Sekarang Melisha sudah kehilangan tempat parkir prioritasnya, jadi dia harus berjalan ke pintu gerbang. Saat melihat mama Diera datang untuk mengambil hatinya, wajah Melisha terlihat jijik.Sekretaris Melisha menghalangi mama Diera untuk mendekat.Melisha mencibir, "Kamu pikir sembarang orang bisa jadi temanku?"Meski Melisha bukan lagi ketua Komite Orangtua Murid, dia tetap menantu Keluarga Sunandar.Sedangkan mama Diera paling banter terbilang sebagai istri bos kecil, tidak bisa dianggap sebagai keluarga kaya.Alasan kenapa dulu Melisha mau bergaul dengan mama Diera adalah karena ingin menjadikan mama Diera kaki tangan untuk menyerang Reina, tapi sekarang jelas kehadiran mama Diera tidak ada nilai guna.Mama Diera tertegun. Para ibu di sekitarnya menatapnya tanpa simpati dan mereka semua menertawakannya.Sisca menghampirinya, "Aku nasehati ya, ke depannya sebaiknya kamu bijak dalam bertindak. Kalau terlalu rakus, kamu malah bisa kehilangan segalanya."Di dunia ini, tidak ada salahnya
Melisha mundur beberapa langkah dan setelah berhasil berdiri stabil, dia melihat pria berwajah tegas di depannya.Awalnya dia pikir pria itu adalah kekasih Reina, jadi dia menyindir, "Reina, kamu kesepian ya? Maxime tahu nggak pria ini simpananmu?"Deron mengernyit."Aku pengawal Nona Reina.""Pengawal? Bohong!"Melisha tidak menyangka kalau Reina yang dulu begitu terintimidasi sekarang mampu punya pengawal.Reina melangkah maju, dia tidak memberi penjelasan pada Melisha, namun berkata dengan suara rendah, "Ditampar sekali masih nggak cukup?"Melisha langsung berhenti bicara.Karena mereka ada di depan banyak orang, Melisha hanya bisa menarik Tommy pergi. Tapi sebelum itu, dia melotot tajam pada Reina."Terima kasih sudah membantuku, tapi kali ini aku benar-benar sudah menyinggung Melisha." Sisca berterima kasih pada Reina dengan tulus.Dia tidak takut pada apapun. Satu-satunya hal yang dia takuti hanya karena dia membesarkan anak selingkuhan suaminya."Nggak masalah. Kita nggak menyin
Reina membawa Riko turun dari mobil.Wajah Tuan Besar Jacob penuh dengan senyuman, "Halo, cucuku."Riko berlari ke arahnya, "Kakek."Tuan Besar Jacob mengeluarkan beberapa pernak-pernik kecil dari sakunya dan menyerahkan pada Riko seperti memberi harta karun. "Lihat, Kakek bosan sendirian di rumah, jadi Kakek mengukir ini. Bagus nggak?""Wah! Tapi yang ini harusnya lebih detail." Riko menunjuk kekurangan ukiran tangan Tuan Besar Jacob tanpa sungkan.Tuan Besar Jacob mengangguk berulang kali, "Oke, nanti Kakek betulkan.""Kamu masuk dulu Riko, Kakek mau bicara sama mamamu.""Oke."Setelah Riko masuk, barulah Reina berjalan mendekat."Kakek Jacob."Tuan Besar Jacob melihat bekas luka di wajah Reina dan menghela napas, "Sudah tertangkap belum pelakunya?"Reina menggeleng, "Sepertinya dia melarikan diri ke luar negeri.""Kurang ajar sekali orang itu, berani sekali dia menyakitimu dan Riko. Mau sampai ke ujung dunia pun, akan kukejar dia!"Tuan Besar Jacob tidak cuma bicara omong kosong, di
Reina mematung.Karena tidak bisa melihat, Maxime tidak bisa mencium bibir Reina. Jadi dia terus menunduk sampai bisa mencium bibir Reina.Mata Riki melebar dalam sekejap. Sialan, papanya keterlaluan! Dia cuma mengizinkan mamanya mencium papanya, tapi tidak sampai berciuman begini!"Mama."Reina tersentak dan sadar dari lamunannya. Lalu, dia mendorong Maxime dan mundur selangkah. "Sudah, ayo makan. Jangan macam-macam."Maxime tersenyum kecil, "Oke."Mereka bertiga makan bersama di meja makan.Setelah makan malam, mereka istirahat di ruang tamu, lalu jam sembilan malam mereka pergi mandi dan bersiap tidur.Riki meraih tangan Reina. "Ma, malam ini tidur sama aku dan Papa lagi ya?"Saat Reina hendak setuju, Maxime menyahut, "Riki, kamu 'kan bukan anak umur tiga tahun lagi, kamu harus belajar tidur sendiri."Riki agak bingung, apa maksud papanya ini?Riki 'kan mau bantuin mereka supaya akur?Karena Maxime buta, Riki tidak tahu bagaimana cara memberinya isyarat tanpa diketahui Reina."Oke."
