apa yang telah menimpa Jiyeon dan Taehyung.‘Dokter Kim. . ‘ suara Jiyeon memanggil Taehyung hingga Taehyung berhasil masuk ke pintu tersebut.Sangat silau, Taehyung meletakkan tangannya pada alisnya agar bayangan tangannya melindungi kedua matanya. Cahaya meredup, Taehyung kini mampu mengenali tempat di mana ia berdiri sekarang. Jalan raya.Seperti orang linglu, keb
₰ Jiyeon, seseorang yang baru saja pulang dari Jerman kini berada dalam kerata bawah tanah menuju Seoul, Gangnam, untuk menerima penghargaannya sebagai dokter muda serikat internasional. Negaranya memberkati Jiyeon sebagai bangsa yang telah mengharumkan nama Korea Selatan atas prestasinya. Jiyeon berdiri seraya memandangi arlojinya. Ia lega waktu yang ia dapat cukup. Sempat ia mengira ke salon adalah keputusan yang salah tetapi untung saja ia ke salon.“Ya, untung aku pergi,” pujinya pada dirinya.Jiyeon tak sabar memegang piala serta piagam yang akan ia raih. Setelah ia mendapatkan penghargaannya ia memutuskan pergi ke pemakaman adiknya, Hyun Jung. Sebab apa yang Jiyeon raih adalah jasa adiknya yang tela
Who You Are“Mest,” pinta Taehyung pada Hyena.Hyena—sebagai assistant ketiga, memberikan mest pada Taehyung. Taehyung pun memulai mensayat-sayat dada sang pasien. Mest tersebut mulai mencapai tulang dada, kemudian Taehyung meminta sebuah rektator—alat untuk melebarkan rongga dada pasien, mempermudah jalan operasi pembedahan.“Suction!” pinta Minsoo pada suster Song.Suster Song—sebagai suster sirkuer, menyalakan alat suction, dihisaplah darah hingga jaringan kering.Minsoo—yang berperan sebagai ahli anestesi, kini mengambil tindakan. Minsoo menghubungkan jantung pasien dengan mesin esktra corporal. Kemudian zat kardioplegik dimasukkan agar menghentikan detak jantung dan mengalih fungsikan organ vital jantung serta paru-paru pada alat tersebut.“Sudah terpasang,” kata Minsoo pada Taehyung.Selanjutnya Taehyung mel
“Gimana ini?! Gimana ini?! Gimana ini?!” suster Gong berkomat-kamit.“Ya, berhentilah! Suaramu hanya membuat masalah menjadi parah!” bentak suster Han.Badan suster Gong tak mau berhenti walaupun ia bungkam. Dokter yang mereka tunggu masih berkelut dengan jarum. Dari sisi kanan mereka melihat Minsoo, di sisi kiri mereka Seungjoo sedang menyambung tulang.Srkk! Pintu terbuka, lantas mereka yang di dalam ruangan operasi menoleh serempak. Jiyeon berdiri diambang pintu dengan tangan ia angkat sejajar rahang. Sebelumnya Jiyeon menyapu ruangan melalui bola matanya. Semua yang dibutuhkan Jiyeon tersedia berserta tenaga kerja yang menolongnya.“Apa dia sudah dianestesi?” ujarnya seraya masuk ke dalam menunggu salah satu dari mereka membantu mengenakan jubah operasi.Tetapi yang ada Jiyeon berdiri dengan harapan palsu. Semua orang terpaku pada tempatnya.&ldqu
Seungjoo keluar dari ruangan operasinya, mendapati Jiyeon berjalan cepat. Dibelakangnya diikuti suster Han. Suster Han yang menangkap sosok Seungjoo, langsung memberi berseruan meminta bantuan menghentikan Jiyeon.“Dokter Lee! Tangkap dia!” serunya heboh.“Sialan!” umpatnya pelan.Jiyeon bertemu dengan sepasang Seungjoo yang siap menangkapnya. Dan benar sekeras usaha Jiyeon menghindari Seungjoo, Seungjoo berhasil mencengkram lengannya. Menyentak, satu kali gerakan, Jiyeon terdorong ke hadapan Seungjoo.Membelalak sepasang mata Jiyeon. Jiyeon benar-benar dalam waktu yang mendesak, ada saja yang menghalanginya.Seungjoo berusaha mengenali Jiyeon, sebab ia belum pernah melihat namun seakan-akan mengenali Jiyeon dari matanya saja.Suster Han berhasi menyusul mereka, “Terimakasih dokter Lee! Hhh hhh ~” kemudian suster Han merangkul lengan Jiyeon layaknya polisi menangkap penjahat.
