Begitulah hidup. Ketika Daffa sudah merencanakan semuanya, hal tak terduga terjadi. Padahal sudah terbayang begitu indah, kembali tinggal serumah dengan istri dan anaknya. Merenda kembali asa yang nyaris kandas. Memulai hidup baru bersama keluarga kecilnya dan ingin sekali Rinjani menyetujui, bahwa ia ingin memiliki anak lagi. Pernikahan mereka akan semakin kokoh dengan kehadiran anggota keluarga baru.Apa tanggapan Rinjani jika ia menceritakan kalau Ika diselingkuhi? Daffa mengalihkan pandangan, saat pintu ruangan diketuk. "Masuk!""Pak Daffa, ditunggu di ruang Pak Farhan untuk meeting." Dinda memberitahu."Hari ini ada jadwal saya meeting?" Daffa menegakkan duduknya."Nggak ada, Pak. Tapi pak Farhan menyuruh saya memberitahu Pak Daffa untuk ke ruangan beliau sekarang.""Oke." Daffa bangkit dari kursinya. Pasti ini mengenai permasalahan kakak iparnya. Dengan langkah cepat, Daffa menuju ruangan sang papa. Saat masuk, di sana sudah ada pakdenya. Pak Ferhat. Juga beberapa orang keperc
RINDU YANG TERLUKA - Gentleman Daffa tersenyum sendiri usai menelepon. Ingat ucapan Rinjani baru saja. Segitunya Rinjani bicara padanya. Jangan pulang, lagi haid. Kalimat yang secara tidak langsung menyentil jiwa kelelakiannya. Seolah hanya kontak fisik yang dibutuhkan seorang laki-laki ketika menemui istrinya.Tapi jujur, Rinjani benar. Daffa tidak memungkiri. Pertemuan setelah berjauhan bagi pasangan halal, mau apalagi kalau bukan melepas rindu dengan cara yang paling romantis dan int*mate. Manusiawi sekali bukan. Apalagi usia Daffa sekarang ini merupakan rentang usia antara 30-40 tahun terbilang berada di fase memiliki has*at tertinggi. Dan lelaki usia 35 tahun, memiliki daya tarik fisik mencapai puncaknya.Sudah lama tidak bertemu, pasti Daffa menginginkan hal itu. Jangankan LDM, yang setiap hari bertemu pun tidak bisa menahan diri, apalagi yang berjauhan. Tapi tak mengapa. Dia butuh Rin seutuhnya. Bukan disaat dia tidak haid saja.Semoga Rinjani bisa mengerti kalau Daffa belum
"Terima kasih banyak, Dokter Rin bisa membuat mama saya mengerti sekarang. Mama ini termasuk susah dibilangi. Nggak bisa berkata tidak pada orang yang menawari makanan yang seharusnya dihindari ketika kumpul dengan sesama rekan pensiunan saat arisan. Atau ada acara di rumah saudara. Tapi alhamdulilah, sekarang mama mau mendengarkan Dokter Rin.""Menghadapi orang tua yang mengidap beberapa penyakit memang harus sabar, Pak Reza. Sebab dorongan untuk makan apa yang dilarang itu sangat kuat. Penderita diabetes, dia paling suka makanan manis. Kadang kalau nggak dituruti bisa marah bahkan mengamuk.""Dokter, benar.""Tapi saya salut pada, Pak Reza. Sebagai lelaki sangat sabar menghadapi Ibu."Reza tersenyum sambil membetulkan letak kacamatanya. "Saya nggak bisa membalas pengorbanan mama yang sudah membesarkan saya selama ini selain merawatnya dengan baik, Dok. Mama menjadi single parent semenjak saya kelas 6 SD. Dengan uang pensiunan dari papa dan hasil kebun, beliau membesarkan kami bertig
Namun Daffa mendengarnya dengan hati kecewa. Tadinya khawatir kalau Rinjani bakalan menuduhnya tidak bisa menepati janji, tapi setelah mendengar kerelaan hati istrinya, ganti Daffa yang cemas. "Kamu nyaman di sini, apa karena ada Pak Reza?""Nggak ada sangkut pautnya dengan siapapun, Mas. Sudah pernah kubilang, aku nggak akan semurah itu. Pak Reza sangat menghargai dan menghormatiku sebagai tetangga dan perempuan yang telah bersuami. Mas, tahu apa yang dilakukan Pak Reza hari Jum'at kemarin?"Daffa kian lekat menatap istrinya. Dadanya penuh praduga. Memangnya apa yang dilakukan lelaki itu tapi membuat Rinjani berkata begitu tenang. "Apa yang dilakukannya?""Hari Jum'at sore ada pengajian khusus ibu-ibu di rumah Bu Murti. Setelah pengajian selesai, Pak Reza minta waktu untuk bicara sebelum jamaah pengajian pulang. Pak Reza meluruskan apa yang jadi perbincangan ibu-ibu tentang aku dan dia. Dengan gamblang dia mengatakan bahwa di antara kami nggak ada hubungan apapun. Kalau aku sering ke
