Share

89. Dilema 2

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-23 15:16:05

Ini pertemuan bisnis dan kerjasama yang paling menyenangkan di antara pekerjaan Trecy sebelum ini. Bagaimana tidak beruntung, ketika perusahaannya memberikan kepercayaan untuk bekerjasama dengan eksekutif muda yang kiprahnya luar biasa dalam beberapa tahun ini. Anak pemilik perusahaan yang sangat potensial.

"Anak Pak Daffa umur berapa?" tanya Trecy kembali berbasa-basi. Terlalu sayang jika banyak diam dan waktu terbuang sia-sia.

"Empat tahun setengah."

"Wah, sedang lucu-lucunya itu."

Baru terlihat senyum Daffa merekah. Trecy senang melihatnya. Ternyata Daffa sangat merespon dengan topik pembicaraan yang disuguhkannya.

"Sekolah TK ya, Pak?"

"Iya."

"Di Malang?"

Daffa hanya menjawab dengan senyuman. Trecy tidak melanjutkan percakapan. Sepertinya dia terlalu jauh bicara. Pasti Daffa tidak suka.

"Maaf, Mbak Trecy. Saya harus kembali ke kantor," ujar Daffa sambil melihat jam tangannya.

"Iya, Pak. Terima kasih untuk traktirannya. Kita berjumpa lagi di agenda selanjutnya." Trecy menyalami Da
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lis Susanawati
kalang kabut
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
bingung kan Daffa.. ada kesempatan pindah ke Malang eh ternyata ada banyak tugas & masalah yg harus diselesaikan.. sedangkan duda sebelah makin meresahkan.. ngenesss Daffa..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rindu yang Terluka    90. Dilema 3

    Begitulah hidup. Ketika Daffa sudah merencanakan semuanya, hal tak terduga terjadi. Padahal sudah terbayang begitu indah, kembali tinggal serumah dengan istri dan anaknya. Merenda kembali asa yang nyaris kandas. Memulai hidup baru bersama keluarga kecilnya dan ingin sekali Rinjani menyetujui, bahwa ia ingin memiliki anak lagi. Pernikahan mereka akan semakin kokoh dengan kehadiran anggota keluarga baru.Apa tanggapan Rinjani jika ia menceritakan kalau Ika diselingkuhi? Daffa mengalihkan pandangan, saat pintu ruangan diketuk. "Masuk!""Pak Daffa, ditunggu di ruang Pak Farhan untuk meeting." Dinda memberitahu."Hari ini ada jadwal saya meeting?" Daffa menegakkan duduknya."Nggak ada, Pak. Tapi pak Farhan menyuruh saya memberitahu Pak Daffa untuk ke ruangan beliau sekarang.""Oke." Daffa bangkit dari kursinya. Pasti ini mengenai permasalahan kakak iparnya. Dengan langkah cepat, Daffa menuju ruangan sang papa. Saat masuk, di sana sudah ada pakdenya. Pak Ferhat. Juga beberapa orang keperc

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Rindu yang Terluka    91. Gentleman 1

    RINDU YANG TERLUKA - Gentleman Daffa tersenyum sendiri usai menelepon. Ingat ucapan Rinjani baru saja. Segitunya Rinjani bicara padanya. Jangan pulang, lagi haid. Kalimat yang secara tidak langsung menyentil jiwa kelelakiannya. Seolah hanya kontak fisik yang dibutuhkan seorang laki-laki ketika menemui istrinya.Tapi jujur, Rinjani benar. Daffa tidak memungkiri. Pertemuan setelah berjauhan bagi pasangan halal, mau apalagi kalau bukan melepas rindu dengan cara yang paling romantis dan int*mate. Manusiawi sekali bukan. Apalagi usia Daffa sekarang ini merupakan rentang usia antara 30-40 tahun terbilang berada di fase memiliki has*at tertinggi. Dan lelaki usia 35 tahun, memiliki daya tarik fisik mencapai puncaknya.Sudah lama tidak bertemu, pasti Daffa menginginkan hal itu. Jangankan LDM, yang setiap hari bertemu pun tidak bisa menahan diri, apalagi yang berjauhan. Tapi tak mengapa. Dia butuh Rin seutuhnya. Bukan disaat dia tidak haid saja.Semoga Rinjani bisa mengerti kalau Daffa belum

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Rindu yang Terluka    92. Gentleman 2

    "Terima kasih banyak, Dokter Rin bisa membuat mama saya mengerti sekarang. Mama ini termasuk susah dibilangi. Nggak bisa berkata tidak pada orang yang menawari makanan yang seharusnya dihindari ketika kumpul dengan sesama rekan pensiunan saat arisan. Atau ada acara di rumah saudara. Tapi alhamdulilah, sekarang mama mau mendengarkan Dokter Rin.""Menghadapi orang tua yang mengidap beberapa penyakit memang harus sabar, Pak Reza. Sebab dorongan untuk makan apa yang dilarang itu sangat kuat. Penderita diabetes, dia paling suka makanan manis. Kadang kalau nggak dituruti bisa marah bahkan mengamuk.""Dokter, benar.""Tapi saya salut pada, Pak Reza. Sebagai lelaki sangat sabar menghadapi Ibu."Reza tersenyum sambil membetulkan letak kacamatanya. "Saya nggak bisa membalas pengorbanan mama yang sudah membesarkan saya selama ini selain merawatnya dengan baik, Dok. Mama menjadi single parent semenjak saya kelas 6 SD. Dengan uang pensiunan dari papa dan hasil kebun, beliau membesarkan kami bertig

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Rindu yang Terluka    93. Gentleman 2

    Namun Daffa mendengarnya dengan hati kecewa. Tadinya khawatir kalau Rinjani bakalan menuduhnya tidak bisa menepati janji, tapi setelah mendengar kerelaan hati istrinya, ganti Daffa yang cemas. "Kamu nyaman di sini, apa karena ada Pak Reza?""Nggak ada sangkut pautnya dengan siapapun, Mas. Sudah pernah kubilang, aku nggak akan semurah itu. Pak Reza sangat menghargai dan menghormatiku sebagai tetangga dan perempuan yang telah bersuami. Mas, tahu apa yang dilakukan Pak Reza hari Jum'at kemarin?"Daffa kian lekat menatap istrinya. Dadanya penuh praduga. Memangnya apa yang dilakukan lelaki itu tapi membuat Rinjani berkata begitu tenang. "Apa yang dilakukannya?""Hari Jum'at sore ada pengajian khusus ibu-ibu di rumah Bu Murti. Setelah pengajian selesai, Pak Reza minta waktu untuk bicara sebelum jamaah pengajian pulang. Pak Reza meluruskan apa yang jadi perbincangan ibu-ibu tentang aku dan dia. Dengan gamblang dia mengatakan bahwa di antara kami nggak ada hubungan apapun. Kalau aku sering ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Rindu yang Terluka    94. Terlambat Menyadari 1

    RINDU YANG TERLUKA- Terlambat Menyadari "Bangun, Pa. Salat subuh dulu." Bu Tiwi membangunkan sang suami dengan menyentuh lengannya. Wanita itu masih memakai mukena.Pak Farhan mengerjab. Netranya masih berat, karena baru tertidur sekitar dua jam-an saja. Semalaman banyak pikiran yang memenuhi kepala dan membuatnya susah terlelap.Bu Tiwi melepaskan mukena dan melipatnya karena sudah salat lebih dulu. Lantas membentang sajadah dan menyiapkan sarung untuk sang suami. Kamar mereka luas dan longgar. Terkadang para cucu berkumpul di sana dan bercanda dengan mereka.Noval. Bu Tiwi rindu sekali pada cucu lelakinya. Sebulan lebih saat Rinjani di tahanan, Noval bersamanya. Memandang Noval seolah kembali memeluk Daffa kecil. Ingin sekali bertemu. Hari ini Daffa pasti sangat bahagia berkumpul bersama istri dan anaknya.Rinjani tak ubah seperti dirinya yang memeluk luka dan berdamai dengan pengkhianatan yang teramat pedih. Kasta tertinggi rasa sakit dalam sebuah rumah tangga adalah mendua. Berk

