Daffa semakin yakin, dibalik semua keganjilan yang menyeret namanya, Bobby termasuk pelakunya. Apalagi yang sudah dilakukannya dan belum terdeteksi oleh perusahaan. Jika Bobby tidak sedikitpun mengelak, berarti dia sudah berhasil mendapatkan sesuatu untuk persiapan jika sewaktu-waktu di depak dari perusahaan."Segera lakukan meeting dengan jajaran direksi, Pa. Aku yakin, Bobby sudah memiliki bekal yang cukup karena dia berani berkata seperti itu pada Mbak Ika." Daffa mengingatkan papanya.Pak Farhan sepemikiran. "Selingkuhan suamimu wanita mana?" tanya Bu Tiwi setelah bisa mengatur napas dan mengendalikan diri supaya tidak drop lagi."Dia nggak ngaku, Ma.""Wanita itu tinggal di Malang," celetuk Daffa. Tidak perlu ia menutupinya lagi. Membuat orang tua dan kakaknya terkejut dan memusatkan perhatian padanya."Kamu tahu, Daf?" tanya Ika dengan netra membulat."Tahu. Di mana wanita itu kerja dan tinggal aku juga tahu.""Kenapa kamu diam saja?" tanya Ika dengan setengah berteriak. "Kenap
"Kita tidak bisa bertindak terbuka, Pa. Aku yakin, Bobby tidak akan bertindak sendiri karena prosedur di perusahaan melibatkan banyak pihak. Pasti dia memiliki komplotan." Jawaban Daffa masuk akal juga."Papa percayakan urusan ini padamu. Kita harus bertindak tegas, jangan sampai keluarga kita malu di hadapan keluarga besar.""Ya.""Kamu nggak usah masuk kantor kalau lagi kacau begini. Tenangkan diri dulu." Pak Farhan berkata pada putrinya.Ika yang terlihat sangat semrawut menunduk sambil memegangi kepalanya. Pagi yang sungguh mengejutkan."Kalau gitu, aku duluan berangkat ke kantor, Pa. Hari ini ada jadwal survei lokasi," pamit Daffa lantas beranjak dari sana.Tinggal mereka bertiga. Air mata Ika masih meleleh di pipi. Rumah tangga yang dikira baik-baik saja ternyata menyimpan bara dalam sekam."Papa hari ini akan menyuruh orang untuk menyelidiki tentang wanita itu. Foto dan video yang disimpan Daffa bisa kamu jadikan bukti nanti," ucap Pak Farhan."Tenangkan diri, jangan tunjukkan
RINDU YANG TERLUKA- DilemaIrene muncul membuka pintu pagar. Putri kedua tergesa menghampiri Bu Tiwi yang menunggunya."Ma." Irene memeluk mamanya. Hati seorang ibu kembali kebat-kebit. Ada apalagi ini? Semoga Irene tidak membawa kabar buruk. Wajah wanita yang sudah rapi berpakaian kerja tampak terburu-buru dan gelisah."Mbak Ika mana, Ma?" Irene menebarkan pandangan hingga sudut belakang. Khawatir sekali tampaknya."Kakakmu barusan pulang. Kamu nggak ke kantor?" Bu Tiwi mengajak putrinya untuk duduk di sofa "Ini baru mau berangkat. Tadi Mbak Ika nelepon aku sambil nangis. Ngasih tahu kalau Mas Bobby selingkuh dan Mbak Ika sedang perjalanan ke sini. Aku tadi masih repot, nggak bisa langsung nyusul.""Iya. Tapi Ika sudah pulang. Bobby pergi dari rumah kata ART yang nelepon tadi." Bu Tiwi menceritakan kejutan menyakitkan yang dibawa Ika beberapa saat yang lalu. Ibu dan anak menangis. Irene juga menceritakan kecurigaannya ketika beberapa hari yang lalu mendapati Bobby menelepon di park
Ini pertemuan bisnis dan kerjasama yang paling menyenangkan di antara pekerjaan Trecy sebelum ini. Bagaimana tidak beruntung, ketika perusahaannya memberikan kepercayaan untuk bekerjasama dengan eksekutif muda yang kiprahnya luar biasa dalam beberapa tahun ini. Anak pemilik perusahaan yang sangat potensial."Anak Pak Daffa umur berapa?" tanya Trecy kembali berbasa-basi. Terlalu sayang jika banyak diam dan waktu terbuang sia-sia."Empat tahun setengah.""Wah, sedang lucu-lucunya itu."Baru terlihat senyum Daffa merekah. Trecy senang melihatnya. Ternyata Daffa sangat merespon dengan topik pembicaraan yang disuguhkannya. "Sekolah TK ya, Pak?""Iya.""Di Malang?"Daffa hanya menjawab dengan senyuman. Trecy tidak melanjutkan percakapan. Sepertinya dia terlalu jauh bicara. Pasti Daffa tidak suka."Maaf, Mbak Trecy. Saya harus kembali ke kantor," ujar Daffa sambil melihat jam tangannya."Iya, Pak. Terima kasih untuk traktirannya. Kita berjumpa lagi di agenda selanjutnya." Trecy menyalami Da
Begitulah hidup. Ketika Daffa sudah merencanakan semuanya, hal tak terduga terjadi. Padahal sudah terbayang begitu indah, kembali tinggal serumah dengan istri dan anaknya. Merenda kembali asa yang nyaris kandas. Memulai hidup baru bersama keluarga kecilnya dan ingin sekali Rinjani menyetujui, bahwa ia ingin memiliki anak lagi. Pernikahan mereka akan semakin kokoh dengan kehadiran anggota keluarga baru.Apa tanggapan Rinjani jika ia menceritakan kalau Ika diselingkuhi? Daffa mengalihkan pandangan, saat pintu ruangan diketuk. "Masuk!""Pak Daffa, ditunggu di ruang Pak Farhan untuk meeting." Dinda memberitahu."Hari ini ada jadwal saya meeting?" Daffa menegakkan duduknya."Nggak ada, Pak. Tapi pak Farhan menyuruh saya memberitahu Pak Daffa untuk ke ruangan beliau sekarang.""Oke." Daffa bangkit dari kursinya. Pasti ini mengenai permasalahan kakak iparnya. Dengan langkah cepat, Daffa menuju ruangan sang papa. Saat masuk, di sana sudah ada pakdenya. Pak Ferhat. Juga beberapa orang keperc
RINDU YANG TERLUKA - Gentleman Daffa tersenyum sendiri usai menelepon. Ingat ucapan Rinjani baru saja. Segitunya Rinjani bicara padanya. Jangan pulang, lagi haid. Kalimat yang secara tidak langsung menyentil jiwa kelelakiannya. Seolah hanya kontak fisik yang dibutuhkan seorang laki-laki ketika menemui istrinya.Tapi jujur, Rinjani benar. Daffa tidak memungkiri. Pertemuan setelah berjauhan bagi pasangan halal, mau apalagi kalau bukan melepas rindu dengan cara yang paling romantis dan int*mate. Manusiawi sekali bukan. Apalagi usia Daffa sekarang ini merupakan rentang usia antara 30-40 tahun terbilang berada di fase memiliki has*at tertinggi. Dan lelaki usia 35 tahun, memiliki daya tarik fisik mencapai puncaknya.Sudah lama tidak bertemu, pasti Daffa menginginkan hal itu. Jangankan LDM, yang setiap hari bertemu pun tidak bisa menahan diri, apalagi yang berjauhan. Tapi tak mengapa. Dia butuh Rin seutuhnya. Bukan disaat dia tidak haid saja.Semoga Rinjani bisa mengerti kalau Daffa belum
"Terima kasih banyak, Dokter Rin bisa membuat mama saya mengerti sekarang. Mama ini termasuk susah dibilangi. Nggak bisa berkata tidak pada orang yang menawari makanan yang seharusnya dihindari ketika kumpul dengan sesama rekan pensiunan saat arisan. Atau ada acara di rumah saudara. Tapi alhamdulilah, sekarang mama mau mendengarkan Dokter Rin.""Menghadapi orang tua yang mengidap beberapa penyakit memang harus sabar, Pak Reza. Sebab dorongan untuk makan apa yang dilarang itu sangat kuat. Penderita diabetes, dia paling suka makanan manis. Kadang kalau nggak dituruti bisa marah bahkan mengamuk.""Dokter, benar.""Tapi saya salut pada, Pak Reza. Sebagai lelaki sangat sabar menghadapi Ibu."Reza tersenyum sambil membetulkan letak kacamatanya. "Saya nggak bisa membalas pengorbanan mama yang sudah membesarkan saya selama ini selain merawatnya dengan baik, Dok. Mama menjadi single parent semenjak saya kelas 6 SD. Dengan uang pensiunan dari papa dan hasil kebun, beliau membesarkan kami bertig
Namun Daffa mendengarnya dengan hati kecewa. Tadinya khawatir kalau Rinjani bakalan menuduhnya tidak bisa menepati janji, tapi setelah mendengar kerelaan hati istrinya, ganti Daffa yang cemas. "Kamu nyaman di sini, apa karena ada Pak Reza?""Nggak ada sangkut pautnya dengan siapapun, Mas. Sudah pernah kubilang, aku nggak akan semurah itu. Pak Reza sangat menghargai dan menghormatiku sebagai tetangga dan perempuan yang telah bersuami. Mas, tahu apa yang dilakukan Pak Reza hari Jum'at kemarin?"Daffa kian lekat menatap istrinya. Dadanya penuh praduga. Memangnya apa yang dilakukan lelaki itu tapi membuat Rinjani berkata begitu tenang. "Apa yang dilakukannya?""Hari Jum'at sore ada pengajian khusus ibu-ibu di rumah Bu Murti. Setelah pengajian selesai, Pak Reza minta waktu untuk bicara sebelum jamaah pengajian pulang. Pak Reza meluruskan apa yang jadi perbincangan ibu-ibu tentang aku dan dia. Dengan gamblang dia mengatakan bahwa di antara kami nggak ada hubungan apapun. Kalau aku sering ke