Share

55. Harapan 1

last update Last Updated: 2024-07-14 19:20:42

RINDU YANG TERLUKA

- Harapan

"Selamat pagi, Pak." Seorang suster menyapanya ramah. Di tangannya ada kotak kecil berisi obat.

"Pagi juga, Sus."

"Sendirian, Pak?"

"Papa dan ipar saya baru saja pulang," jawab Daffa.

Perawat memeriksa infus. Kemudian memberikan obat yang harus di minum pagi itu.

"Suster, bisa saya pinjam ponselnya sebentar. Untuk menelepon istri saya." Daffa bicara ketika perawat hendak keluar ruangan.

Gadis itu tampak ragu. Daffa sendirian, kenapa tidak membawa handphone. Ruang perawatannya saja VVIP. Tapi ponsel tidak ada, juga tidak ditemani satu pun kerabat. Tega benar istrinya tidak menunggui.

"Kalau Suster keberatan, nggak apa-apa," ujar Daffa akhirnya.

"Ti-tidak keberatan, Pak. Ini ...." Perawat mengambil ponsel yang ada di saku bajunya dan memberikan pada Daffa.

"Makasih, Sus."

Daffa segera mengetik nomer sang istri dan menelponnya. Beberapa kali menelepon, tapi panggilannya tidak dijawab. Kembali mencoba dan mencoba lagi tetap nihil. Daffa memandang perawat ya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
andai kamu tahu Daf klo Rin malah mencemaskan mu.. tapi sayang diusir sama bapak sama kakakmu... mungkin kamu bakal marah sama mereka..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rindu yang Terluka    56. Harapan 2

    Di antara mereka semua, sebenarnya sang mama bisa diharapkan untuk membantunya menghubungi Rinjani. Namun tidak mungkin Daffa akan bicara di depan papa dan kakaknya. Mereka berbincang, setengah jam kemudian Pak Fahmi dan istrinya datang. Fahmi ini kakak sulungnya Pak Farhan. Mereka empat bersaudara, laki-laki semua. Pak Farhan anak nomer tiga. Keempatnya memiliki posisi yang penting di Jaya Gemilang. Anak-anak mereka juga memiliki peran di perusahaan.Percakapan di kamar perawatan tidak jauh dari bisnis. Daffa enggan nimbrung. Merasakan sakit dan kepikiran tentang Rinjani dan Noval saja sudah tidak bisa menangkap apa yang sedang dibahas. Sesekali Daffa melirik pada iparnya yang terlihat begitu mendominasi percakapan.Sepertinya sang mama sudah didoktrin oleh papanya agar tidak menyinggung nama Rinjani dalam pertemuan itu. Dirinya yang salah, tapi Rinjani yang menerima hukumannya.Jam sepuluh pagi dokter ortopedi visit. Lelaki dengan rambut nyaris semuanya berwarna perak itu sangat r

    Last Updated : 2024-07-14
  • Rindu yang Terluka    57. Harapan 3

    Rinjani memperhatikan sederetan angka di log panggilannya. Nomor asing yang tidak tahu itu siapa karena foto profilnya tidak muncul. Apa Abila yang menerornya? Tidak mungkin gadis itu tidak tahu kalau Daffa mengalami musibah.Nomer Daffa tidak bisa dihubungi lagi. Jelas saja nomernya di blokir. Bukan oleh Daffa, pasti oleh keluarganya. Rinjani dapat kabar dari Pak Haslam kalau Daffa masih di rumah sakit. Membuat Rinjani khawatir, apa separah itu luka suaminya.Pesan yang dikirim Rinjani pada Dinda juga tertolak. Asisten Daffa sudah memblokir nomernya. Mungkin atas permintaan Pak Farhan. Rinjani juga tidak bisa menghubungi nomer mertuanya. Miris. Wanita itu tersenyum getir dengan netra berkaca-kaca. Ia tidak akan mengemis bertanya pada orang-orang yang berada di bawah kekuasaan sang mertua. Jika Daffa sembuh, Daffa masih mengingatnya dan Noval, lelaki itu pasti akan menemui mereka. Untuk kembali memperjuangkan hubungan atau untuk menyelesaikan. Tak mengapa. Ia akan terima. Mungkin Da

