Maxime pun menjawab, "Kalau kamu mau belajar, aku bisa kok ngajarin kamu."Maxime yakin dirinya tidak kalah hebat dari Morgan.Sayangnya Reina tidak paham maksud Maxime. Reina menarik selimut, memejamkan matanya dan bergumam, "Oke, nanti kalau ada yang aku nggak ngerti, aku nanya kamu ya."Maxime mengernyit. Karena takut Reina marah, dia pun tidak mengatakan apa-apa lagi.Kalau Reina sendiri memang bersedia pergi ke Grup Rajawali, Maxime akan mengizinkannya.Maxime hanya mengkhawatirkan Morgan.Karena besok pagi harus kerja, Reina menyetel jam alarm supaya besok pagi bisa bangun pagi.Reina tidak menyangka Maxime akan bangun lebih pagi darinya dan sudah menunggunya di bawah."Max? Kok kamu belum berangkat kerja?" tanya Reina dengan bingung."Mulai sekarang aku akan antar jemput kamu kerja," jawab Maxime.Bagi pasangan biasa, bukankah wajar suami mengantar istrinya pulang pergi kerja?Sebenarnya tujuan lain Maxime adalah dia ingin melihat seberapa dekat Morgan dengan Reina."Nggak perlu
Maxime terdiam beberapa saat sebelum menjawab."Aku ngusir dia bukan karena dia memakai parfum."Reina mengernyit bingung, "Terus kenapa?""Aku mengantarmu pulang pergi kerja, bukan nganterin dia." Maxime terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Kalau kamu yang pakai parfum, aku bisa toleransi."Karena waktu perjalanan hanya memakan waktu setengah jam, bagi Maxime itu adalah masalah kesabaran.Setelah mendengar jawabannya, Reina benar-benar tercengang."Oh gitu. Oke, nggak usah khawatir. Itu nggak bakal terjadi kok."Karena Reina sendiri tidak suka pakai parfum.Karena sambil mengobrol, tidak terasa mereka pun sudah sampai di pintu masuk Grup Rajawali.Reina turun dari mobil.Mobil yang Maxime pakai hari ini adalah mobil Maybach. Meski tidak semahal Rolls-Royce edisi khusus seperti kemarin, mobil ini tetap menarik perhatian banyak orang yang penasaran siapa penumpang mobil itu.Dalam hati Reina berpikir, lain kali dia akan meminta Maxime ganti pakai mobil biasa saja supaya tidak terlalu men
#Viona dan yang lain menoleh ke sumber suara dan melihat Melisha datang bersama asistennya, mereka terlihat tidak senang.Viona dan ketiga karyawan wanita tadi seketika langsung pucat pasi.Melisha cukup terkenal di kantor pusat karena sikapnya yang tidak masuk akal, tidak manusiawi dan sangat membenci wanita lain.Semua asistennya adalah pria dan para wanita yang dulu menjadi bawahannya selalu dia pecat karena berbagai alasan."Bu Melisha kayaknya salah dengar deh. Kami nggak ngomongin Ibu kok." Viona sebagai sekretaris CEO langsung merespons dan menjelaskan, "Kami lagi ngomongin istri mantan CEO yang sekarang jadi sekretaris CEO."Viona juga pastinya sudah mendengar pendapat kalangan direksi, kalau tidak, mana mungkin dia bisa jadi sekretaris CEO?Dia tahu Melisha tidak menyukai Reina.Sebenarnya tanpa perlu bertanya-tanya, orang pasti tahu keduanya adalah menantu Keluarga Sunandar yang kompetitif yang ke depannya yang akan menjadi pewaris Grup Rajawali.Melisha awalnya mau cari gara
Christy tercengang. Kapan dia bilang dirinya tidak bisa bekerja dan ingin ambil cuti?"Nggak kok Kak Reina, aku bisa kerja."Reina mengangkat kepalanya dan menatapnya, "Christy, kamu harus manggil aku Bu Reina. Sekarang lagi di jam kerja, kita harus bersikap profesional, jangan dicampur sama hubungan pribadi.""Sekarang kami itu asistenku. Apa tanggung jawab seorang asisten? Membantuku menyelesaikan pekerjaanku, bukan? Kalau kamu bahkan nggak bisa ngambilin air buatku, gimana aku bisa kasih kamu tugas lain?" Reina berujar dengan penuh logika.Awalnya sekretaris lain menganggap Reina jahat, namun setelah mendengar ucapan Reina, mereka sendiri merasa sudah jadi tanggung jawab Christy menyelesaikan pekerjaan ini.Mata Christy berkilat enggan, "Ya ini 'kan sudah kuambilin minum?""Aku minta kamu ngambil air hangat. Sekarang yang ada di gelas ini apa?" tanya Reina."Ya diamkan aja bentar, nanti juga jadi hangat. Lagian kalau minum air dingin, nggak baik buat kesehatanmu." Christy berkelit.
Di mata Christy, Jess cuma seorang asisten, jadi bagaimana dia bisa berani menyebut nama Christy dengan begitu lantang?Dengan pakaian formalnya, Jess terlihat sangat serius, "Kenapa? Memangnya di sini ada yang namanya Christy lagi selain kamu?"Wajah Christy langsung berubah dingin, dia pun berdiri dan mendatanginya."Ada apa?"Awalnya Christy masih berniat menjilat Jess, tapi Jess ini sangat berbeda dengan karyawan lain. Hatinya begitu dingin.Jadi sekarang Christy tidak berharap bisa menyenangkannya."Mulai sekarang, kamu akan menjadi admin dari seluruh departemen kesekretariatan. Mohon bertanggung jawab atas semua tugasmu." Setelah Jess selesai bicara, dia melihat ke empat sekretaris lainnya, "Kalau ada yang perlu dibantu, kasih Christy saja. Contohnya mengirim dokumen, ngambil makanan, pesan makanan dan hal kecil lainnya."Keempat sekretaris itu membelalak tidak percaya, "Dia jadi asisten kami?"Christy juga membelalak kaget."Kamu bercanda? Tugasku itu buat menjaga Kak Reina, buk
Begitulah. Akibatnya, sore itu Christy jadi sangat sibuk.Sekarang Reina akhirnya tidak terganggu, dia dapat melakukan pekerjaannya dengan tenang dan mempelajari beberapa peraturan dan aturan Grup Sunandar dalam mengelola karyawan.Tidak lama kemudian, datanglah seseorang ke kantor CEO.Viona langsung berdiri menyambutnya, "Bu Melisha, Anda mencari Bos?"Viona terlihat sangat menyanjung Melisha, namun Melisha bahkan tidak meliriknya. Dia melihat sekeliling dan waktu dia melihat kantor Reina, dia langsung berjalan menghampiri.Melisha langsung membuka pintu kantor Reina tanpa mengetuk.Reina sedang konsen bekerja sehingga tidak sadar kalau Melisha datang. Begitu mendengar pintu ruangannya terbuka, dia langsung mengangkat kepala dan ternyata Melisha sudah ada di depan matanya."Ckckck. Ternyata Joanna setega itu ya sampai menyuruh menantunya jadi sekretaris?"Reina bisa mendengar nada sinis Melisha, tapi dia tidak mempermasalahkannya, "Ada urusan apa, Melisha?"Karena perkara di TK kemar
Reina pun menjawab, "Oke."Setelah mengetuk pintu kantor Morgan, dia pun masuk.Morgan mengangkat kepalanya dan menatap Reina, "Kudengar tadi Melisha datang. Dia nggak nyusahin kamu, 'kan?"Reina memberi tahu Morgan dengan jujur tentang Melisha menyuruhnya membawa kontrak yang perlu di tanda tangan.Morgan tahu Melisha tidak punya niat baik. Dia berpikir sejenak, lalu berkata, "Taruh saja kontraknya di sini. Akan kusuruh orang lain yang beresin."Reina teringat gosip kantor yang dia dengar tadi pagi. Kalau Morgan menyerahkan tugas di piring Reina pada sekretaris lain, Reina jadi sungguh kesulitan bergaul di kantor ini."Nggak perlu, aku bisa kok."Morgan pikir Reina tidak mengerti Melisha sudah memberinya tugas yang sulit, jadi dia mengingatkannya, "Bu Helen ini bukan orang gampangan. Kalau kamu pergi mungkin dia juga nggak bakal mau tanda tangan, bisa-bisa malah kamu yang dipersulit.""Aku sudah memeriksanya. Tapi jangan khawatir, aku pasti bisa beresin pekerjaan ini dengan sempurna,"
Begitu Reina diberi jawaban itu, dia agak khawatir.Kalau bisa bertemu Helen, Reina yakin dia bisa membuat Helen menandatangani kontrak. Sekarang, bertemu saja tidak bisa. Pantas saja Melisha mengutusnya datang.Resepsionis pun menasihatinya, "Sebaiknya kamu pulang saja. Bos kami sebenarnya nggak mungkin mau menemui seorang karyawan. Orang-orang dari Keluarga Sunandar pastinya sudah tahu, kenapa mereka mengirimmu ke sini ya?""Mungkin karena mereka pikir akan ada pengecualian."Karena Reina sudah memberi uang cukup banyak untuk resepsionis itu, dia pun memberi tahu Reina, "Aku kasih tahu ya. Bu Helen itu nggak mungkin mau ketemu sama kamu, bahkan dulu waktu Bu Melisha datang, dia bahkan nggak mau ketemu.""Poin utamanya adalah selama ini aku melihat Bu Melisha, dia selalu dipermalukan oleh Bu Helen."Reina pun tersenyum dalam hati. Ternyata Melisha juga mendapat perlakuan dingin dari orang lain."Terima kasih sudah memberitahuku hal ini.""Kulihat sepertinya Ibu orang baik, jadi kusara
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba