Kepala panti asuhan mengajak mereka bertiga mengikuti piknik di kawasan air tejun yang berada dekat dari panti.
Mereka bersama warga panti asuhan beramai-ramai ke sana. Sesampai di sana mereka disuguhi pemandangan cantik oleh alam. Airterjun dengan tinggi 22 meter, di dalam airterjun terdapat kolam artifsial—tempat yang sengaja dibuat untuk habitat belut tropis. Anak-anak sesampai di tempat langsung menyebar memenuhi tempat. Tempat ini tadi terlihat sepi tanpa mereka, tapi kini penuh dengan anak-anak yang bermain air dan bermain menangkap belut.
Begitu banyak lampu-lampu neon yang terpajang di segala benda dan pohon. Jiyeon duduk di tikar sambil mengabadikan moment dengan kameranya. Ia mengambil gambar anak-anak yang bermain di air, mengambil gambar airterjun dan mengambil gambar lain.
Seungjoo datang membawa dua botol jus. Ia duduk di sebelah Jiyeon, memberinya salah satu jus miliknya, Jiyeo
“Ashh!” umpat Hyena.“Gimana?” tanya Minsoo pada Hyena yang di sebelahnya.“Jaringan sibuk, oppa, eotteokhe~!” sahutnya panik.“Sebenarnya mereka ada di mana sekarang!?” kini Minsoo frustasi.Sudah 2 jam mereka berusaha menghubungi Taehyung, Jiyeon dan Seungjoo. Rumah sakit sedang kacau semenjak Jiah hilang dan tiba dengan keadaan kritis, ini akibat Jiah mengeluarkan tenaga sampai tubuhnya secara drastis drop, apalagi angin malam yang memperburuk kondisi tubuhnya.Ya, Jiah telah melanggar semua daftar pantangan penderita anemiaplasitik. Kini Jiah terbaring lemah di kamar ICU, dengan alat bantu napas dan berbagai jarum di tubuhnya, menunggu Taehyung datang untuk menghadiri pertemuan mendadak bertujuan merencanakan pengoperasian Jiah. Tapi ia belum juga datang.“Arghhh~” gerutu Minsoo.Berharap Taehyung mengangkat telpon.Tiba-tiba seorang pria
Klek! Suara gagang pintu membangunkan Jiyeon yang melamun. Semenjak diusir Taehyung dari ruangan, ia duduk di kursi—sebelah pintu, berdoa agar semuanya baik-baik saja. Menanti berita bagus dari mulut Taehyung, itu saja yang Jiyeon harapkan sebuah kabar baik.Taehyung keluar bersama dokter Han, ia juga melihat dokter Han membungkuk kemudian pergi meninggalkan mereka berdua. Taehyung tidak tau di sampingnya ada Jiyeon sampai Jiyeon berdiri menghadap Taehyung, Taehyung tidak terkejut, ia sudah tau kalau Jiyeon susah menyerah dan keras kepala.“Tentu saja kau tidak pergi setelahku usir,” sindirnya, “tapi tepat sekali kau ada di sini, jadi aku tidak perlu mencarimu,”“Apa persedir sudah memaafkan kita, dokter?”“Sudah aku tangani. Dan sekarang aku masih ada satu masalah lagi yang belum terselesaikan, kau, Park Jiyeon” ujarnya serius.Raut wajah Taehyung datar, tatapannya b
Road 20Keesokan harinya tim kerja Taehyung memeriksa ulang perlengkapan.Hari ini menambah alat operasi yang kurang, pengambilan barang mereka ambil di ruangan sterilisasi atau disebut central sterilization sampling department [CSSD]—di mana alat-alat kedokteran disimpan dan disterilisasikan.Jam 8 pagi semua persiapan telah lengkap. Saatnya tim kerja Taehyung masuk ke dalam ruangan operasi bersama sang pendonor, Junsu, yang terbaring pada brancard dorong.Minsoo— spesialis anestesi yang berperan memantau tanda-tanda vital selama pembedahan berlangsung, mendapat perintah oleh Seungjoo—yang berperan sebagai assistent pertama ahli onkologi medic yaitu spesialis darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya, untuk membius Junsu.Minsoo menyuntikan obat bius ke dalam IV line— mesin yang digunakan membius pasien dengan cara dihirup, pembiusan yang di lakukan oleh Minsoo sering disebut anestesi
Dokter Kim—‘Doraemon, kau ada di mana?’13:45Suster Park—‘Di taman ; ;;’13:46Dokter Kim—‘Tetap di sana!’13:46Jiyeon memasukan ponselnya kembali ke dalam sakunya. Sisi lain, Seungjoo menguatkan hatinya untuk menyatakan perasaannya pada Jiyeon.Tepat saat Jiyeon membuka jus kalengnya, mulai meminum jusnya dan usai menelan jus, Seungjoo bersumpah pada dirinya menjadi pemberani. Tidak akan mengulur-ngulur waktu lagi.Usai minum Jiyeon beranjak dari bangku taman berdiri menghadap Seungjoo, “Dokter Lee, saya pamit duluan,”“Pergi ke mana, biar aku antar,”“Tidak usah repot-repot, dokter Kim mencari saya,”“Kau tunggu saja di sini,”“Tidak, sa
Lampu pada ruang operasi menyala. Menandakan operasi segera mulai. Tanggung jawab Jiyeon sebagai assisten ketiga atau perawat instrumen sudah ia laksanakan. Meliputi menata alat bedah di meja mayo.Usai mencuci tangan Taehyung memasuki ruang operasi. Kali ini Jiyeon membantu Taehyung menggunakan jubah. Jiyeon memegang bagian dalam jubah lalu menarik lengan jubah ke atas kemudian mengaitkan tali di pinggang dan di leher.Tak bisa dipungkiri Taehyung malu mengingat kejadian di mana dia dan Jiyeon berada di tangga darurat.Taehyung berharap rasa malunya akan segera hilang seiring waktu operasi berjalan.Setelah melengkapi seragam lantas Taehyung berjalan menuju tempatnya. Sebelumnya Hyena—yang sekarang berperan ganda sebagai perawat sirkuler—alias asissten Seungjoo sekaligus berperan sebagai perawat anestesi mendampingi Minsoo, yang sudah memeriksa kelengkapan alat operasi-meli
Boongi~ Boongi~ Bongin~ !Ponsel milik Junsu berdering di meja samping ranjang Jiah. Posel itu berada di ruangan Jiah semenjak Junsu membanting ponselnya, pergi meninggalkan Jiah setelah bertengkar hebat dengannya.Suara ponsel milik Junsu mengganggu tidur Jiah.Berdering tanpa henti, membangunkan Jiah yang tertidur selama 2 hari sejak operasinya selesai. Jiah sedikit demi sedikit membuka matanya, pandangan matanya belum sepenuhnya fokus, hanya menangkap buram dan juga sedikit gelap.Jiah mencoba mengatur matanya agar fokus meskipun terasa pusing di kepala, menusuk-nusuk hidung dan mata. Sementara itu ponsel milik Junsu masih berdering.Sungguh Jiah tak tahan dengan suara berisik ponsel itu, membuatnya jengkel bahkan didalam hatinya Jiah mengutuk ponsel itu. Ingin melempar keluar jauh dari ruangan.Dipagi hari Jiah tersiksa oleh gangguan dari ponsel ditambah luka bekas jah