Don’t wake me upMereka berdua—Seungjoo dan Jiyeon berada di ruangan kerja unit 13—tempat kerja Seungjoo dan Taehyung. Mereka berdiri di tengah ruangan. Beradu tatapan, saat itu juga Seungjoo siap mengintrogasi, menguak identitas Jiyeon.“Beritahu saya, secara lengkap, siapa anda sebenarnya,” perintah Seungjoo kalem.“Saya dokter di sini—” Jawab Jiyeon.“Saya baru pertama kali ini bertemu anda,” potong Seungjoo.“Saya belum selesai bicara pak dokter . . .” Jiyeon memberi pandangan kesal yang tersirap sedikit.“Lebih tepatnya besok saya mendapat lisensi dari rumah sakit ini. Supaya lebih meyakinkan lebih baik anda periksa bagian HRD. Mungkin mereka sedang mengeprint lisensi saya. Dan maaf, tadi saya melakukan operasi. Meskipun sebenarnya tak seharusnya saya minta maaf karena saya sebenarnya bersalah pada diri saya sendiri bukan pada anda.
Jiyeon menepati panggilan presedir—kakek Taehyung. Tentu saja presedir sama halnya dengan orang-orang yang ia temui di rumah sakit itu. Jiyeon mengulang kalimatnya, menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya dan juga Na Hyun Jung.Cukup sulit bagi presedir menelaah bersamaan dalam waktu singkat. Presedir tak kala memikirkan nasip cucunya, paham yang terjadi pada Taehyung.Namun Sojung menyisihkan masalah identitas Jiyeon. Ia bermaksud menyampaikan pujiannya pada Jiyeon yang telah memenangkan piagam dari pemerintah.Dengan rasa bangga menyambut Jiyeon sebagai bagian dari rumah sakitnya. Kehadiran Jiyeon—dokter muda ynag menggantikan Taehyung, meningkatkan level rumah sakit Gyonghee.Sojung memberikan Jiyeon parsel. Setelah itu Sojung memberikan lisensi Jiyeon sebagai dokter bedah umum. Dan juga foto bersama, seusai dicetak, Sojung merencanakan akan memasang foto tersebut di ruangannya. Wartawan dari medi
Sekian lama bernegoisasi dengan Junsu. Akhirnya Taehyung berhasil membujuk Junsu untuk mengikuti Jiyeon pergi. Dan Jiah ikut serta. Ia tak mau ketinggalan hal menyenangkan, Taehyung awalnya enggan atas kehadiran Jiah, sebab masalahnya berkaitan tentang namja, perempuan dilarang ikut campur.Tetapi apa boleh buat, Junsu dan Jiah, harga mati. Mereka satu paket jadi susah memisahkan mereka.Usai melepas jarum infusnya, ia keluar bersama Junsu dan Jiah. Tampilan Taehyung, kaos hijau gelap dengan celana panjang hitam. Busana yang wajar, sisi lain, bertentangan dengan Taehyung. Junsu bersama Jiah mengenakan pakaian serba gelap. Mengenakan sun-glasses, topi, masker. Gaya pakaian penyelundup narkoba.Dibuatnya jerah, Taehyung keberatan dengan penampilan mereka. Malu ketika Taehyung menunggu sepasang burung di lobby, lalu datang menghampirinya mengenakan busana penjahat. Mereka pikir sedang bermain film laga.“Ya, terlalu
Satu hal yang belum Jiyeon jelaskan pada Sehun. Tempat. Dimana mereka bertemu. Cerdasnya Jiyeon, kian hari membuat Jiyeon bangga pada dirinya sendiri. Merahasiakan tujuannya, ke mana mereka akan kunjungi. Sehingga Sehun mau tak mau harus menjemput Jiyeon di rumah sakit.Malam sebelum mereka kencan, Sehun sibuk mengurus pakaian sedangkan Jiyeon sibuk membuat cupcake—kue mangkuk, di dapur rumah sakit.Tentu saja Jiyeon menggunakan bahan yang ia beli di supermarket. Ia bawa ke dapur, malam hari dapur rumah sakit berhenti beroperasi. Cocok untuk Jiyeon, leluasa bergerak sebab ia tidak akan mengganggu pegawai lain ataupun diganggu.Suara mixer memenuhi ruangan. Seorang tamu menimbulkan bunyi, langkah sandal. Taehyung. Mengenakan piyama rumah sakit. Mengitari bangunan, mencari Jiyeon sambil mebawa tiang bersama infus bertengger. Dan berhasil menemukan Jiyeon di dapur.“Apa yang kau lakukan di sini,” sela Taehyung.
