Maxime terdiam beberapa saat sebelum menjawab."Aku ngusir dia bukan karena dia memakai parfum."Reina mengernyit bingung, "Terus kenapa?""Aku mengantarmu pulang pergi kerja, bukan nganterin dia." Maxime terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Kalau kamu yang pakai parfum, aku bisa toleransi."Karena waktu perjalanan hanya memakan waktu setengah jam, bagi Maxime itu adalah masalah kesabaran.Setelah mendengar jawabannya, Reina benar-benar tercengang."Oh gitu. Oke, nggak usah khawatir. Itu nggak bakal terjadi kok."Karena Reina sendiri tidak suka pakai parfum.Karena sambil mengobrol, tidak terasa mereka pun sudah sampai di pintu masuk Grup Rajawali.Reina turun dari mobil.Mobil yang Maxime pakai hari ini adalah mobil Maybach. Meski tidak semahal Rolls-Royce edisi khusus seperti kemarin, mobil ini tetap menarik perhatian banyak orang yang penasaran siapa penumpang mobil itu.Dalam hati Reina berpikir, lain kali dia akan meminta Maxime ganti pakai mobil biasa saja supaya tidak terlalu men
#Viona dan yang lain menoleh ke sumber suara dan melihat Melisha datang bersama asistennya, mereka terlihat tidak senang.Viona dan ketiga karyawan wanita tadi seketika langsung pucat pasi.Melisha cukup terkenal di kantor pusat karena sikapnya yang tidak masuk akal, tidak manusiawi dan sangat membenci wanita lain.Semua asistennya adalah pria dan para wanita yang dulu menjadi bawahannya selalu dia pecat karena berbagai alasan."Bu Melisha kayaknya salah dengar deh. Kami nggak ngomongin Ibu kok." Viona sebagai sekretaris CEO langsung merespons dan menjelaskan, "Kami lagi ngomongin istri mantan CEO yang sekarang jadi sekretaris CEO."Viona juga pastinya sudah mendengar pendapat kalangan direksi, kalau tidak, mana mungkin dia bisa jadi sekretaris CEO?Dia tahu Melisha tidak menyukai Reina.Sebenarnya tanpa perlu bertanya-tanya, orang pasti tahu keduanya adalah menantu Keluarga Sunandar yang kompetitif yang ke depannya yang akan menjadi pewaris Grup Rajawali.Melisha awalnya mau cari gara
Christy tercengang. Kapan dia bilang dirinya tidak bisa bekerja dan ingin ambil cuti?"Nggak kok Kak Reina, aku bisa kerja."Reina mengangkat kepalanya dan menatapnya, "Christy, kamu harus manggil aku Bu Reina. Sekarang lagi di jam kerja, kita harus bersikap profesional, jangan dicampur sama hubungan pribadi.""Sekarang kami itu asistenku. Apa tanggung jawab seorang asisten? Membantuku menyelesaikan pekerjaanku, bukan? Kalau kamu bahkan nggak bisa ngambilin air buatku, gimana aku bisa kasih kamu tugas lain?" Reina berujar dengan penuh logika.Awalnya sekretaris lain menganggap Reina jahat, namun setelah mendengar ucapan Reina, mereka sendiri merasa sudah jadi tanggung jawab Christy menyelesaikan pekerjaan ini.Mata Christy berkilat enggan, "Ya ini 'kan sudah kuambilin minum?""Aku minta kamu ngambil air hangat. Sekarang yang ada di gelas ini apa?" tanya Reina."Ya diamkan aja bentar, nanti juga jadi hangat. Lagian kalau minum air dingin, nggak baik buat kesehatanmu." Christy berkelit.
Di mata Christy, Jess cuma seorang asisten, jadi bagaimana dia bisa berani menyebut nama Christy dengan begitu lantang?Dengan pakaian formalnya, Jess terlihat sangat serius, "Kenapa? Memangnya di sini ada yang namanya Christy lagi selain kamu?"Wajah Christy langsung berubah dingin, dia pun berdiri dan mendatanginya."Ada apa?"Awalnya Christy masih berniat menjilat Jess, tapi Jess ini sangat berbeda dengan karyawan lain. Hatinya begitu dingin.Jadi sekarang Christy tidak berharap bisa menyenangkannya."Mulai sekarang, kamu akan menjadi admin dari seluruh departemen kesekretariatan. Mohon bertanggung jawab atas semua tugasmu." Setelah Jess selesai bicara, dia melihat ke empat sekretaris lainnya, "Kalau ada yang perlu dibantu, kasih Christy saja. Contohnya mengirim dokumen, ngambil makanan, pesan makanan dan hal kecil lainnya."Keempat sekretaris itu membelalak tidak percaya, "Dia jadi asisten kami?"Christy juga membelalak kaget."Kamu bercanda? Tugasku itu buat menjaga Kak Reina, buk
Begitulah. Akibatnya, sore itu Christy jadi sangat sibuk.Sekarang Reina akhirnya tidak terganggu, dia dapat melakukan pekerjaannya dengan tenang dan mempelajari beberapa peraturan dan aturan Grup Sunandar dalam mengelola karyawan.Tidak lama kemudian, datanglah seseorang ke kantor CEO.Viona langsung berdiri menyambutnya, "Bu Melisha, Anda mencari Bos?"Viona terlihat sangat menyanjung Melisha, namun Melisha bahkan tidak meliriknya. Dia melihat sekeliling dan waktu dia melihat kantor Reina, dia langsung berjalan menghampiri.Melisha langsung membuka pintu kantor Reina tanpa mengetuk.Reina sedang konsen bekerja sehingga tidak sadar kalau Melisha datang. Begitu mendengar pintu ruangannya terbuka, dia langsung mengangkat kepala dan ternyata Melisha sudah ada di depan matanya."Ckckck. Ternyata Joanna setega itu ya sampai menyuruh menantunya jadi sekretaris?"Reina bisa mendengar nada sinis Melisha, tapi dia tidak mempermasalahkannya, "Ada urusan apa, Melisha?"Karena perkara di TK kemar
Reina pun menjawab, "Oke."Setelah mengetuk pintu kantor Morgan, dia pun masuk.Morgan mengangkat kepalanya dan menatap Reina, "Kudengar tadi Melisha datang. Dia nggak nyusahin kamu, 'kan?"Reina memberi tahu Morgan dengan jujur tentang Melisha menyuruhnya membawa kontrak yang perlu di tanda tangan.Morgan tahu Melisha tidak punya niat baik. Dia berpikir sejenak, lalu berkata, "Taruh saja kontraknya di sini. Akan kusuruh orang lain yang beresin."Reina teringat gosip kantor yang dia dengar tadi pagi. Kalau Morgan menyerahkan tugas di piring Reina pada sekretaris lain, Reina jadi sungguh kesulitan bergaul di kantor ini."Nggak perlu, aku bisa kok."Morgan pikir Reina tidak mengerti Melisha sudah memberinya tugas yang sulit, jadi dia mengingatkannya, "Bu Helen ini bukan orang gampangan. Kalau kamu pergi mungkin dia juga nggak bakal mau tanda tangan, bisa-bisa malah kamu yang dipersulit.""Aku sudah memeriksanya. Tapi jangan khawatir, aku pasti bisa beresin pekerjaan ini dengan sempurna,"