Diwaktu yang sama Taehyung tertidur dalam ruangan kerjanya. Dalam dua hari Taehyung melakukan konfersi pers. Karena pasiennya adalah seorang public figure, maka Taehyung perlu mengumumkan kondisi Jiah terbaru dan menjawab pertanyaan dari berbagai wartawan.Tak hanya ocehan wartawan yang haus akan informasi, cahaya kamera menghujani Taehyung hingga kedua matanya merah—lelah.Bila dibanding-bandingkan mereka seratus kali melelahkan daripada melakukan operasi. Dan lebih menyebalkan daripada Jiyeon.Taehyung memilih menghadapi Jiyeon yang bisa dibentak daripada wartawan. Bila Taehyung menyemburkan amarahnya kepada mereka, mereka berbalik menyembur Taehyung bahkan mereka bisa mempublikasikan sikap tercela Taehyung.Disisi lain Taehyung bersyukur, Jiyeon berbeda dengan mereka dan sayang mereka bukan Jiyeon.Tanpa Taehyung sadari, para wartawan mengingat
Jiyeon tersenyum lebar, “Anda sudah berusaha keras~” ujarnya sedikit nada manja.Taehyung berbalik menghadap sandaran sofa menutupi wajahnya yang memerah karena membayangkan hal yang bukan-bukan tadi. Menarik selimut ke kepala.Ia malu pada dirinya yang telah berpikir seperti bukan dirinya sendiri biasanya. Tentu saja Taehyung menghujat dirinya sendiri berulang-ulang.Sedangkan Jiyeon masih belum mengetahui Taehyung bangun sedari tadi. Ia tetap jongkok memandangi tubuh Taehyung yang berbalut selimut, “Dokter Kim,” panggilnya yang berhasil membuat Taehyung tersentak pelan.“Ada yang ingin aku bicarakan dengan anda saat anda sudah bangun nanti. Entah saya bisa mengatakannya pada anda atau tidak, tapi saya berharap anda dapat mendengarkan semua ucapan saya. Dokter Kim, kali ini saya latihan untuk bersiap-siap, jadi aku mohon jangan bangun dulu~” mohonnya melas.
Sekian lama bernegoisasi dengan Junsu. Akhirnya Taehyung berhasil membujuk Junsu untuk mengikuti Jiyeon pergi. Dan Jiah ikut serta. Ia tak mau ketinggalan hal menyenangkan, Taehyung awalnya enggan atas kehadiran Jiah, sebab masalahnya berkaitan tentang namja, perempuan dilarang ikut campur.Tetapi apa boleh buat, Junsu dan Jiah, harga mati. Mereka satu paket jadi susah memisahkan mereka.Usai melepas jarum infusnya, ia keluar bersama Junsu dan Jiah. Tampilan Taehyung, kaos hijau gelap dengan celana panjang hitam. Busana yang wajar, sisi lain, bertentangan dengan Taehyung. Junsu bersama Jiah mengenakan pakaian serba gelap. Mengenakan sun-glasses, topi, masker. Gaya pakaian penyelundup narkoba.Dibuatnya jerah, Taehyung keberatan dengan penampilan mereka. Malu ketika Taehyung menunggu sepasang burung di lobby, lalu datang menghampirinya mengenakan busana penjahat. Mereka pikir sedang bermain film laga.“Ya, terlalu
Satu hal yang belum Jiyeon jelaskan pada Sehun. Tempat. Dimana mereka bertemu. Cerdasnya Jiyeon, kian hari membuat Jiyeon bangga pada dirinya sendiri. Merahasiakan tujuannya, ke mana mereka akan kunjungi. Sehingga Sehun mau tak mau harus menjemput Jiyeon di rumah sakit.Malam sebelum mereka kencan, Sehun sibuk mengurus pakaian sedangkan Jiyeon sibuk membuat cupcake—kue mangkuk, di dapur rumah sakit.Tentu saja Jiyeon menggunakan bahan yang ia beli di supermarket. Ia bawa ke dapur, malam hari dapur rumah sakit berhenti beroperasi. Cocok untuk Jiyeon, leluasa bergerak sebab ia tidak akan mengganggu pegawai lain ataupun diganggu.Suara mixer memenuhi ruangan. Seorang tamu menimbulkan bunyi, langkah sandal. Taehyung. Mengenakan piyama rumah sakit. Mengitari bangunan, mencari Jiyeon sambil mebawa tiang bersama infus bertengger. Dan berhasil menemukan Jiyeon di dapur.“Apa yang kau lakukan di sini,” sela Taehyung.
ConnectedPing! Ping!Dering ponsel Jiyeon menyeruak. Mengugah Jiyeon yang tertidur dalam pelukan Taehyung. Mulanya Jiyeon tak mengenali siapa yang memeluknya, setelah mengingat kondisi Taehyung memburuk, dan dilarikan ke rumah sakit.Kepayahan mengurus Taehyung, dimulai dari memasang jarum infus. Mendata diagnose, menulis laporan serta memesan bangsal untuk Taehyung.Yang Jiyeon ingat selesai merawat Taehyung, ia duduk di kursi menunggu Taehyung sadar. Lama-kelamaan Jiyeon tertidur. Bangun-bangun, mendapati dirinya tidur seranjang dengan Taehyung—yang memeluknya erat. Tangan kukuh Taehyung menekan badan Jiyeon. Puncak kepalanya menyentuh dagu Jiyeon.Ketika matanya terbuka lebar, nyawanya kembali sepenuhnya. Jiyeon berusaha menggapai ponselnya yang berada di meja. Bergerak sedikit saja, Taehyung kian mengencangkan pelukannya. Tangan kanannya pantang menyerah mengapai ponselnya, hanya saja kepala Taehyung menahan d
Sekian lama Jiyeon berkeliling mencari Taehyung, akhirnya Jiyeon menemukan Taehyung di dalam mobilnya. Menekan mundur kursinya sampai terasa nyaman digunakan tidur. Meskipun Taehyung terlihat terlelap, Jiyeon tau Taehyung berpura-pura.Badannya bergerak unglai, berjalan ke mobilnya. Tenaganya setengah habis ia kerahkan mencari Taehyung. Dan ternyata selama ini. Taehyung berada di mobilnya. Absurd.Jiyeon masuk ke dalam mobilnya. Memegang setir mobil, menekan keningnya pada setir. Mengatur napasnya, di luar sana panas sampai-sampai tubuhnya memerah—kepanas tersengat sinar matahari. Padahal Jiyeon berpindah-pindah tempat, Jiyeon menggidik ngeri membayangkan dirinya duduk sendirian tersengat matahari. Akan sama halnya dengan telur goreng.Dimobilnya panas juga kering. Jiyeon heran bagaimana Taehyung bertahan hidup di temperature ekstrim mobilnya. Badan Taehyung berkeringat. Wajahnya pucat. AC mobil Jiyeon tak begitu cepat merangsang sebab mesin mobil kepanasa
It’s not hard “Ya, Oh Sehun!” panggil Mingyu di belakang. Sehun tidak memperdulikan Mingyu selama seminggu. Kenapa, sebab Mingyu sering menghubungi Sehun tiap malam harinya, pagi hari hingga sore hari ia mengusik Sehun. Hanya untuk mendapatkan nomor seluler milik Jiyeon tentunya. Sehun bersumpah demi Tuhan, tidak akan memberikan nomor Jiyeon ke Mingyu. Jika itu terjadi maka Sehun kalah, dan dia harus menuruti aturan Jiyeon. Sehun memang sudah menghapus nomor seluler Jiyeon. Namun masalah mendapatkan kembali nomor Jiyeon sangatlah mudah. Nomor seluler Jiyeon telah di-update oleh ayahnya. Jadi setiap pegawai rumah Sehun memiliki nomor seluler Jiyeon. Dikondisikan menanggulangi keadaan yang diluar prediksi. “Ya, berhenti, kau dengar aku,” Mingyu berlari sepenuh tenaga. Sedangkan Sehun berjalan cepat. Mingyu menggapai lengan Sehun. Sehun mengibaskan lengannya, tangan Mingyu terbeba
Have a breakPerkotaan menerangi kegelapan bak bintang di langit. Sayang langit perkotaan hampa penampakkan bintang. Jangan salahkan bangunan metropolitan, manusia yang mengebu-ngebu menggunakan lampu.Jiyeon sedikit jengkel tak dapat menikmati langit di siang hari, juga malam hari. Malam yang diidamkan Jiyeon ketika ia bersama Hyun Jung di rumah nenek mereka.Paling menyenangkan berkunjung ke rumah nenek dimusim panas. Menyaksikan kembang api di laut. Makan makanan laut seperti shasimi—hidangan laut dimakan mentah. Hyun Jung suka makan shasimi dengan pasta cabai yang dicampur madu.Makan itu Jiyeon pesan. Maka dari itu ditengah perayaan penyambutannya, Jiyeon jadi teringat kenangannya bersama Hyun Jung.Bukannya sedih sebaliknya Jiyeon bahagia mempunyai kenangan manis bersama saudaranya.Dan Minsoo sangat berisik bernyanyi di depan. Feel-dari moment-nya menjadi absurd dan sulit di
Take that handJiyeon menjenguk Sehun usai tugasnya. Jiyeon lebih menyia-nyikan waktu makan di cafetari, walaupun pihak sekolah sudah menyediakannya hidangan lezat, bukan masalah besar. Keperluan utama Jiyeon memeriksa pasiennya. Oh Sehun.Jiyeon memang tak berharap lebih Sehun begitu saja mendatanginya. Beruntung, entah bisa disebut kebetulan, berkat sifat brutal Taehyung, Sehun dilarikan ke UKS. Tanpa sengaja Taehyung memberi jalan Jiyeon mendekati Sehun.Jiyeon tengah mengamati wajah Sehun. Dagu, bibir, hidung, mata, dan kening. Bagian wajah Sehun, laki-laki idaman wanita. Tampan sekali. Beku maka abadi. Bertanya-tanya, apa yang dimakan ibunya sewaktu mengandung dirinya.Wajah sempurna. Sekali kedip, 1, 2, dan banyak wanita pasti luluh. Harta melimpah, sudah ada dikertas warisan. Kehidupan mapan. Lalu permasalahnya apa, Oh Sehun kekurangan apa?Mungkin Sehun terlalu pucat. Tidak, sekalipun pucat dia tetap sempurna. Ku
Re-callBerdiri di depan, Taehyung yang sedang memegang microphone. Suaranya terdengar jelas di gedung olahraga. Taehyung tengah memperkenalkan dirinya dan juga timnya. Maksud kedatangannya ke sekolahan tersebut.Peserta tim kedokteran terdiri dari Taehyung—leader. Seungjoo, Jiyeon, Minsoo, Hyena—satu-satunya yang suster. Sisanya petugas paramedic.Kegiatan pertama mereka tentang kebersihan dalam rumah dan lingkungan. Setelah itu pertolongan pertama dan terakhir materi keremajaan. Tentang pisikologi remaja masa kini, Jiyeon mempunyai kewenangan menerangkan materi tersebut.Selesai menjelaskan materi kini mereka melakukan prakter CPR—penanganan pertama berupa pijatan jantung atau mulut ke mulut. Lantas banyaknya siswa, dibagilah mereka menjadi beberapa kelompok dengan tiap kelompok didampingi petugas paramedic.Tim dari kedokteran berpencar kecuali Taehyung. Menjaga jaraknya tak terlalu
$$$Jiyeon tengah memilih menu makan yang tersaji diprasmanan. Sarapan pagi sehat, buah-buahan dan daging untuk tenaga.Jiyeon menghiraukan bisik-bisik pegawai rumah sakit Gyonghee yang tengah membicarakannya. Ya, Jiyeon telah manganggap wajar dengan orang-orang rumah sakit yang membicarakan profilnya.Kini Jiyeon hanya memperdulikan perutnya yang kelaparan. “Kurasa sudah cukup,” komentarnya pada piring makanannya yang penuh.Jiyeon keluar dari barisan. Berdiam diri menerawang ruangan, mencari tempat duduk untuknya. Dimana kemungkinan besar tempat duduk tanpa orang yang bertanya padanya tentang dirinya terutama tentang saudara kembarnya.Dan Jiyeon menemukan sosok Seungjoo sendirian. Ya, Jiyeon mengenal Seungjoo karena insiden Mingyu. Sejak Seungjoo mengantarnya ke rumah sakit, mereka tak ada lagi kontak komunikasi.Jiyeon pun memutuskan langkahnya ke Seungjoo. Sesampai di tempat, Jiyeon meletakkan piringnya, seketi