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Rindu yang Terluka    95. Terlambat Menyadari 2

    Pak Farhan diam. Sang istri menceritakan tentang menantu perempuan mereka, tapi secara tidak langsung menunjukkan pada dirinya sebagai seorang suami, betapa sakitnya hati Bu Tiwi berpuluh tahun lalu. "Rin bisa hidup tanpa Daffa, tapi bagaimana dengan anak kita? Apa Daffa bisa tanpa Rin dan anaknya?" Bu Tiwi menarik napas dalam-dalam. Pak Farhan diam."Kalau rumah tangga Ika tidak mungkin diselamatkan karena terlalu fatal, jangan biarkan rumah tangga Daffa dan Rin hancur berantakan. Kesalahan Rin tidak merugikan perusahaan. Kesalahan Bobby tidak hanya membuat rugi perusahaan, tapi menghancurkan reputasi kita dihadapan keluarga besar papa."Pak Farhan kian beku. Serasa tertampar berulang kali. Dipikirnya sang istri sudah baik-baik saja setelah sekian lama permasalahan itu berlalu. Luka yang demikian membekas, pasti ada penyebabnya. Mungkinkah Bu Tiwi telah tahu semuanya?"Kubikinkan kopi, Pa." Bu Tiwi memindahkan tangan Pak Farhan dari bahunya. Lantas bangkit dan keluar kamar.Tinggal

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Rindu yang Terluka    96. Terlambat Menyadari 3

    Ika melempar tasnya ke sofa. Wajahnya penuh kemurkaan. Rasa sakitnya bertambah-tambah setelah menemui mertuanya siang itu. Tanggapan mereka diluar dugaan. Pak Farhan dan Bu Tiwi muncul dari dalam dan duduk di sofa depan putrinya."Nyesel aku menemui mereka, Pa." Ika bicara sebelum papanya bertanya."Mertuamu bilang apa?" tanya Pak Farhan."Mereka nggak mau tahu tentang tingkah Bobby. Aku disuruh menyelesaikan masalah ini sendiri. Mereka bilang nggak komunikasi sama sekali dengan Bobby. Bohong mereka. Nggak mungkin Bobby nggak menelepon mama atau adiknya. Mereka pasti menutupi keberadaan Bobby."Wajah Pak Farhan memerah. Sakit hati mendengar penjelasan putrinya. Sedangkan Bu Tiwi diam memandang si sulung yang tampak marah dan frustasi.Apa yang terjadi pada Ika sekarang, itulah yang mereka lakukan pada Rinjani ketika Daffa ketahuan selingkuh. Bu Tiwi sedih. Semua berbalik pada anaknya.Ika masih memiliki orang tua dan saudara yang lengkap. Sedangkan Rinjani tidak memiliki siapa-siapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Rindu yang Terluka    97. Maaf 1

    RINDU YANG TERLUKA - Maaf"Kita mau ke mana, Pa?" tanya Bu Tiwi setelah beberapa saat mobil meninggalkan rumah, dipandu oleh sopir mereka. Melaju di jalanan yang padat kendaraan. Hari Minggu atau hari biasa, Surabaya selalu seperti ini.Suami yang ditanya tersenyum sembari meraih jemarinya untuk di genggam. Kejutan seperti apapun tidak istimewa bagi Bu Tiwi. Jalan-jalan, perhiasan, atau bermalam di resort, sudah bisa ditebak. Setelah pengkhianatan itu, yang ada hanya meneruskan dan menjalani hidup serta beribadah. Semoga jika sewaktu-waktu kembali dalam keadaan tidak terlalu banyak dosa yang memberatkan timbangan.Mobil memasuki gerbang tol. Bu Tiwi sudah mengira kalau akan menempuh perjalanan ke Malang. Apa dirinya diajak mencari tahu keberadaan Bobby atau menyusul Daffa?Seperti biasa Tol Surabaya-Malang padat kendaraan. Hampir setiap hari ribuan kendaraan melalui jalur itu. Mulai dari truk besar pengangkut barang, juga para pengendara mobil pribadi dan wisatawan yang ingin menjela

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26

Bab terbaru

  • Rindu yang Terluka    174. Sehari di Surabaya 3

    Rasa bahagia sekaligus haru menyelimuti ruang perawatan mamanya Bobby. Pria dengan seragam lapas itu memeluk erat dua putrinya. Air mata tumpah tak terkira. Karena isaknya, sampai menyulitkan untuk bicara.Sang mama yang tergolek di atas brankar tak bisa bergerak selain menangis. Adik Bobby sibuk menghapus air matanya sendiri. Begitu juga dengan Ika. Tidak menyangka jika jalan kehidupan putri-putrinya seperti ini. Reza merangkul sambil mengusap-usap lengan istrinya untuk menenangkan. Ika bukan menangisi Bobby, tapi menangis untuk kedua anaknya.Sedangkan Nasya yang tidak seberapa mengerti, duduk diam di sebelah papanya."Terima kasih banyak, Pak Reza. Sudah menjaga dan membimbing anak-anak saya. Terima kasih. Saya titip mereka." Bobby yang sudah mulai tenang, bicara pada Reza."Jangan khawatir, Pak Bobby. Saya akan menyayangi dan menjaga mereka dengan baik," jawab Reza dengan penuturan sopan dan ramah. Bobby ganti memandang mantan istrinya. "Maafkan kesalahanku. Maafkan keluargaku j

  • Rindu yang Terluka    173. Sehari di Surabaya 2

    Ika menghela nafas panjang. Pantaslah suara mantan adik iparnya terdengar cemas. Perempuan yang beberapa bulan lalu sempat mencak-mencak dan marah karena sang kakak mendapatkan hukuman lumayan lama, kini melunak. Mungkin sekarang benar-benar merasakan bagaimana kehilangan support dan ATM berjalannya.Selama ini Bobby dan Ika yang mensupport pengobatan wanita itu. Makanya kesehatannya terjaga. Namun mulai drop setelah Bobby masuk penjara dan tidak ada dukungan finansial lagi.Sudah hidup enak karena Ika tidak sayang uang buat mereka, tapi mereka diam-diam malah memberikan dukungan pada Bobby bermain serong. Apa mereka pikir, hidupnya akan jauh lebih baik lagi? Orang tamak akan terperosok pada ketamakannya sendiri."Bagaimana, Ma?" Reza menyentuh pundak sang istri yang masih berdiri di teras rumah.Ika mengajak suaminya duduk. Kemudian menceritakan tentang percakapannya dengan mantan ipar."Sebenarnya ini solusi, Ma. Kalau pihak keluarga Bobby mau mengajukan permohonan supaya Bobby diiz

  • Rindu yang Terluka    172. Sehari di Surabaya 1

    RINDU YANG TERLUKA- Sehari di Surabaya "Ma, papa nggak ngelarang kamu membawa anak-anak menjenguk papanya. Apapun yang terjadi, nggak ada yang bisa memisahkan darah yang mengalir sama di tubuh mereka. Tapi papa ngasih saran, bisakah diusahakan bertemu selain di penjara?"Malam itu Ika memberitahu sang suami perihal pesan yang dikirim mantan adik iparnya. Tentu Ika harus mendiskusikan bersama Reza untuk mengambil keputusan. "Pikirkan psikologis anak-anak. Selama ini mereka hanya mendengar papanya di penjara dari cerita. Tidak menyaksikan secara langsung. Kalau mereka melihat sendiri, pasti akan menjadi beban mental dan mengusik ketenangan jiwa anak-anak. Terutama Zahra yang sudah besar."Ika mengangguk. Benar yang dikatakan sang suami. Karena dia pun memikirkan hal yang sama."Bobby baru setahun menjalani hukumannya, Pa. Mana mungkin diizinkan keluar sebentar dengan alasan tertentu.""Ada beberapa alasan yang bisa membuat pihak berwenang memberi izin untuk Bobby keluar dalam beberap

  • Rindu yang Terluka    171. Biarlah Berlalu 3

    "Sudah. Tadi malam Iren ngasih tahu kalau Mas Yansa diopname. Livernya kambuh lagi. Kamu mau nyambangi?""Kayaknya nggak, Mbak. Rin juga lagi sakit.""Sakit apa?""Masuk angin.""Jangan-jangan istrimu hamil lagi?""Nggak. Hanya masuk angin. Beberapa hari ini memang sibuk di klinik sampai malam karena rekannya ada yang cuti. Minggu kemarin, tiga hari Rin juga bolak-balik ke Batu untuk seminar.""Nanti mbak ke rumahmu.""Oke. Kalau gitu aku berangkat dulu, Mbak.""Kamu nyetir sendiri?""Iya. Ibnu sudah berangkat pagi tadi ngantar proposal ke Surabaya."Daffa bangkit dari duduknya. Menyapa sebentar pada Bu Murti yang sedang memetik sayuran di halaman samping, lantas masuk mobil dan pergi.Ika masuk ke dalam rumah dan langsung ke dapur. Sebelum mulai sibuk dengan pekerjaannya, dia selalu menyempatkan untuk membantu memasak. Sambil memotong sayuran, ia teringat dengan sepupunya. Mereka pernah membesar bersama di dalam keluarga besar Joyo Winoto. Itu nama kakek mereka. Disaat masih sekola

  • Rindu yang Terluka    170. Biarlah Berlalu 2

    "Noval sudah berani tidur sendiri di kamarnya, Mas. Asal sebelum tidur ditemani dulu. Kalau Rachel biar tidur di kamar kita untuk sementara. Setelah dia bisa jalan biar ditemani oleh Mak Sum di kamarnya. Gimana?""Oke," jawab Daffa seraya merapatkan pelukannya. Mereka berdua sedang duduk menyaksikan hujan di luar dari balik jendela kaca."Terima kasih untuk hadiahnya, Mas. Tadi pagi kita buru-buru sampai aku nggak sempat bilang terima kasih." Rinjani berkata sambil menyentuh kalung di lehernya."Apa yang mas berikan tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang kamu berikan dalam hidup mas, Rin. Kamu menyempurnakan hidup lelaki yang tidak sempurna ini. "Kamu memberikan gelar lelaki br*ngsek ini sebagai seorang ayah. Memberikan kesempatan disaat kesalahan mas teramat fatal. Maaf, untuk semua kesalahan kemarin. Mas bangga memilikimu.""Nggak usah diingat lagi. Kita sudah melangkah sejauh ini. Yang lalu biarlah berlalu. Kita berjuang untuk masa depan keluarga kecil kita. Tapi sekali lagi

  • Rindu yang Terluka    169. Biarlah Berlalu 1

    RINDU YANG TERLUKA - Biarlah Berlalu Kejutan macam apa ini. Daffa malah sukses membuat Rinjani kelabakan dan tergesa-gesa ke klinik dengan rambut yang belum kering. Dan jadi pusat perhatian, karena belum pernah ia datang ke klinik dengan rambut seperti ini.Mau marah, tapi ini hari ulang tahunnya. Mau marah, tapi Daffa seromantis itu. Ah, sejak dulu sebenarnya Daffa memang sangat romantis meski kemauannya tidak bisa dibantah. Bahkan di tengah perselingkuhannya, Daffa tetap romantis plus egois.Rinjani menghela nafas lalu duduk di kursinya. Meraba kalung berlian di balik kerah bajunya. Daffa yang memakaikannya sesaat sebelum pria itu membawanya terbang ke nirwana."Ini harus dipakai. Nggak mengganggu aktivitasmu, kan?"Sekarang hadiah istimewa itu melingkar dan di sembunyikan di balik kerah baju. Rinjani selalu memakai baju dengan kerah yang menutupi leher jenjangnya."Nanti malam kita dinner dan nginap di Batu," kata Daffa sebelum Rinjani turun dari mobil saat di antar tadi. Jarak

  • Rindu yang Terluka    168. Romantis 3

    Netra Bu Murti berkaca-kaca saat diberitahu kalau Ika sedang hamil. Bibirnya yang bergetar mengucap syukur berulang kali. Reza, Ika, dan anak-anak sampai di Pujon sudah jam sembilan malam. Reza langsung ke kamar sang mama untuk membagikan kabar gembira."Jaga Ika baik-baik. Jangan biarkan dia melakukan pekerjaan rumah. Biar anak-anak di urus ART. Kamu juga harus tirakat."Kata terakhir yang diucapkan Bu Murti, bagi Reza tidak menjadi masalah. Dia sudah terbiasa mengatasi kesendiriannya hampir lima tahun setelah mamanya Nasya meninggal. "Ika akan bekerja dari rumah, Ma. Jadi dia nggak akan ngantor lagi.""Syukurlah. Segera ajak Ika periksa ke dokter.""Besok kami pergi periksa. Jadwalku ke kampus kebetulan siang.""Ya sudah. Kamu istirahat sana."Reza mengusap punggung mamanya. Kemudian beranjak meninggalkan kamar itu.***L***Satu bulan kemudian ...."Tri, tinggalin aja. Kamu ke depan sana. Kamu ini pengantin baru, nggak usah ikutan beres-beres," tegur Mak Sum menghampiri Lastri yan

  • Rindu yang Terluka    167. Romantis 2

    Usai makan siang, Daffa mengajak istri dan anaknya pulang ke Malang. Sedangkan Ika dan Reza memutuskan pulang sorenya. Sebab Reza masih ada acara ketemuan dengan temannya di Surabaya.Daffa singgah di Batu. Bertemu Bre di sebuah kafe. Kehadiran Noval agak mengobati kerinduannya pada Alvian. Sudah lama dia tidak bertemu dengan anak Alan dan Livia itu.Bre juga mengendong baby Rachel."Nggak pengen kamu punya boneka hidup seperti ini?" tanya Daffa menghampiri Bre yang membopong Rachel di balkon kafe.Bre tersenyum. "Aku sudah cukup bahagia melihat kamu bisa kembali bersama dengan Rin. Memiliki anak-anak yang tampan dan cantik. Aku juga bahagia melihat Livia bahagia. Biar aku menjalani hidup yang aku pilih.""Sebeku itu hatimu?"Bre diam. Daffa juga diam. Mereka memperhatikan pemandangan di kejauhan yang mulai berselimut kabut. Entah sudah berapa kali Daffa memberikan semangat pada sahabatnya, tapi tampaknya sia-sia. Bre keukeh dengan keputusannya."Mbak Ika juga lagi hamil." "Oh ya?""

  • Rindu yang Terluka    166. Romantis 1

    RINDU YANG TERLUKA - Romantis "Tekanan darah Mbak Ika menurun, detak jantung meningkat. Ini salah satu tanda stres. Tapi aku yakin Mbak Ika nggak sedang dalam tekanan. Mbak dan Pak Reza sangat bahagia. Kata Mas Daffa pekerjaan juga baik-baik saja. Jadi aku yakin kalau Mbak Ika pasti sedang hamil ini," kata Rinjani setelah melakukan pemeriksaan pada kakak iparnya. Meski sebagai dokter umum, Rinjani memiliki kompetensi ANC (Antenatal Care). Pemeriksaan kehamilan secara umum.Ika bangun dari pembaringan. "Mbak emang udah telat datang bulan, Rin. Sudah sepuluh hari ini.""Kenapa Mbak nggak melakukan testpack?""Nggak, karena mbak takut kecewa lagi. Bulan-bulan kemarin kalau telat haid Mbak langsung test tapi hasilnya negatif. Makanya kali ini Mbak biarin.""Coba cek, Mbak. Aku yakin Mbak Ika lagi hamil ini.""Nanti Mbak beli testpack. Yuk, kita keluar."Ika dan Rinjani melangkah keluar kamar. Di depan pintu sudah ada Reza yang menunggu. Dia tadi khawatir kenapa istri dan iparnya masuk k

DMCA.com Protection Status