Begitu Reina diberi jawaban itu, dia agak khawatir.Kalau bisa bertemu Helen, Reina yakin dia bisa membuat Helen menandatangani kontrak. Sekarang, bertemu saja tidak bisa. Pantas saja Melisha mengutusnya datang.Resepsionis pun menasihatinya, "Sebaiknya kamu pulang saja. Bos kami sebenarnya nggak mungkin mau menemui seorang karyawan. Orang-orang dari Keluarga Sunandar pastinya sudah tahu, kenapa mereka mengirimmu ke sini ya?""Mungkin karena mereka pikir akan ada pengecualian."Karena Reina sudah memberi uang cukup banyak untuk resepsionis itu, dia pun memberi tahu Reina, "Aku kasih tahu ya. Bu Helen itu nggak mungkin mau ketemu sama kamu, bahkan dulu waktu Bu Melisha datang, dia bahkan nggak mau ketemu.""Poin utamanya adalah selama ini aku melihat Bu Melisha, dia selalu dipermalukan oleh Bu Helen."Reina pun tersenyum dalam hati. Ternyata Melisha juga mendapat perlakuan dingin dari orang lain."Terima kasih sudah memberitahuku hal ini.""Kulihat sepertinya Ibu orang baik, jadi kusara
Kekhawatiran resepsionis sebenarnya berlebihan, karena Reina tidak peduli sama sekali.Sesampainya di kantor CEO, di lantai teratas gedung itu.Helen tahu Reina datang untuk memintanya menandatangani kontrak, jadi dia langsung menandatangani kontrak tanpa berkata apa-apa.Dia juga bertanya pada Reina bagaimana dia bertemu Sisca. Keduanya malah mengobrol dengan gembira.Sebelum Reina pergi, dia juga memberikan gelang yang dibawanya pada Helen."Reina, kamu jangan sungkan ya. Ke depannya kalau ada apa-apa, datang aja ke aku. Sisca dan aku itu sahabatan, artinya sekarang kamu jadi sahabatku juga," ucap Helen sambil menerima pemberian Reina.Karena keduanya mengobrol dengan cukup asyik, tidak terasa waktu sudah lewat jam enam sore saat Reina keluar dari gedung Grup Lowskie.Saat ini, sebagian besar karyawan Grup Sunandar sudah pulang kerja.Saat ini.Di Grup Sunandar.Melisha menyunggingkan senyum begitu mendengar laporan Christy yang katanya Reina belum pulang."Mungkin karena dia gagal,
Morgan melangkah lebih dekat ke arah Reina."Nana, apa kamu sudah lupa kalau Syena mengirim seseorang untuk mencelakai anakmu, Riko? Aku melakukan ini karena ingin memberinya balasan yang setimpal, agar dia bisa merasakan rasa sakit ketika anak disakiti. Tapi ...."Ekspresi di wajah Morgan sedikit berubah. "Nggak disangka waktu itu bahkan nggak peduli sama anaknya sendiri. Mengerikan sekali."Mendengar Morgan bicara seperti ini, Reina malah berpikir bahwa Morgan jauh lebih mengerikan."Morgan, kamu benar-benar sangat menakutkan."Dia menarik napas dalam-dalam dan bergegas melewatinya, kembali masuk ke dalam rumah.Morgan berdiri diam, tubuh rampingnya begitu ringkih.Setelah berdiri diam untuk beberapa saat, dia kembali masuk ke dalam rumah.Di ruang tamu.Beberapa anak kecil sedang bermain-main.Reina duduk di samping, Joanna juga duduk di sofa, sesekali menggoda anak-anak.Melihat Morgan masuk, Joanna memintanya untuk duduk."Morgan, kamu baru sembuh, kenapa malah keluar? Di luar san
Setelah keluar dan melihat langit yang cerah, Reina tidak tahu apa yang terjadi di dalam hatinya.Apa yang dikatakan Syena padanya benar-benar menembus persepsinya.Awalnya, dia mengira Morgan sudah cukup gila, tetapi dia tidak menyangka bahwa semua yang terjadi di masa lalu hanyalah puncak dari gunung esnya.Dia menarik napas dalam-dalam, tidak tahu bagaimana cara memberitahu Sisca tentang hal ini.Panggilan Sisca datang tidak lama kemudian.Reina menimbang kata-katanya sebelum mengatakannya secara perlahan.Setelah Sisca mendengarnya, dia juga terdiam cukup lama sebelum berkata dengan tidak percaya, "Morgan terlihat seperti orang yang lembut, bagaimana bisa dia melakukan hal seperti itu?""Entahlah, pokoknya mulai sekarang, kamu nggak perlu menyelidiki ayah kandung Talitha lagi. Besarkanlah Talitha dengan baik. Dengan adanya kamu, dia akan hidup dengan sangat bahagia."Sisca pun memahami hal ini.Untuk bisa melakukan hal seperti itu, pastilah ayah kandung Talitha bukanlah orang baik.
Jika bukan demi menolong Talitha dan menolong Sisca, Reina tidak akan mau bertemu dengan Syena lagi di dunia ini.Syena menatap Reina yang berseri-seri di depannya dengan rasa cemburu dan juga benci.Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab, "Kamu ingin tahu?""Omong kosong! Kalau aku nggak ingin tahu, kenapa aku datang ke sini?" tanya Reina.Sorot mata Syena berubah, dia tidak mengatakan apa-apa.Reina melanjutkan, "Aku sudah datang ke sini, jadi kamu harus memberitahuku. Jangan bertele-tele, waktuku terbatas."Syena mengepalkan tinjunya."Reina, kamu hanya lebih beruntung dariku."Dia menatap Reina lagi. "Aku beritahu, aku juga nggak tahu siapa ayah kandung Talitha! Tapi ada satu orang yang mungkin tahu.""Siapa?""Aku akan memberitahumu kalau kamu berjanji padaku satu hal," kata Syena.Reina mengerutkan kening. "Kalau kamu ingin aku mengampunimu, lebih baik tutup mulutmu. Aku nggak akan mengampunimu hanya demi orang yang nggak ada hubungan apa-apa denganku."Syena menutup erat b
Sayangnya, Morgan yang telah dirawat di rumah sakit selama beberapa hari tak kunjung mendapatkan panggilan telepon dari Jess, apalagi pesan darinya.Morgan membuka ponselnya dan melihat nomor telepon Jess untuk waktu yang lama.Daniel mendorong pintu bangsal dan melangkah masuk, membuat Morgan langsung menyimpan ponselnya."Ayah, kenapa Ayah datang lagi?"Dia sangat lelah berurusan dengan orang tuanya saat ini.Daniel duduk di sampingnya. "Bagaimana perasaanmu hari ini?"Bibir tipis Morgan terbuka, dia menjawab tanpa ada perubahan suasana hati, "Masih sama seperti sebelumnya, nggak ada bedanya.""Bagaimana bisa? Dokter memberimu obat dan kamu terlihat lebih baik," kata Daniel.Morgan menjawab tidak sabar, "Ayah, kalau nggak ada yang lain, mending pulang saja.""Setelah sekian lama, kamu nggak mau bicara denganku?" tanya Daniel."Nggak ada yang perlu kita bicarakan." Morgan langsung memejamkan matanya."Katakan, kenapa kamu tiba-tiba kecanduan alkohol? Apa ada sesuatu yang kamu khawatir
Semua orang melihat ke arah pintu, melihat bahwa yang datang Maxime dan Reina.Joanna lah yang meminta mereka berdua untuk datang. Bagaimanapun juga, Morgan dirawat di rumah sakit, sebagai keluarga, sudah sepantasnya mereka datang menjenguk.Maxime langsung masuk, menatap Morgan yang kurus dan pucat, lalu berbicara, "Kamu pantas seperti ini karena sudah menyakiti tubuhmu sendiri."Morgan terdiam saat mendengar Maxime mengatakan itu."Nggak usah ikut campur urusanku."Maxime tentu saja tidak peduli padanya."Jangan khawatir, aku sama Nana datang cuma mau lihat kamu sudah matu atau belum. Kami nggak punya maksud lain, apalagi ikut campur urusanmu."Begitu Joanna mendengar ini, dia langsung menarik baju Maxime, memberi isyarat agar Maxime tutup mulut dan jangan membuat Morgan makin terpuruk.Maxime pun tidak mengatakan apa-apa lagi.Reina berjalan ke sisinya dan menatap Morgan, yang kini terlihat seperti orang yang berbeda. Sekejap, dia tidak tahu harus berkata apa."Aku mau istirahat, ka
Mendengar itu, Jess menatap Erik dengan sedikit linglung.Erik menarik napas dalam-dalam dan melanjutkannya, "Jangan khawatir, aku nggak akan mempersulitmu. Selama kamu mengatakannya, aku akan memenuhinya."Dia mengatakannya dengan tulus.Sebelumnya, ketika dia melihat Kak Revin berusaha keras untuk Reina, dia merasa Kak Revin bodoh. Kenapa dia harus mengejar wanita yang tidak mencintainya?Sekarang, dia sendiri telah merasakannya secara pribadi. Harus dikatakan bahwa ada beberapa hal yang benar-benar tidak bisa dihindari.Hati Jess langsung tidak tersentuh.Hanya saja, dia berkata tanpa berpikir panjang, "Semua yang barusan aku katakan serius, Erik. Kita sudah menikah, aku nggak akan mengkhianatimu karena siapa pun.""Tadi Morgan yang mendekatiku, aku nggak tahu kalau dia ada di lantai bawah. Aku juga nggak menganggap serius perkataannya."Jess menjelaskan kata demi kata dengan tegas.Erik akhirnya merasa lebih baik saat mendengar ini.Dia tersenyum. "Baiklah."Beberapa saat yang lalu
Morgan tidak bisa menghindar, tidak punya pilihan selain menerima pukulan keras itu.Darah keluar dari sudut mulutnya, tubuhnya limbung. Cengkeraman tangannya di lengan Jess terlepas saat dia terdorong mundur dan hampir jatuh ke tanah.Erik mengepalkan tinjunya dan berdiri di antara dia dan Jess, menatap Morgan dengan dingin."Aku sudah berbaik hati mengantarmu ke rumah sakit, tapi aku nggak menyangka kamu akan datang ke sini dan berbuat kasar sama Jess. Sepertinya kamu masih belum cukup sadar, jadi aku akan membuatmu sadar!"Jika dia tidak datang untuk menjemput Jess, dia tidak akan melihat adegan Morgan yang mengganggu Jess.Dia mengatupkan giginya karena marah, ada sedikit kejengkelan dalam tatapannya saat dia menatap Jess."Kamu baik-baik saja?" tanyanya.Jess sedikit panik saat mendengar pertanyaannya, tetapi dia mengangguk. "Ya, aku baik-baik saja."Erik menoleh ke arah Morgan dan melangkah mendekatinya.Morgan berdiri diam sebelum menatap orang di depannya. Dia mengangkat tangan
Morgan melihat ke arah panggilan yang ditutup, suasana hatinya langsung jatuh ke titik terendah.Namun, dia tidak beranjak pergi.Di dalam perusahaan.Jess mengira Morgan sudah pergi, jadi dia berkemas seperti biasa dan keluar dari perusahaan.Sebelum dia keluar, Erik bahkan mengiriminya pesan."Aku jemput, ya?"Jess membalas pesan itu, "Nggak perlu, aku pulang sendiri saja."Dia terbiasa melakukan segala sesuatunya sendiri, bahkan setelah menghabiskan banyak waktu dengan Erik, dia masih belum terbiasa untuk dijaga olehnya seperti itu."Penolakan ditolak, aku sudah di lantai bawah perusahaanmu, cepat keluar." Erik tersenyum dan mengirimkan pesan itu.Jess sedikit tidak berdaya saat melihat pesan itu, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi.Erik memang seperti itu, selalu melakukan segala sesuatu terlebih dahulu, baru memberitahunya. Jess sudah terbiasa dengan hal itu.Berjalan keluar dari pintu perusahaan, Jess mencari-cari mobil Erik. Namun, sebelum dia bisa menemukannya, sesosok tu
Morgan hanya perlu menunggu persetujuan Jess, tidak mempermasalahkan apakah Jess sudah menikah atau belum.Jess tidak tahu harus bahagia atau sedih saat ini.Ternyata orang yang dia sukai kini juga menyukainya. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.Namun, yang menyedihkan adalah dia sudah menikah. Pernikahan ini diatur oleh orang tuanya, yang juga atas keinginannya sendiri. Erik memperlakukannya dengan baik, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu yang kiranya bisa mengkhianati Erik."Maafkan aku, Tuan Morgan. Tuan mungkin sudah salah paham dengan niatku untuk Tuan. Tuan itu atasanku, jadi aku harus bersikap baik kepada Tuan karena tuntutan pekerjaan, bukan karena aku menyukai Tuan seperti yang Tuan katakan." Jess terdiam sejenak, kemudian melanjutkan, "Selain itu, aku sudah menikah dan suamiku memperlakukanku dengan sangat baik. Kami berdua saling mencintai dan aku nggak akan menceraikannya."Kami berdua saling mencintai!Kata-kata itu sangat tajam dan menusuk ketika terdenga