    Last Updated : 2024-07-14
  • Rindu yang Terluka    58. Rindu 1

    RINDU YANG TERLUKA - Rindu"Kamu pulang ke rumah papa saja. Di rumahmu nggak ada yang ngerawatmu nanti." Pak Farhan bicara sambil memapah sang anak ke mobil."Ada Mak Sum, Pa.""Memangnya Mak Sum bisa menopang tubuhmu jika kamu perlukan. Bisa bantuin kamu ke kamar mandi juga? Kalau di rumah papa kan ada Pak Wono."Mau tak mau akhirnya Daffa ikut pulang ke rumah orang tuanya. Ketika sampai di sambut hangat dan haru oleh sang mama. "Papa akan siapkan pengacara untuk mengurusi perceraian kamu," ujar Pak Farhan di ruang tamu."Papa, nggak bisa memutuskan hal ini untukku. Aku nggak akan bercerai.""Istrimu itu sudah nggak mau sama kamu. Nggak maafin kamu. Untuk apa kamu mengejar-ngejarnya, merendahkan harga dirimu saja." "Aku yang salah, Pa.""Kamu sudah bela-belain ke Jogja dan melakukan apapun untuk meluluhkan hatinya, tapi apa dia bisa menghargai itu? Dia tetap nggak mempercayaimu." Pak Farhan langsung bangkit dan masuk kamar. Setelah itu keluar dan pamitan untuk berangkat ke kantor.

    Last Updated : 2024-07-15
  • Rindu yang Terluka    59. Rindu 2

    Dinda membuka map. Gadis itu memperhatikan sekeliling. Setelah dirasa tidak ada siapa-siapa, dia kembali bicara. "Saya ingin ngasih tahu Pak Daffa, apa di ruangan ini ada CCTV, Pak?" Dinda bicara lirih sekali."Nggak ada. Di teras dan di halaman yang ada. Apa ada yang ingin kamu sampaikan?" Daffa bertanya sambil membaca berkas di tangannya."Iya, Pak. Saya mau ngasih tahu lewat telepon juga nggak bisa. Pak Daffa, kan nggak pegang ponsel.""Katakan saja, ada apa?""Pak Bobby kemarin menemui saya lagi, menanyakan proyek yang sedang Pak Daffa tangani. Hanya saja saya tidak ngasih tahu berapa persen yang sudah kita persiapkan." Dinda bicara sangat lirih, takut ada yang mendengarnya.Daffa memperhatikan serius asisten di depannya. Dinda sudah memberitahukan hal ini waktu membesuknya di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Tentang Bobby yang mulai sibuk mencari tahu tentang pekerjaannya. Padahal dia sendiri sudah memegang projek yang lain.Bobby ini suami dari Ika."Jangan informasikan apap

    Last Updated : 2024-07-15
  • Rindu yang Terluka    60. Rindu 3

    "Nggak apa-apa, Sin. Yang penting sudah sehat dan kembali pulang ke rumah." Perih rasa hati Rinjani. Apa Daffa sengaja tidak ingin menghubunginya? Sementara Rinjani mau telepon pun tidak bisa karena nomernya sudah di blokir."Kamu ingin ke Surabaya? Nanti biar kujemput dan kutemani jenguk dia.""Nggak usah, Sin. Aku nggak mungkin bisa ngambil cuti lagi. Aku juga khawatir kalau Noval tidak mau kuajak kembali ke Malang setelah bertemu dengan papa dan keluarga besar di sana. Noval udah mulai tenang daripada kemarin.""Yang sabar ya, Rin. Aku nggak nyangka permasalahanmu masih serumit ini.""Aku sekarang mau fokus sama Noval dan pekerjaanku. Cukup kudoakan saja semoga Mas Daffa lekas pulih.""Kamu tetap berencana ingin bercerai?"Rinjani diam. Menatap gerimis lembut yang mulai turun dari balik jendela kaca. Ketika dia mulai bisa menyelami dan berdamai pada diri sendiri, tapi sekarang dihadapkan pada situasi yang rumit dari keluarga Daffa."Entahlah, Sin. Kalau Mas Daffa pada akhirnya mema

