Begitulah. Akibatnya, sore itu Christy jadi sangat sibuk.Sekarang Reina akhirnya tidak terganggu, dia dapat melakukan pekerjaannya dengan tenang dan mempelajari beberapa peraturan dan aturan Grup Sunandar dalam mengelola karyawan.Tidak lama kemudian, datanglah seseorang ke kantor CEO.Viona langsung berdiri menyambutnya, "Bu Melisha, Anda mencari Bos?"Viona terlihat sangat menyanjung Melisha, namun Melisha bahkan tidak meliriknya. Dia melihat sekeliling dan waktu dia melihat kantor Reina, dia langsung berjalan menghampiri.Melisha langsung membuka pintu kantor Reina tanpa mengetuk.Reina sedang konsen bekerja sehingga tidak sadar kalau Melisha datang. Begitu mendengar pintu ruangannya terbuka, dia langsung mengangkat kepala dan ternyata Melisha sudah ada di depan matanya."Ckckck. Ternyata Joanna setega itu ya sampai menyuruh menantunya jadi sekretaris?"Reina bisa mendengar nada sinis Melisha, tapi dia tidak mempermasalahkannya, "Ada urusan apa, Melisha?"Karena perkara di TK kemar
Reina pun menjawab, "Oke."Setelah mengetuk pintu kantor Morgan, dia pun masuk.Morgan mengangkat kepalanya dan menatap Reina, "Kudengar tadi Melisha datang. Dia nggak nyusahin kamu, 'kan?"Reina memberi tahu Morgan dengan jujur tentang Melisha menyuruhnya membawa kontrak yang perlu di tanda tangan.Morgan tahu Melisha tidak punya niat baik. Dia berpikir sejenak, lalu berkata, "Taruh saja kontraknya di sini. Akan kusuruh orang lain yang beresin."Reina teringat gosip kantor yang dia dengar tadi pagi. Kalau Morgan menyerahkan tugas di piring Reina pada sekretaris lain, Reina jadi sungguh kesulitan bergaul di kantor ini."Nggak perlu, aku bisa kok."Morgan pikir Reina tidak mengerti Melisha sudah memberinya tugas yang sulit, jadi dia mengingatkannya, "Bu Helen ini bukan orang gampangan. Kalau kamu pergi mungkin dia juga nggak bakal mau tanda tangan, bisa-bisa malah kamu yang dipersulit.""Aku sudah memeriksanya. Tapi jangan khawatir, aku pasti bisa beresin pekerjaan ini dengan sempurna,"
Begitu Reina diberi jawaban itu, dia agak khawatir.Kalau bisa bertemu Helen, Reina yakin dia bisa membuat Helen menandatangani kontrak. Sekarang, bertemu saja tidak bisa. Pantas saja Melisha mengutusnya datang.Resepsionis pun menasihatinya, "Sebaiknya kamu pulang saja. Bos kami sebenarnya nggak mungkin mau menemui seorang karyawan. Orang-orang dari Keluarga Sunandar pastinya sudah tahu, kenapa mereka mengirimmu ke sini ya?""Mungkin karena mereka pikir akan ada pengecualian."Karena Reina sudah memberi uang cukup banyak untuk resepsionis itu, dia pun memberi tahu Reina, "Aku kasih tahu ya. Bu Helen itu nggak mungkin mau ketemu sama kamu, bahkan dulu waktu Bu Melisha datang, dia bahkan nggak mau ketemu.""Poin utamanya adalah selama ini aku melihat Bu Melisha, dia selalu dipermalukan oleh Bu Helen."Reina pun tersenyum dalam hati. Ternyata Melisha juga mendapat perlakuan dingin dari orang lain."Terima kasih sudah memberitahuku hal ini.""Kulihat sepertinya Ibu orang baik, jadi kusara
Kekhawatiran resepsionis sebenarnya berlebihan, karena Reina tidak peduli sama sekali.Sesampainya di kantor CEO, di lantai teratas gedung itu.Helen tahu Reina datang untuk memintanya menandatangani kontrak, jadi dia langsung menandatangani kontrak tanpa berkata apa-apa.Dia juga bertanya pada Reina bagaimana dia bertemu Sisca. Keduanya malah mengobrol dengan gembira.Sebelum Reina pergi, dia juga memberikan gelang yang dibawanya pada Helen."Reina, kamu jangan sungkan ya. Ke depannya kalau ada apa-apa, datang aja ke aku. Sisca dan aku itu sahabatan, artinya sekarang kamu jadi sahabatku juga," ucap Helen sambil menerima pemberian Reina.Karena keduanya mengobrol dengan cukup asyik, tidak terasa waktu sudah lewat jam enam sore saat Reina keluar dari gedung Grup Lowskie.Saat ini, sebagian besar karyawan Grup Sunandar sudah pulang kerja.Saat ini.Di Grup Sunandar.Melisha menyunggingkan senyum begitu mendengar laporan Christy yang katanya Reina belum pulang."Mungkin karena dia gagal,
Christy juga langsung menghampirinya, "Kak ... Bu Reina, gimana kontraknya? Berhasil ditandatangani?"Reina tahu semua orang menunggunya bukan untuk melihat apakah kontraknya sudah ditandatangan atau belum, tapi untuk melihat Reina dipermalukan.Reina pun mengeluarkan kontrak yang ditandatangani dengan bangga, "Ya, sudah."Semua orang membelalak tidak percaya.Gimana seorang Reina bisa membujuk CEO Grup Lowskie, wanita paling sulit diajak bicara untuk tanda tangan?Helen adalah orang yang paling dibenci di antara para karyawan. Setiap kali Morgan mau berdiskusi tentang pekerjaan dengan Helen, mereka tidak mau pergi bersama Morgan karena kalau mereka ikut, mereka akan ikut dihina."Mustahil."Viona langsung maju dan mengambil dokumen kontrak dari Reina. Viona kaget saat mendapati kontrak itu memang dicap dengan stempel resmi Grup Lowskie dan ditandatangani oleh Helen sendiri.Yang lain juga berbondong-bondong datang dan membelalak kaget.Christy bahkan lebih menganga. Bukannya Melisha y
Di perusahaan, semua orang membicarakan tentang bagaimana Reina bisa sukses membuat Helen menandatangani kontrak.Morgan juga memanggil Reina ke kantor dan menanyakan bagaimana dia melakukannya.Reina menjawab dengan jujur, "Kebetulan ada temanku yang mengenal Helen. Dia yang membantuku meminta Helen supaya mau bertemu denganku.""Oh, gitu." Morgan melirik ke luar dan langit sudah mulai gelap, "Kamu jadi harus lembur deh, ayo pulang, aku antar.""Nggak perlu." Reina langsung menolak."Bukannya hari ini kamu nggak diantar sopir?" tanya Morgan.Pengawal yang diutus mengawasi Reina yang mengatakan bahwa waktu tadi pulang dari Grup Lowskie, Reina naik taksi.Reina menjawab dengan malu-malu, "Maxime nanti bakal jemput aku."Ekspresi Morgan terlihat dingin, namun dengan cepat kembali seperti semula."Oh gitu. Kalau gitu cepat pulang, nanti Kak Max kelamaan nunggu.""Oke."Reina mengangguk, lalu meninggalkan kantor.Setelah Reina pergi, Morgan berdiri dari kursinya dan tepat pada saat itu, Sy
Menindas gadis polos?Beberapa karyawan yang baru pulang kerja pun sengaja menghampiri untuk menyaksikan drama ini.Bagaimana tidak? Seorang gadis menangis tersedu-sedu di depan sebuah mobil mewah, semua orang pun curiga.Reina semakin terdiam. Dia menatap Syena, "Nona Syena, kenapa kamu menuduhku menindasnya? Suamiku datang menjemputku dan dia bersikeras masuk ke mobil juga. Kami cuma minta dia naik taksi kok, apanya yang menindas?"Reina menjelaskan semuanya dengan jelas cukup dengan satu kalimat.Tapi tujuan Syena hanya untuk membantu Christy mempermalukan Reina."Tapi dia aja sudah menangis sampai seperti ini, memangnya kenapa kalau dia nebeng?"Hari ini Reina sudah sangat lelah ditambah lagi setelah hamil emosinya tidak stabil dan mudah mengantuk.Reina menahan ketidaknyamanan ini dan berkata, "Coba ulangi barusan kamu bilang apa?""Kubilang, emangnya kenapa kalau dia nebeng?" Syena sengaja memprovokasi Reina."Oh, kalau kamu mau jadi orang baik, kamu aja yang bawa dia pulang." Re
Reina seketika tertegun begitu melihat Treya. Namun setelah sadar, dia bertanya, "Nyonya Treya, siapa yang nyuruh kamu ke sini?"Treya langsung terlihat malu-malu begitu mendengar suara Reina."Aku ..."Sebelum Treya selesai bicara, Christy sudah menyelanya, "Kak Reina, bukannya bibi ini ibu kandungmu? Kok manggilnya Nyonya Treya? Kayaknya nggak pantas deh."Christy sebenarnya tahu ada perselisihan antara Reina dan Treya, jadi dia sengaja bertanya seperti ini.Begitu Treya mendengar ucapan ini, dia langsung berkata pada Christy, "Jangan bilang begitu, dia bisa manggil aku apa aja kok."Karena Treya memang bukan ibu kandung Reina.Reina mengepalkan tangannya dan mengabaikan Christy.Dia mendatangi Treya dan berkata, "Ada urusan apa? Ayo kita bicara di luar.""Oke." Treya berdiri dan mengikuti Reina keluar.Melihat situasi ini, Christy diam-diam mengikuti.Di luar, di bawah cahaya redup lampu jalan, Reina bertanya dengan nada dingin, "Kamu mau uang? Atau apa?"Sekarang putri kandung, put
Morgan tidak bisa menghindar, tidak punya pilihan selain menerima pukulan keras itu.Darah keluar dari sudut mulutnya, tubuhnya limbung. Cengkeraman tangannya di lengan Jess terlepas saat dia terdorong mundur dan hampir jatuh ke tanah.Erik mengepalkan tinjunya dan berdiri di antara dia dan Jess, menatap Morgan dengan dingin."Aku sudah berbaik hati mengantarmu ke rumah sakit, tapi aku nggak menyangka kamu akan datang ke sini dan berbuat kasar sama Jess. Sepertinya kamu masih belum cukup sadar, jadi aku akan membuatmu sadar!"Jika dia tidak datang untuk menjemput Jess, dia tidak akan melihat adegan Morgan yang mengganggu Jess.Dia mengatupkan giginya karena marah, ada sedikit kejengkelan dalam tatapannya saat dia menatap Jess."Kamu baik-baik saja?" tanyanya.Jess sedikit panik saat mendengar pertanyaannya, tetapi dia mengangguk. "Ya, aku baik-baik saja."Erik menoleh ke arah Morgan dan melangkah mendekatinya.Morgan berdiri diam sebelum menatap orang di depannya. Dia mengangkat tangan
Morgan melihat ke arah panggilan yang ditutup, suasana hatinya langsung jatuh ke titik terendah.Namun, dia tidak beranjak pergi.Di dalam perusahaan.Jess mengira Morgan sudah pergi, jadi dia berkemas seperti biasa dan keluar dari perusahaan.Sebelum dia keluar, Erik bahkan mengiriminya pesan."Aku jemput, ya?"Jess membalas pesan itu, "Nggak perlu, aku pulang sendiri saja."Dia terbiasa melakukan segala sesuatunya sendiri, bahkan setelah menghabiskan banyak waktu dengan Erik, dia masih belum terbiasa untuk dijaga olehnya seperti itu."Penolakan ditolak, aku sudah di lantai bawah perusahaanmu, cepat keluar." Erik tersenyum dan mengirimkan pesan itu.Jess sedikit tidak berdaya saat melihat pesan itu, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi.Erik memang seperti itu, selalu melakukan segala sesuatu terlebih dahulu, baru memberitahunya. Jess sudah terbiasa dengan hal itu.Berjalan keluar dari pintu perusahaan, Jess mencari-cari mobil Erik. Namun, sebelum dia bisa menemukannya, sesosok tu
Morgan hanya perlu menunggu persetujuan Jess, tidak mempermasalahkan apakah Jess sudah menikah atau belum.Jess tidak tahu harus bahagia atau sedih saat ini.Ternyata orang yang dia sukai kini juga menyukainya. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.Namun, yang menyedihkan adalah dia sudah menikah. Pernikahan ini diatur oleh orang tuanya, yang juga atas keinginannya sendiri. Erik memperlakukannya dengan baik, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu yang kiranya bisa mengkhianati Erik."Maafkan aku, Tuan Morgan. Tuan mungkin sudah salah paham dengan niatku untuk Tuan. Tuan itu atasanku, jadi aku harus bersikap baik kepada Tuan karena tuntutan pekerjaan, bukan karena aku menyukai Tuan seperti yang Tuan katakan." Jess terdiam sejenak, kemudian melanjutkan, "Selain itu, aku sudah menikah dan suamiku memperlakukanku dengan sangat baik. Kami berdua saling mencintai dan aku nggak akan menceraikannya."Kami berdua saling mencintai!Kata-kata itu sangat tajam dan menusuk ketika terdenga
Morgan membuka kontaknya dan melihat catatan panggilan pegawai tempat dia minum dengan Jess saat dia mabuk.Pikirannya kacau dan dia ingin sekali memastikannya.Entah sudah berlalu berapa lama, Morgan akhirnya berhasil menghubungi nomor Jess.Pada saat itu, Jess sedang sendirian di dalam perusahaan, sementara Erik pergi untuk menjalankan tugasnya sendiri setelah mengantarnya.Melihat panggilan dari Morgan, Jess ragu-ragu sejenak sebelum mengangkatnya."Tuan Morgan, ada apa?"Tuan Morgan?Morgan sedikit terdiam saat mendengar panggilan yang tidak biasanya digunakan Jess saat memanggilnya."Kamu yang membawaku ke rumah sakit hari ini?" tanya Morgan.Jess tidak mencoba menyembunyikan apa pun dan menjawab, "Aku dan Erik yang mengantarmu. Untung saja ada dia yang membantu. Kalau nggak, aku nggak akan bisa membawamu ke rumah sakit sendirian."Sepanjang jawabannya, dia menyebutkan nama Erik hingga beberapa kali.Morgan mengerti bahwa ini adalah untuk memberitahukan bahwa dia dan Erik sudah me
Simpul di tenggorokan Morgan bergulir. Dia menggunakan seluruh kekuatannya untuk membuka matanya dan melihat Jess. Ketika dia yakin itu adalah Jess, dia langsung mengangkat kedua tangannya.Jess tidak tahu apa yang ingin dilakukan Morgan, jadi dia mendekat dan bertanya kepadanya."Tuan Morgan, apa Tuan baik-baik saja? Apa ada yang nggak nyaman? Apa Tuan butuh air? Sebentar lagi kita sampai di rumah sakit."Begitu kata-kata terakhir itu terucap, tangan Morgan tiba-tiba mendarat di sisi wajahnya.Pria itu bergumam dengan suara pelan, "Jess? Apa aku sedang ... bermimpi?"Wajah Jess terasa panas, tubuhnya menegang dan dia menatapnya tidak percaya.Wajah Erik yang duduk di samping langsung berubah muram. Dia mengangkat tangannya untuk menepis tangan Morgan."Ngapain kamu?"Tangan Morgan jatuh dan dia benar-benar kehabisan tenaga, menutup matanya lagi.Jess menatap Erik dengan tatapan penuh rasa bersalah. "Maafkan aku."Erik kesal, tetapi tidak menunjukkannya."Dia yang menyentuhmu, jadi kam
Ketika Jess dan Erik sampai, mereka langsung dimarahi."Kalian akhirnya datang juga. Bukan hanya mabuk, dia juga merusak banyak minuman di toko kami. Jadi, jangan lupa bayar dulu sebelum kalian membawanya pergi," kata pemilik tempat itu.Mendengar itu, Jess melihat ke arah yang pria ini tunjuk.Ini adalah pertama kalinya dia melihat Morgan seperti itu.Pakaiannya sedikit acak-acakan, wajahnya berjanggut dan sedikit tidak terawat. Dia mabuk berat, duduk tidak berdaya di kursi. Ada banyak pecahan botol di sekelilingnya, membuat udara pekat oleh bau alkohol.Mata Jess terlihat khawatir. Dia hendak meminta maaf kepada pemilik tempat ini, tetapi Erik yang berada di antara mereka berkata dengan dingin, "Apa kalian nggak tanggung jawab? Apa kamu tahu, kalau sesuatu terjadi dengannya di tempatmu ini, tidak ada satu pun dari kalian yang bisa lepas dari tanggung jawab."Dia tidak sebaik Jess."Itu masalah dia, apa hubungannya dengan kita?" Pelayan tidak terintimidasi oleh perkataan Erik.Ini ada
Jess sedikit tidak percaya. Kesehatan Morgan tidak baik. Selama bertahun-tahun dia merawatnya, dia tidak pernah melihat Morgan minum.Sekarang, mendengar nada bicara pria itu, Morgan sepertinya sedang mabuk berat.Namun ....Jess menoleh ke arah Erik, hatinya terkoyak.Dia sudah menikah dan bertekad untuk menjauhi Morgan. Dia tidak akan pernah bisa mengkhianati Erik."Itu, aku nggak bisa ke sana. Kalau kamu ada waktu, tolong antar dia ke rumah sakit. Setelah dia sadar dari mabuk, dia pasti akan sangat berterima kasih kepadamu," jawab Jess dengan sopan."Apa kamu bercanda? Kamu yang temannya saja nggak mau antar dia ke rumah sakit, apalagi aku yang cuma orang asing? Kamu ingin aku mengantarnya? Aku masih harus kerja." Pria itu menjawab dengan tidak sabar. "Kalau kamu nggak datang, aku juga nggak peduli lagi."Setelah mengatakan itu, pria di seberang sana menutup telepon.Wajah Jess terlihat cemas.Melihat ini, Erik tidak bisa menahan diri dan bertanya, "Ada apa?""Morgan mabuk." Jess me
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut