Sejak Syena mendapatkan uang pribadi Treya, dia tidak pernah lagi mengunjungi Treya, atau bahkan menelepon sekali pun.Treya tinggal sendirian di rumah sakit yang dingin dan rindu sekali pada Syena."Syena, Ibu kangen. Kapan kamu datang jenguk Ibu?""Bu, aku benar-benar minta maaf. Belakangan ini aku sibuk banget, nanti aku ke sana kalau sudah selesai ngurus urusanku ya, nggak apa-apa, 'kan?" Syena berkata dengan acuh tak acuh.Sinar mata Treya pun meredup, "Oke.""Sekarang tiap hari kamu sibuk ...."Sebelum Treya selesai bicara, Syena sudah menutup telepon.Treya menatap telepon yang ditutup dengan tatapan kecewa.Hari ini, putri suster yang ditugaskan merawat Treya datang dan saat ini sedang mengobrol, "Bu, sekarang aku sudah punya uang. Ibu nggak perlu melakukan pekerjaan seperti ini lagi. Biar aku yang menghidupimu.""Nggak apa-apa, Ibu masih muda kok, masih kuat.""Tapi aku khawatir sama Ibu. Ini Ibu pegang dulu uang ini. Ibu harus jaga diri baik-baik, makan yang enak dan jangan s
Untung si suster cepat tanggap dan sigap. Dia langsung menopang tubuh Treya sehingga Treya tidak benar-benar jatuh.Treya terengah-engah. Setelah bisa kembali duduk tegak di kasur, Treya menunjuk Reina sambil berkata pada suster, "Lihat? Ini dia putriku yang kurang ajar!""Dia itu wanita berengsek yang licik! Dia anak durhaka, masa datang ke sini cuma buat minta uang? Kalau aku nggak kasih, dia mau tuntut aku pakai jalur hukum."Si suster menatap Reina dengan tatapan tidak percaya.Di usianya yang sudah lanjut, dia pandai menilai orang dan biasanya tidak pernah salah.Wanita di hadapannya ini terlihat lembut dan penuh kasih. Si suster tidak percaya kalau Reina adalah anak durhaka.Reina tidak menjelaskan, dia cuma berkata."Kalau kamu nggak punya uang, aku bisa pergi mengambilnya di Keluarga Yunandar."Dia punya bukti kalau Treya memberikan semua uang itu pada Keluarga Yunandar."Kamu berani?" Treya melotot marah.Di mata Reina, Treya seperti seorang badut.Reina melihat ke sekeliling,
Sekarang Melisha sudah kehilangan tempat parkir prioritasnya, jadi dia harus berjalan ke pintu gerbang. Saat melihat mama Diera datang untuk mengambil hatinya, wajah Melisha terlihat jijik.Sekretaris Melisha menghalangi mama Diera untuk mendekat.Melisha mencibir, "Kamu pikir sembarang orang bisa jadi temanku?"Meski Melisha bukan lagi ketua Komite Orangtua Murid, dia tetap menantu Keluarga Sunandar.Sedangkan mama Diera paling banter terbilang sebagai istri bos kecil, tidak bisa dianggap sebagai keluarga kaya.Alasan kenapa dulu Melisha mau bergaul dengan mama Diera adalah karena ingin menjadikan mama Diera kaki tangan untuk menyerang Reina, tapi sekarang jelas kehadiran mama Diera tidak ada nilai guna.Mama Diera tertegun. Para ibu di sekitarnya menatapnya tanpa simpati dan mereka semua menertawakannya.Sisca menghampirinya, "Aku nasehati ya, ke depannya sebaiknya kamu bijak dalam bertindak. Kalau terlalu rakus, kamu malah bisa kehilangan segalanya."Di dunia ini, tidak ada salahnya
Melisha mundur beberapa langkah dan setelah berhasil berdiri stabil, dia melihat pria berwajah tegas di depannya.Awalnya dia pikir pria itu adalah kekasih Reina, jadi dia menyindir, "Reina, kamu kesepian ya? Maxime tahu nggak pria ini simpananmu?"Deron mengernyit."Aku pengawal Nona Reina.""Pengawal? Bohong!"Melisha tidak menyangka kalau Reina yang dulu begitu terintimidasi sekarang mampu punya pengawal.Reina melangkah maju, dia tidak memberi penjelasan pada Melisha, namun berkata dengan suara rendah, "Ditampar sekali masih nggak cukup?"Melisha langsung berhenti bicara.Karena mereka ada di depan banyak orang, Melisha hanya bisa menarik Tommy pergi. Tapi sebelum itu, dia melotot tajam pada Reina."Terima kasih sudah membantuku, tapi kali ini aku benar-benar sudah menyinggung Melisha." Sisca berterima kasih pada Reina dengan tulus.Dia tidak takut pada apapun. Satu-satunya hal yang dia takuti hanya karena dia membesarkan anak selingkuhan suaminya."Nggak masalah. Kita nggak menyin