ConnectedPing! Ping!Dering ponsel Jiyeon menyeruak. Mengugah Jiyeon yang tertidur dalam pelukan Taehyung. Mulanya Jiyeon tak mengenali siapa yang memeluknya, setelah mengingat kondisi Taehyung memburuk, dan dilarikan ke rumah sakit.Kepayahan mengurus Taehyung, dimulai dari memasang jarum infus. Mendata diagnose, menulis laporan serta memesan bangsal untuk Taehyung.Yang Jiyeon ingat selesai merawat Taehyung, ia duduk di kursi menunggu Taehyung sadar. Lama-kelamaan Jiyeon tertidur. Bangun-bangun, mendapati dirinya tidur seranjang dengan Taehyung—yang memeluknya erat. Tangan kukuh Taehyung menekan badan Jiyeon. Puncak kepalanya menyentuh dagu Jiyeon.Ketika matanya terbuka lebar, nyawanya kembali sepenuhnya. Jiyeon berusaha menggapai ponselnya yang berada di meja. Bergerak sedikit saja, Taehyung kian mengencangkan pelukannya. Tangan kanannya pantang menyerah mengapai ponselnya, hanya saja kepala Taehyung menahan d
Sekian lama Jiyeon berkeliling mencari Taehyung, akhirnya Jiyeon menemukan Taehyung di dalam mobilnya. Menekan mundur kursinya sampai terasa nyaman digunakan tidur. Meskipun Taehyung terlihat terlelap, Jiyeon tau Taehyung berpura-pura.Badannya bergerak unglai, berjalan ke mobilnya. Tenaganya setengah habis ia kerahkan mencari Taehyung. Dan ternyata selama ini. Taehyung berada di mobilnya. Absurd.Jiyeon masuk ke dalam mobilnya. Memegang setir mobil, menekan keningnya pada setir. Mengatur napasnya, di luar sana panas sampai-sampai tubuhnya memerah—kepanas tersengat sinar matahari. Padahal Jiyeon berpindah-pindah tempat, Jiyeon menggidik ngeri membayangkan dirinya duduk sendirian tersengat matahari. Akan sama halnya dengan telur goreng.Dimobilnya panas juga kering. Jiyeon heran bagaimana Taehyung bertahan hidup di temperature ekstrim mobilnya. Badan Taehyung berkeringat. Wajahnya pucat. AC mobil Jiyeon tak begitu cepat merangsang sebab mesin mobil kepanasa
It’s not hard “Ya, Oh Sehun!” panggil Mingyu di belakang. Sehun tidak memperdulikan Mingyu selama seminggu. Kenapa, sebab Mingyu sering menghubungi Sehun tiap malam harinya, pagi hari hingga sore hari ia mengusik Sehun. Hanya untuk mendapatkan nomor seluler milik Jiyeon tentunya. Sehun bersumpah demi Tuhan, tidak akan memberikan nomor Jiyeon ke Mingyu. Jika itu terjadi maka Sehun kalah, dan dia harus menuruti aturan Jiyeon. Sehun memang sudah menghapus nomor seluler Jiyeon. Namun masalah mendapatkan kembali nomor Jiyeon sangatlah mudah. Nomor seluler Jiyeon telah di-update oleh ayahnya. Jadi setiap pegawai rumah Sehun memiliki nomor seluler Jiyeon. Dikondisikan menanggulangi keadaan yang diluar prediksi. “Ya, berhenti, kau dengar aku,” Mingyu berlari sepenuh tenaga. Sedangkan Sehun berjalan cepat. Mingyu menggapai lengan Sehun. Sehun mengibaskan lengannya, tangan Mingyu terbeba
Have a breakPerkotaan menerangi kegelapan bak bintang di langit. Sayang langit perkotaan hampa penampakkan bintang. Jangan salahkan bangunan metropolitan, manusia yang mengebu-ngebu menggunakan lampu.Jiyeon sedikit jengkel tak dapat menikmati langit di siang hari, juga malam hari. Malam yang diidamkan Jiyeon ketika ia bersama Hyun Jung di rumah nenek mereka.Paling menyenangkan berkunjung ke rumah nenek dimusim panas. Menyaksikan kembang api di laut. Makan makanan laut seperti shasimi—hidangan laut dimakan mentah. Hyun Jung suka makan shasimi dengan pasta cabai yang dicampur madu.Makan itu Jiyeon pesan. Maka dari itu ditengah perayaan penyambutannya, Jiyeon jadi teringat kenangannya bersama Hyun Jung.Bukannya sedih sebaliknya Jiyeon bahagia mempunyai kenangan manis bersama saudaranya.Dan Minsoo sangat berisik bernyanyi di depan. Feel-dari moment-nya menjadi absurd dan sulit di
Take that handJiyeon menjenguk Sehun usai tugasnya. Jiyeon lebih menyia-nyikan waktu makan di cafetari, walaupun pihak sekolah sudah menyediakannya hidangan lezat, bukan masalah besar. Keperluan utama Jiyeon memeriksa pasiennya. Oh Sehun.Jiyeon memang tak berharap lebih Sehun begitu saja mendatanginya. Beruntung, entah bisa disebut kebetulan, berkat sifat brutal Taehyung, Sehun dilarikan ke UKS. Tanpa sengaja Taehyung memberi jalan Jiyeon mendekati Sehun.Jiyeon tengah mengamati wajah Sehun. Dagu, bibir, hidung, mata, dan kening. Bagian wajah Sehun, laki-laki idaman wanita. Tampan sekali. Beku maka abadi. Bertanya-tanya, apa yang dimakan ibunya sewaktu mengandung dirinya.Wajah sempurna. Sekali kedip, 1, 2, dan banyak wanita pasti luluh. Harta melimpah, sudah ada dikertas warisan. Kehidupan mapan. Lalu permasalahnya apa, Oh Sehun kekurangan apa?Mungkin Sehun terlalu pucat. Tidak, sekalipun pucat dia tetap sempurna. Ku
Re-callBerdiri di depan, Taehyung yang sedang memegang microphone. Suaranya terdengar jelas di gedung olahraga. Taehyung tengah memperkenalkan dirinya dan juga timnya. Maksud kedatangannya ke sekolahan tersebut.Peserta tim kedokteran terdiri dari Taehyung—leader. Seungjoo, Jiyeon, Minsoo, Hyena—satu-satunya yang suster. Sisanya petugas paramedic.Kegiatan pertama mereka tentang kebersihan dalam rumah dan lingkungan. Setelah itu pertolongan pertama dan terakhir materi keremajaan. Tentang pisikologi remaja masa kini, Jiyeon mempunyai kewenangan menerangkan materi tersebut.Selesai menjelaskan materi kini mereka melakukan prakter CPR—penanganan pertama berupa pijatan jantung atau mulut ke mulut. Lantas banyaknya siswa, dibagilah mereka menjadi beberapa kelompok dengan tiap kelompok didampingi petugas paramedic.Tim dari kedokteran berpencar kecuali Taehyung. Menjaga jaraknya tak terlalu
$$$Jiyeon tengah memilih menu makan yang tersaji diprasmanan. Sarapan pagi sehat, buah-buahan dan daging untuk tenaga.Jiyeon menghiraukan bisik-bisik pegawai rumah sakit Gyonghee yang tengah membicarakannya. Ya, Jiyeon telah manganggap wajar dengan orang-orang rumah sakit yang membicarakan profilnya.Kini Jiyeon hanya memperdulikan perutnya yang kelaparan. “Kurasa sudah cukup,” komentarnya pada piring makanannya yang penuh.Jiyeon keluar dari barisan. Berdiam diri menerawang ruangan, mencari tempat duduk untuknya. Dimana kemungkinan besar tempat duduk tanpa orang yang bertanya padanya tentang dirinya terutama tentang saudara kembarnya.Dan Jiyeon menemukan sosok Seungjoo sendirian. Ya, Jiyeon mengenal Seungjoo karena insiden Mingyu. Sejak Seungjoo mengantarnya ke rumah sakit, mereka tak ada lagi kontak komunikasi.Jiyeon pun memutuskan langkahnya ke Seungjoo. Sesampai di tempat, Jiyeon meletakkan piringnya, seketi