    Last Updated : 2024-07-15
  • Rindu yang Terluka    61. Backstreet 1

    RINDU YANG TERLUKA- Backstreet "Kamu ngobrol sama siapa?" tanya Bu Tiwi yang masuk membawakan roti bakar dengan selai kacang. Diletakkannya piring di atas meja."Ngomong sendiri, Ma," jawab Daffa sekenanya. Perasaan tadi dia bicara sudah sangat lirih. Tapi mamanya tetap saja mendengar.Wanita yang masih ayu itu menepuk bahu putranya. "Ada-ada saja kamu. Masa iya ngomong sendiri. Makan rotinya. Mama yang bikin sendiri selai kacangnya kemarin."Walaupun Daffa lebih percaya ke sang mama daripada ke keluarga yang lain, tapi ia tidak memberitahu kalau sudah menghubungi Rinjani. Sekarang lebih baik berhati-hati bicara tentang Rinjani pada siapapun."Mama dengar pembicaraanmu dengan Dinda kemarin, ternyata gadis itu masih berusaha mencarimu." Bu Tiwi makan roti sambil ngobrol dengan putranya."Jauhi dia. Mama nggak mau denger lagi tentang petualanganmu.""Udah lama aku berusaha jauhin dia, Ma. Bahkan sebelum Rin mengetahui. Hanya saja Abila yang tidak terima dan terus mengancam.""Heran ma

    Last Updated : 2024-07-16
  • Rindu yang Terluka    62. Backstreet 2

    [Mas, bagaimana keadaanmu?][Kamu dirawat di rumah sakit mana?][Aku membesukmu di rumah sakit, tapi katanya kamu sudah pulang, Mas.][Aku ke rumahmu, tapi kata ART Mas pulang ke rumah papamu.]Dan masih banyak pesan-pesan yang diabaikan dan tidak dibaca oleh Daffa. Ia pun belum memblokir nomer gadis itu. Nanti setelah ia bicara dengan Rinjani dan bisa meyakinkan sang istri, nomer Abila akan diblokirnya. Setidaknya kalau gadis itu terus meneror, Rinjani sudah bisa mempercayainya lagi.[Pak Daffa, saya turut prihatin atas accident yang menimpa, Bapak. Semoga lekas pulih ya, Pak. Nggak enak banget kerja tanpa ada bos yang mendampingi.] Ini pesan dari Trecy.[Saya mau besuk, Pak Daffa. Tapi katanya Pak Daffa sudah pulang. Share lok rumah, Pak. Saya ingin berkunjung dengan team setelah pulang kerja nanti.] Pesan ini dikirim baru kemarin sore.Daffa membiarkan pesan dari dua perempuan itu. Ia membaca pesan-pesan lain dari beberapa rekan kerja dan teman yang mengucapkan prihatin dan mendoak

    Last Updated : 2024-07-16
  • Rindu yang Terluka    63. Backstreet 3

    "Nomer dokter Rin saya blokir atas permintaan Pak Farhan, Pak. Maaf, saya tidak bisa membantah. Sebenarnya kalau saya membuka blokirannya juga bisa. Tapi saya takut.""Oke, nggak apa-apa." Daffa melihat ponsel satunya berpendar. Ada balasan masuk dari Rinjani."Udah dulu, Din. Ada apapun segera kabari saya.""Ya, Pak. Selamat malam, Pak Daffa."Daffa menyudahi panggilan. Diraihnya ponsel di atas bantal.[Maaf, baru balas, Mas. Aku lagi nganterin Lastri ke klinik untuk cek darah. Aku khawatir dia kena typus karena panasnya naik turun. Malam ini Lastri aku suruh opname di rumah sakit biar lekas sembuh.][Noval gimana?][Aku titipin di rumah Pak Reza. Nggak mungkin aku ajak dia ke klinik.][Jadi ngrepotin mereka.] Balas Daffa. Padahal untuk menyamarkan rasa cemburunya. Rinjani jadi banyak minta tolong sama duda sebelah rumah. Perasaannya tambah perih. Sedekat apa mereka ini?[Hanya mereka yang bisa bantu dan kupercaya, Mas. Terus aku harus minta tolong siapa lagi di sini. Kalau pun ada

    Last Updated : 2024-07-16

Latest chapter

  • Rindu yang Terluka    174. Sehari di Surabaya 3

    Rasa bahagia sekaligus haru menyelimuti ruang perawatan mamanya Bobby. Pria dengan seragam lapas itu memeluk erat dua putrinya. Air mata tumpah tak terkira. Karena isaknya, sampai menyulitkan untuk bicara.Sang mama yang tergolek di atas brankar tak bisa bergerak selain menangis. Adik Bobby sibuk menghapus air matanya sendiri. Begitu juga dengan Ika. Tidak menyangka jika jalan kehidupan putri-putrinya seperti ini. Reza merangkul sambil mengusap-usap lengan istrinya untuk menenangkan. Ika bukan menangisi Bobby, tapi menangis untuk kedua anaknya.Sedangkan Nasya yang tidak seberapa mengerti, duduk diam di sebelah papanya."Terima kasih banyak, Pak Reza. Sudah menjaga dan membimbing anak-anak saya. Terima kasih. Saya titip mereka." Bobby yang sudah mulai tenang, bicara pada Reza."Jangan khawatir, Pak Bobby. Saya akan menyayangi dan menjaga mereka dengan baik," jawab Reza dengan penuturan sopan dan ramah. Bobby ganti memandang mantan istrinya. "Maafkan kesalahanku. Maafkan keluargaku j

  • Rindu yang Terluka    173. Sehari di Surabaya 2

    Ika menghela nafas panjang. Pantaslah suara mantan adik iparnya terdengar cemas. Perempuan yang beberapa bulan lalu sempat mencak-mencak dan marah karena sang kakak mendapatkan hukuman lumayan lama, kini melunak. Mungkin sekarang benar-benar merasakan bagaimana kehilangan support dan ATM berjalannya.Selama ini Bobby dan Ika yang mensupport pengobatan wanita itu. Makanya kesehatannya terjaga. Namun mulai drop setelah Bobby masuk penjara dan tidak ada dukungan finansial lagi.Sudah hidup enak karena Ika tidak sayang uang buat mereka, tapi mereka diam-diam malah memberikan dukungan pada Bobby bermain serong. Apa mereka pikir, hidupnya akan jauh lebih baik lagi? Orang tamak akan terperosok pada ketamakannya sendiri."Bagaimana, Ma?" Reza menyentuh pundak sang istri yang masih berdiri di teras rumah.Ika mengajak suaminya duduk. Kemudian menceritakan tentang percakapannya dengan mantan ipar."Sebenarnya ini solusi, Ma. Kalau pihak keluarga Bobby mau mengajukan permohonan supaya Bobby diiz

  • Rindu yang Terluka    172. Sehari di Surabaya 1

    RINDU YANG TERLUKA- Sehari di Surabaya "Ma, papa nggak ngelarang kamu membawa anak-anak menjenguk papanya. Apapun yang terjadi, nggak ada yang bisa memisahkan darah yang mengalir sama di tubuh mereka. Tapi papa ngasih saran, bisakah diusahakan bertemu selain di penjara?"Malam itu Ika memberitahu sang suami perihal pesan yang dikirim mantan adik iparnya. Tentu Ika harus mendiskusikan bersama Reza untuk mengambil keputusan. "Pikirkan psikologis anak-anak. Selama ini mereka hanya mendengar papanya di penjara dari cerita. Tidak menyaksikan secara langsung. Kalau mereka melihat sendiri, pasti akan menjadi beban mental dan mengusik ketenangan jiwa anak-anak. Terutama Zahra yang sudah besar."Ika mengangguk. Benar yang dikatakan sang suami. Karena dia pun memikirkan hal yang sama."Bobby baru setahun menjalani hukumannya, Pa. Mana mungkin diizinkan keluar sebentar dengan alasan tertentu.""Ada beberapa alasan yang bisa membuat pihak berwenang memberi izin untuk Bobby keluar dalam beberap