Reina membawa Riko turun dari mobil.Wajah Tuan Besar Jacob penuh dengan senyuman, "Halo, cucuku."Riko berlari ke arahnya, "Kakek."Tuan Besar Jacob mengeluarkan beberapa pernak-pernik kecil dari sakunya dan menyerahkan pada Riko seperti memberi harta karun. "Lihat, Kakek bosan sendirian di rumah, jadi Kakek mengukir ini. Bagus nggak?""Wah! Tapi yang ini harusnya lebih detail." Riko menunjuk kekurangan ukiran tangan Tuan Besar Jacob tanpa sungkan.Tuan Besar Jacob mengangguk berulang kali, "Oke, nanti Kakek betulkan.""Kamu masuk dulu Riko, Kakek mau bicara sama mamamu.""Oke."Setelah Riko masuk, barulah Reina berjalan mendekat."Kakek Jacob."Tuan Besar Jacob melihat bekas luka di wajah Reina dan menghela napas, "Sudah tertangkap belum pelakunya?"Reina menggeleng, "Sepertinya dia melarikan diri ke luar negeri.""Kurang ajar sekali orang itu, berani sekali dia menyakitimu dan Riko. Mau sampai ke ujung dunia pun, akan kukejar dia!"Tuan Besar Jacob tidak cuma bicara omong kosong, di
Reina mematung.Karena tidak bisa melihat, Maxime tidak bisa mencium bibir Reina. Jadi dia terus menunduk sampai bisa mencium bibir Reina.Mata Riki melebar dalam sekejap. Sialan, papanya keterlaluan! Dia cuma mengizinkan mamanya mencium papanya, tapi tidak sampai berciuman begini!"Mama."Reina tersentak dan sadar dari lamunannya. Lalu, dia mendorong Maxime dan mundur selangkah. "Sudah, ayo makan. Jangan macam-macam."Maxime tersenyum kecil, "Oke."Mereka bertiga makan bersama di meja makan.Setelah makan malam, mereka istirahat di ruang tamu, lalu jam sembilan malam mereka pergi mandi dan bersiap tidur.Riki meraih tangan Reina. "Ma, malam ini tidur sama aku dan Papa lagi ya?"Saat Reina hendak setuju, Maxime menyahut, "Riki, kamu 'kan bukan anak umur tiga tahun lagi, kamu harus belajar tidur sendiri."Riki agak bingung, apa maksud papanya ini?Riki 'kan mau bantuin mereka supaya akur?Karena Maxime buta, Riki tidak tahu bagaimana cara memberinya isyarat tanpa diketahui Reina."Oke."
Yang Tanu tidak tahu adalah saat dia menjual sahamnya, orang-orang Maxime membeli semua saham yang dia jual dengan harga rendah.Tanu pikir dia sudah untung."Kalau kita nggak maju lewat pengadilan, bukannya kita harus balikin uang itu ke Reina?" tanya Syena.Tatapan Tanu terlihat dingin, "Syena, Reina minta kita balikin duit ke dia karena Ayah masih jadi suami Treya. Kalau kami cerai, maka semua itu akan jadi utang pribadi Treya."Syena tidak membantah saat mendengar teori ini."Kalau begitu besok kita temui Ibu."Syena tentu lebih menyukai uang daripada Treya.Dini hari berikutnya.Kamar rawat Treya yang jarang-jarang ramai pengunjung, hari ini ramai dengan kedatangan Tanu dan Syena.Treya pikir mereka berdua khusus datang menjenguknya. Treya sengaja mengabaikan Tanu dan cuma bicara dengan Syena.Tanu yang tidak pernah datang mengunjunginya pun sadar kalau dia sudah bersalah, Tanu hanya bisa mengedipkan mata pada Syena.Syena paham. Dia meminta Tanu menunggu di luar, lalu memberi tah
"Bu, kamu ngompol lagi?" Syena terlihat sangat jijik.Treya tersipu malu dan menarik selimutnya, berusaha menutupi bau tak sedap itu.Melihat kondisi Treya seperti ini, Syena makin tidak bisa menahan diri, "Bu, kondisimu sudah kayak gini aja kenapa nggak mau cerai sih?"Lagian umur Ibu itu sudah tidak panjang lagi, ngapain maksain diri?Syena memang berpikir demikian, tapi dia tidak berani mengungkapkannya.Treya jadi malu, "Kalian pulang dulu aja, aku akan pikirkan baik-baik.""Ibu harus cepat ambil keputusan. Kalau kita telat bergerak, nanti Reina keburu ambil semuanya."Syena tidak mau tinggal di kamar Treya lebih lama dan pergi bersama ayahnya.Setelah mereka pergi, suster pun masuk."Nyonya, apa Anda baik-baik saja? Apa perlu kupanggilkan dokter?"Mata Treya terlihat agak merah, dia menggeleng, "Nggak perlu, tolong ganti seprainya aja."Jarang-jarang Treya bersikap lemah di hadapan orang luar.Suster pun membantunya berdiri, lalu mengganti seprai. Tapi tiba-tiba dia memekik kaget
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re