RINDU YANG TERLUKA- Terlambat Menyadari "Bangun, Pa. Salat subuh dulu." Bu Tiwi membangunkan sang suami dengan menyentuh lengannya. Wanita itu masih memakai mukena.Pak Farhan mengerjab. Netranya masih berat, karena baru tertidur sekitar dua jam-an saja. Semalaman banyak pikiran yang memenuhi kepala dan membuatnya susah terlelap.Bu Tiwi melepaskan mukena dan melipatnya karena sudah salat lebih dulu. Lantas membentang sajadah dan menyiapkan sarung untuk sang suami. Kamar mereka luas dan longgar. Terkadang para cucu berkumpul di sana dan bercanda dengan mereka.Noval. Bu Tiwi rindu sekali pada cucu lelakinya. Sebulan lebih saat Rinjani di tahanan, Noval bersamanya. Memandang Noval seolah kembali memeluk Daffa kecil. Ingin sekali bertemu. Hari ini Daffa pasti sangat bahagia berkumpul bersama istri dan anaknya.Rinjani tak ubah seperti dirinya yang memeluk luka dan berdamai dengan pengkhianatan yang teramat pedih. Kasta tertinggi rasa sakit dalam sebuah rumah tangga adalah mendua. Berk
Pak Farhan diam. Sang istri menceritakan tentang menantu perempuan mereka, tapi secara tidak langsung menunjukkan pada dirinya sebagai seorang suami, betapa sakitnya hati Bu Tiwi berpuluh tahun lalu. "Rin bisa hidup tanpa Daffa, tapi bagaimana dengan anak kita? Apa Daffa bisa tanpa Rin dan anaknya?" Bu Tiwi menarik napas dalam-dalam. Pak Farhan diam."Kalau rumah tangga Ika tidak mungkin diselamatkan karena terlalu fatal, jangan biarkan rumah tangga Daffa dan Rin hancur berantakan. Kesalahan Rin tidak merugikan perusahaan. Kesalahan Bobby tidak hanya membuat rugi perusahaan, tapi menghancurkan reputasi kita dihadapan keluarga besar papa."Pak Farhan kian beku. Serasa tertampar berulang kali. Dipikirnya sang istri sudah baik-baik saja setelah sekian lama permasalahan itu berlalu. Luka yang demikian membekas, pasti ada penyebabnya. Mungkinkah Bu Tiwi telah tahu semuanya?"Kubikinkan kopi, Pa." Bu Tiwi memindahkan tangan Pak Farhan dari bahunya. Lantas bangkit dan keluar kamar.Tinggal
Ika melempar tasnya ke sofa. Wajahnya penuh kemurkaan. Rasa sakitnya bertambah-tambah setelah menemui mertuanya siang itu. Tanggapan mereka diluar dugaan. Pak Farhan dan Bu Tiwi muncul dari dalam dan duduk di sofa depan putrinya."Nyesel aku menemui mereka, Pa." Ika bicara sebelum papanya bertanya."Mertuamu bilang apa?" tanya Pak Farhan."Mereka nggak mau tahu tentang tingkah Bobby. Aku disuruh menyelesaikan masalah ini sendiri. Mereka bilang nggak komunikasi sama sekali dengan Bobby. Bohong mereka. Nggak mungkin Bobby nggak menelepon mama atau adiknya. Mereka pasti menutupi keberadaan Bobby."Wajah Pak Farhan memerah. Sakit hati mendengar penjelasan putrinya. Sedangkan Bu Tiwi diam memandang si sulung yang tampak marah dan frustasi.Apa yang terjadi pada Ika sekarang, itulah yang mereka lakukan pada Rinjani ketika Daffa ketahuan selingkuh. Bu Tiwi sedih. Semua berbalik pada anaknya.Ika masih memiliki orang tua dan saudara yang lengkap. Sedangkan Rinjani tidak memiliki siapa-siapa
RINDU YANG TERLUKA - Maaf"Kita mau ke mana, Pa?" tanya Bu Tiwi setelah beberapa saat mobil meninggalkan rumah, dipandu oleh sopir mereka. Melaju di jalanan yang padat kendaraan. Hari Minggu atau hari biasa, Surabaya selalu seperti ini.Suami yang ditanya tersenyum sembari meraih jemarinya untuk di genggam. Kejutan seperti apapun tidak istimewa bagi Bu Tiwi. Jalan-jalan, perhiasan, atau bermalam di resort, sudah bisa ditebak. Setelah pengkhianatan itu, yang ada hanya meneruskan dan menjalani hidup serta beribadah. Semoga jika sewaktu-waktu kembali dalam keadaan tidak terlalu banyak dosa yang memberatkan timbangan.Mobil memasuki gerbang tol. Bu Tiwi sudah mengira kalau akan menempuh perjalanan ke Malang. Apa dirinya diajak mencari tahu keberadaan Bobby atau menyusul Daffa?Seperti biasa Tol Surabaya-Malang padat kendaraan. Hampir setiap hari ribuan kendaraan melalui jalur itu. Mulai dari truk besar pengangkut barang, juga para pengendara mobil pribadi dan wisatawan yang ingin menjela