Yang Tanu tidak tahu adalah saat dia menjual sahamnya, orang-orang Maxime membeli semua saham yang dia jual dengan harga rendah.Tanu pikir dia sudah untung."Kalau kita nggak maju lewat pengadilan, bukannya kita harus balikin uang itu ke Reina?" tanya Syena.Tatapan Tanu terlihat dingin, "Syena, Reina minta kita balikin duit ke dia karena Ayah masih jadi suami Treya. Kalau kami cerai, maka semua itu akan jadi utang pribadi Treya."Syena tidak membantah saat mendengar teori ini."Kalau begitu besok kita temui Ibu."Syena tentu lebih menyukai uang daripada Treya.Dini hari berikutnya.Kamar rawat Treya yang jarang-jarang ramai pengunjung, hari ini ramai dengan kedatangan Tanu dan Syena.Treya pikir mereka berdua khusus datang menjenguknya. Treya sengaja mengabaikan Tanu dan cuma bicara dengan Syena.Tanu yang tidak pernah datang mengunjunginya pun sadar kalau dia sudah bersalah, Tanu hanya bisa mengedipkan mata pada Syena.Syena paham. Dia meminta Tanu menunggu di luar, lalu memberi tah
"Bu, kamu ngompol lagi?" Syena terlihat sangat jijik.Treya tersipu malu dan menarik selimutnya, berusaha menutupi bau tak sedap itu.Melihat kondisi Treya seperti ini, Syena makin tidak bisa menahan diri, "Bu, kondisimu sudah kayak gini aja kenapa nggak mau cerai sih?"Lagian umur Ibu itu sudah tidak panjang lagi, ngapain maksain diri?Syena memang berpikir demikian, tapi dia tidak berani mengungkapkannya.Treya jadi malu, "Kalian pulang dulu aja, aku akan pikirkan baik-baik.""Ibu harus cepat ambil keputusan. Kalau kita telat bergerak, nanti Reina keburu ambil semuanya."Syena tidak mau tinggal di kamar Treya lebih lama dan pergi bersama ayahnya.Setelah mereka pergi, suster pun masuk."Nyonya, apa Anda baik-baik saja? Apa perlu kupanggilkan dokter?"Mata Treya terlihat agak merah, dia menggeleng, "Nggak perlu, tolong ganti seprainya aja."Jarang-jarang Treya bersikap lemah di hadapan orang luar.Suster pun membantunya berdiri, lalu mengganti seprai. Tapi tiba-tiba dia memekik kaget
Treya ganti pakaian biasa, lalu naik taksi dan ke luar rumah sakit. Akhirnya dia merasa seperti berada di dunia lain."Nyonya, mau ke mana?" tanya sopir itu.Treya menatap ke luar jendela, dia juga tidak tahu harus ke mana.Akhirnya, dia meminta sopir mengantarnya ke kediaman utama Keluarga Andara.Lebih dari setengah jam kemudian, dia baru sampai.Treya pikir rumah itu sudah berubah karena rumah itu sudah dilelang oleh pengadilan dan bisa jadi sekarang sudah dimiliki orang lain.Namun begitu turun dari mobil dan melihat ke rumah yang dulu dia tempati, ternyata rumah itu tidak berubah sama sekali.Bagian dalam dan luarnya dibersihkan dan ditata dengan apik dan rapi.Treya terhuyung, dia agak tidak percaya.Bukannya rumah ini dibeli Marshanda?Karena Marshanda sudah lama tidak muncul di publik, Treya tidak tahu kalau rumah itu sudah dibeli kembali oleh Maxime sejak setahun yang lalu."Maaf, Anda siapa?"Pekerja harian yang membersihkan rumah melihat kedatangan Treya. Dia pun keluar, dan
"Kalau kamu memang sekarat, atas jasamu yang sudah melahirkanku, aku nggak akan diam saja lihat kamu mati," kata Reina.Treya melihat sosok Reina yang sekarang bisa menyombongkan diri, dia pun menyindir, "Dasar gadis berengsek! Jangan pikir karena sekarang Maxime buta dan ngasih kamu uang, kamu jadi bisa bersikap nggak tahu diri ya!""Mana mungkin aku bakal mati? Syena itu ratusan kali jauh lebih baik dari kamu! Justru karena dia, hidupku jadi bisa senyaman ini. Barusan aku cuma ngetes kamu aja, sekarang sifat aslimu ketahuan, 'kan? Dasar wanita licik ...."Treya terus memaki Reina tanpa henti.Reina tidak ingin buang waktu bicara dengan Treya. Reina kembali masuk ke rumah untuk menyiapkan upacara penghormatan untuk ayahnya.Treya yang marah-marah masih berdiri di luar. Perutnya kembali terasa sakit dan darah mulai mengalir keluar.Pekerja paruh waktu melihat Treya meringkuk kesakitan, dia pun menghampiri Treya dan bertanya, "Anda nggak apa-apa?"Treya sangat kesakitan sampai tidak dap
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba