Lampu pada ruang operasi menyala. Menandakan operasi segera mulai. Tanggung jawab Jiyeon sebagai assisten ketiga atau perawat instrumen sudah ia laksanakan. Meliputi menata alat bedah di meja mayo.
Usai mencuci tangan Taehyung memasuki ruang operasi. Kali ini Jiyeon membantu Taehyung menggunakan jubah. Jiyeon memegang bagian dalam jubah lalu menarik lengan jubah ke atas kemudian mengaitkan tali di pinggang dan di leher.
Tak bisa dipungkiri Taehyung malu mengingat kejadian di mana dia dan Jiyeon berada di tangga darurat.
Taehyung berharap rasa malunya akan segera hilang seiring waktu operasi berjalan.
Setelah melengkapi seragam lantas Taehyung berjalan menuju tempatnya. Sebelumnya Hyena—yang sekarang berperan ganda sebagai perawat sirkuler—alias asissten Seungjoo sekaligus berperan sebagai perawat anestesi mendampingi Minsoo, yang sudah memeriksa kelengkapan alat operasi-meli
Boongi~ Boongi~ Bongin~ !Ponsel milik Junsu berdering di meja samping ranjang Jiah. Posel itu berada di ruangan Jiah semenjak Junsu membanting ponselnya, pergi meninggalkan Jiah setelah bertengkar hebat dengannya.Suara ponsel milik Junsu mengganggu tidur Jiah.Berdering tanpa henti, membangunkan Jiah yang tertidur selama 2 hari sejak operasinya selesai. Jiah sedikit demi sedikit membuka matanya, pandangan matanya belum sepenuhnya fokus, hanya menangkap buram dan juga sedikit gelap.Jiah mencoba mengatur matanya agar fokus meskipun terasa pusing di kepala, menusuk-nusuk hidung dan mata. Sementara itu ponsel milik Junsu masih berdering.Sungguh Jiah tak tahan dengan suara berisik ponsel itu, membuatnya jengkel bahkan didalam hatinya Jiah mengutuk ponsel itu. Ingin melempar keluar jauh dari ruangan.Dipagi hari Jiah tersiksa oleh gangguan dari ponsel ditambah luka bekas jah
Diwaktu yang sama Taehyung tertidur dalam ruangan kerjanya. Dalam dua hari Taehyung melakukan konfersi pers. Karena pasiennya adalah seorang public figure, maka Taehyung perlu mengumumkan kondisi Jiah terbaru dan menjawab pertanyaan dari berbagai wartawan.Tak hanya ocehan wartawan yang haus akan informasi, cahaya kamera menghujani Taehyung hingga kedua matanya merah—lelah.Bila dibanding-bandingkan mereka seratus kali melelahkan daripada melakukan operasi. Dan lebih menyebalkan daripada Jiyeon.Taehyung memilih menghadapi Jiyeon yang bisa dibentak daripada wartawan. Bila Taehyung menyemburkan amarahnya kepada mereka, mereka berbalik menyembur Taehyung bahkan mereka bisa mempublikasikan sikap tercela Taehyung.Disisi lain Taehyung bersyukur, Jiyeon berbeda dengan mereka dan sayang mereka bukan Jiyeon.Tanpa Taehyung sadari, para wartawan mengingat
Jiyeon tersenyum lebar, “Anda sudah berusaha keras~” ujarnya sedikit nada manja.Taehyung berbalik menghadap sandaran sofa menutupi wajahnya yang memerah karena membayangkan hal yang bukan-bukan tadi. Menarik selimut ke kepala.Ia malu pada dirinya yang telah berpikir seperti bukan dirinya sendiri biasanya. Tentu saja Taehyung menghujat dirinya sendiri berulang-ulang.Sedangkan Jiyeon masih belum mengetahui Taehyung bangun sedari tadi. Ia tetap jongkok memandangi tubuh Taehyung yang berbalut selimut, “Dokter Kim,” panggilnya yang berhasil membuat Taehyung tersentak pelan.“Ada yang ingin aku bicarakan dengan anda saat anda sudah bangun nanti. Entah saya bisa mengatakannya pada anda atau tidak, tapi saya berharap anda dapat mendengarkan semua ucapan saya. Dokter Kim, kali ini saya latihan untuk bersiap-siap, jadi aku mohon jangan bangun dulu~” mohonnya melas.
6 bulan kemudian . . .Hari ini adalah hari sambutan untuk Taehyung yang telah kembali ke Korea. Sambutan sekaligus perayaan Taehyung sebagai dokter tetap di rumah sakit Gyonghee. Dirayakan di restaurant keluarga yang sederhana daripada restaurant mewah dengan makanan yang berkelas. Ya, Taehyung suka yang sederhana. Tempat makan mereka berada di daerah Yeoido.Makanan utama berupa daging sapi ditemani beberapa sup ikan dan sayur-sayuran melengkapi visual hidangan.Ide penyambutan ini berasal dari Junsu. Karena ia tau selera rasa mereka sama. Jadi semua orang mempercayakan acara penyabutan sepenuhnya pada Junsu.Dan mereka lega Junsu dapat diandalkan untuk kasus seperti ini. Biasanya mereka lebih membercayai orang lain, sebab perkerjaan apapun akan berjalan kurang lancar bila Junsu yang menanganinya. Mereka berharapa mulai sekarang sampai seterusnya Junsu dapat dipercayai sepenuhnya.
Usai acara reuni Jiyeon dan Taehyung keluar dari restaurant. Saat itu juga merupakan moment pertama mereka berkencan selama menjalani hubungan jarak jauh. Mereka berjalan bersama menuju taman yang di dekat restaurant tersebut.Menikmati udara segar siang hari di musim gugur, menyasikan warna oranye dan coklat menghiasi pemandangan. Sebuah air mancur melengkapi keindahan arsitektur taman.Taman tersebut luas dekat dengan jalan raya, di tengah taman terdapat lapangan yang di setiap tepinya ada sebuah tempat duduk dengan payung teduh berukuran besar.Rok putih milik Jiyeon—dengan renda bergoyang mengikuti arah hembusan angin. Memakai kaos polos berwana pink, mencepol rambut memperlihatkan leher yang jenjang terbebas dari rambut yang tergerai.Lengkap dengan tas selempang kecil coklat menggantung di pundak hingga pinggul. Sedangkan Taehyung mengenakan kaos putih polos dan cel
Taehyung benci pada dirinya sendiri yang lemah di saat dia-lah satu-satunya harapan Jiyeon untuk bertahan hidup.“Ji. . . Ji . . .Jiyeon~” panggilnya lemah, nada bicaranya pun nyaris tak tertengar.“Jiyeon~” panggilnya lagi.“Jiy-Jiyeon . . .” dan lagi. Mencoba menyangkal bahwa bukan Jiyeon yang tergeletak sekarat jauh di hadapannya.Airmatanya menghilangkan fokus pada korneanya.Pandanganya menjadi kabur, ia kesulitan melihat daerah sekitarnya apalagi semakin dekat dia dengan Jiyeon, kian kabur pandangannya.Taehyung menyeka airmatanya yang berada di pipi dan dikedua matanya, kini ia dapat melihat Jiyeon tergeletak lima langkah di depanya. Ragu namun pasti Taehyung melangkah, ia berlutut di samping badan Jiyeon.Taehyung menelan salivanya meskipun susah—terasa menyakitkan.Wajah Jiyeon pucat, pand
Taehyung pingsan ketika nyawa Jiyeon sudah meninggalkan raga. Ia tak sadarkan diri sambil memeluk tubuh Jiyeon.Ketika paramedis datang, Taehyung di bawa ke ambulan yang berbeda dengan Jiyeon. Sesampai di rumah sakit, Jiyeon yang sudah meninggal di bawa keruangan khusus sedangkan Taehyung dibawa ke ruangan gawat darurat.Detak jantung Taehyung lemah. Seungjoo berusaha memicu jantung Taehyung dengan alat picu.Hyena mengoleskan krim pada alat picu yang dipegang Seungjoo.“Clear?” tanya Seungjoo pada Minsoo yang memantau layar monitor denyut nadi Taehyung.“Clear,” sahut Minsoo.Seungjoo memicu jantung Taehyung sebanyak lima kali. Akhirnya detak jantung Taehyung kembali normal. Taehyung segera di pindahkan keruangan rawat inap ICU. Walaupun detak jantung Taehyung kembali teratur, Taehyung masih dalam kondisi tak sadarkan diri alias koma.
Ponsel seorang gadis bebunyi. Sang ibu meneleponya di malam hari. Wanita itu kebetulan menghabiskan malam sambil membaca buku.‘Hyun Jung,’ panggil sang ibu yang menangis.Wanita itu pun duduk tegak. Bingung mengapa ibunya menangis di sana.“Ada apa ibu, kenapa ibu menangis?” panik wanita yang bernama Hyun Jung.‘Ji-Jiyeon, tewas tertabrak mobil,” isak ibu tak kuasa menahan tangisannya.Hyun Jung berusaha menenagkan dirinya, “Baik ibu, aku akan kembali secepat mungkin, butuh waktu 5 hari tapi pasti aku datang,”‘Ehmn, kau hati-hati di sana ya, nak, ibu merindukanmu,’ tangisanya semakin pecah.Hyun Jung mendongakkan kepalanya menahan airmata. Ia tidak mau tangisannya membuat ibunya semakin sedih.“Hmnn,” suara Hyun Jung bergetar, “tunggu aku ke sana, ibu, salam untuk ayah juga,”‘Aku tu