  • Rindu yang Terluka    171. Biarlah Berlalu 3

    "Sudah. Tadi malam Iren ngasih tahu kalau Mas Yansa diopname. Livernya kambuh lagi. Kamu mau nyambangi?""Kayaknya nggak, Mbak. Rin juga lagi sakit.""Sakit apa?""Masuk angin.""Jangan-jangan istrimu hamil lagi?""Nggak. Hanya masuk angin. Beberapa hari ini memang sibuk di klinik sampai malam karena rekannya ada yang cuti. Minggu kemarin, tiga hari Rin juga bolak-balik ke Batu untuk seminar.""Nanti mbak ke rumahmu.""Oke. Kalau gitu aku berangkat dulu, Mbak.""Kamu nyetir sendiri?""Iya. Ibnu sudah berangkat pagi tadi ngantar proposal ke Surabaya."Daffa bangkit dari duduknya. Menyapa sebentar pada Bu Murti yang sedang memetik sayuran di halaman samping, lantas masuk mobil dan pergi.Ika masuk ke dalam rumah dan langsung ke dapur. Sebelum mulai sibuk dengan pekerjaannya, dia selalu menyempatkan untuk membantu memasak. Sambil memotong sayuran, ia teringat dengan sepupunya. Mereka pernah membesar bersama di dalam keluarga besar Joyo Winoto. Itu nama kakek mereka. Disaat masih sekola

  • Rindu yang Terluka    170. Biarlah Berlalu 2

    "Noval sudah berani tidur sendiri di kamarnya, Mas. Asal sebelum tidur ditemani dulu. Kalau Rachel biar tidur di kamar kita untuk sementara. Setelah dia bisa jalan biar ditemani oleh Mak Sum di kamarnya. Gimana?""Oke," jawab Daffa seraya merapatkan pelukannya. Mereka berdua sedang duduk menyaksikan hujan di luar dari balik jendela kaca."Terima kasih untuk hadiahnya, Mas. Tadi pagi kita buru-buru sampai aku nggak sempat bilang terima kasih." Rinjani berkata sambil menyentuh kalung di lehernya."Apa yang mas berikan tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang kamu berikan dalam hidup mas, Rin. Kamu menyempurnakan hidup lelaki yang tidak sempurna ini. "Kamu memberikan gelar lelaki br*ngsek ini sebagai seorang ayah. Memberikan kesempatan disaat kesalahan mas teramat fatal. Maaf, untuk semua kesalahan kemarin. Mas bangga memilikimu.""Nggak usah diingat lagi. Kita sudah melangkah sejauh ini. Yang lalu biarlah berlalu. Kita berjuang untuk masa depan keluarga kecil kita. Tapi sekali lagi

  • Rindu yang Terluka    169. Biarlah Berlalu 1

    RINDU YANG TERLUKA - Biarlah Berlalu Kejutan macam apa ini. Daffa malah sukses membuat Rinjani kelabakan dan tergesa-gesa ke klinik dengan rambut yang belum kering. Dan jadi pusat perhatian, karena belum pernah ia datang ke klinik dengan rambut seperti ini.Mau marah, tapi ini hari ulang tahunnya. Mau marah, tapi Daffa seromantis itu. Ah, sejak dulu sebenarnya Daffa memang sangat romantis meski kemauannya tidak bisa dibantah. Bahkan di tengah perselingkuhannya, Daffa tetap romantis plus egois.Rinjani menghela nafas lalu duduk di kursinya. Meraba kalung berlian di balik kerah bajunya. Daffa yang memakaikannya sesaat sebelum pria itu membawanya terbang ke nirwana."Ini harus dipakai. Nggak mengganggu aktivitasmu, kan?"Sekarang hadiah istimewa itu melingkar dan di sembunyikan di balik kerah baju. Rinjani selalu memakai baju dengan kerah yang menutupi leher jenjangnya."Nanti malam kita dinner dan nginap di Batu," kata Daffa sebelum Rinjani turun dari mobil saat di antar tadi. Jarak

  • Rindu yang Terluka    168. Romantis 3

    Netra Bu Murti berkaca-kaca saat diberitahu kalau Ika sedang hamil. Bibirnya yang bergetar mengucap syukur berulang kali. Reza, Ika, dan anak-anak sampai di Pujon sudah jam sembilan malam. Reza langsung ke kamar sang mama untuk membagikan kabar gembira."Jaga Ika baik-baik. Jangan biarkan dia melakukan pekerjaan rumah. Biar anak-anak di urus ART. Kamu juga harus tirakat."Kata terakhir yang diucapkan Bu Murti, bagi Reza tidak menjadi masalah. Dia sudah terbiasa mengatasi kesendiriannya hampir lima tahun setelah mamanya Nasya meninggal. "Ika akan bekerja dari rumah, Ma. Jadi dia nggak akan ngantor lagi.""Syukurlah. Segera ajak Ika periksa ke dokter.""Besok kami pergi periksa. Jadwalku ke kampus kebetulan siang.""Ya sudah. Kamu istirahat sana."Reza mengusap punggung mamanya. Kemudian beranjak meninggalkan kamar itu.***L***Satu bulan kemudian ...."Tri, tinggalin aja. Kamu ke depan sana. Kamu ini pengantin baru, nggak usah ikutan beres-beres," tegur Mak Sum menghampiri Lastri yan

  • Rindu yang Terluka    167. Romantis 2

    Usai makan siang, Daffa mengajak istri dan anaknya pulang ke Malang. Sedangkan Ika dan Reza memutuskan pulang sorenya. Sebab Reza masih ada acara ketemuan dengan temannya di Surabaya.Daffa singgah di Batu. Bertemu Bre di sebuah kafe. Kehadiran Noval agak mengobati kerinduannya pada Alvian. Sudah lama dia tidak bertemu dengan anak Alan dan Livia itu.Bre juga mengendong baby Rachel."Nggak pengen kamu punya boneka hidup seperti ini?" tanya Daffa menghampiri Bre yang membopong Rachel di balkon kafe.Bre tersenyum. "Aku sudah cukup bahagia melihat kamu bisa kembali bersama dengan Rin. Memiliki anak-anak yang tampan dan cantik. Aku juga bahagia melihat Livia bahagia. Biar aku menjalani hidup yang aku pilih.""Sebeku itu hatimu?"Bre diam. Daffa juga diam. Mereka memperhatikan pemandangan di kejauhan yang mulai berselimut kabut. Entah sudah berapa kali Daffa memberikan semangat pada sahabatnya, tapi tampaknya sia-sia. Bre keukeh dengan keputusannya."Mbak Ika juga lagi hamil." "Oh ya?""

  • Rindu yang Terluka    166. Romantis 1

    RINDU YANG TERLUKA - Romantis "Tekanan darah Mbak Ika menurun, detak jantung meningkat. Ini salah satu tanda stres. Tapi aku yakin Mbak Ika nggak sedang dalam tekanan. Mbak dan Pak Reza sangat bahagia. Kata Mas Daffa pekerjaan juga baik-baik saja. Jadi aku yakin kalau Mbak Ika pasti sedang hamil ini," kata Rinjani setelah melakukan pemeriksaan pada kakak iparnya. Meski sebagai dokter umum, Rinjani memiliki kompetensi ANC (Antenatal Care). Pemeriksaan kehamilan secara umum.Ika bangun dari pembaringan. "Mbak emang udah telat datang bulan, Rin. Sudah sepuluh hari ini.""Kenapa Mbak nggak melakukan testpack?""Nggak, karena mbak takut kecewa lagi. Bulan-bulan kemarin kalau telat haid Mbak langsung test tapi hasilnya negatif. Makanya kali ini Mbak biarin.""Coba cek, Mbak. Aku yakin Mbak Ika lagi hamil ini.""Nanti Mbak beli testpack. Yuk, kita keluar."Ika dan Rinjani melangkah keluar kamar. Di depan pintu sudah ada Reza yang menunggu. Dia tadi khawatir kenapa istri dan iparnya masuk k

DMCA.com Protection Status